Dina, seorang janda muda, mencoba bangkit setelah kehilangan suaminya. Pertemuan tak terduga dengan Arga, pria yang juga menyimpan luka masa lalu, perlahan membuka hatinya yang tertutup. Lewat momen-momen manis dan ujian kepercayaan, keduanya menemukan keberanian untuk mencintai lagi. "Janda Muda Memikat Hatiku" adalah kisah tentang cinta kedua yang hadir di saat tak terduga, membuktikan bahwa hati yang terluka pun bisa kembali bahagia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Banggultom Gultom, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27: Langkah Bersama dalam Menghadapi Dunia
Pagi itu, di rumah yang penuh dengan tawa kecil dan kebahagiaan, Dina bangun lebih awal. Rara, yang baru saja berusia tiga bulan, masih tertidur lelap di ruang tidur mereka. Suasana rumah terasa tenang, dan Dina memanfaatkan waktu ini untuk melakukan beberapa pekerjaan rumah tangga, sambil menunggu Arga bangun. Sejak menjadi ibu, banyak hal yang berubah dalam hidupnya. Waktu terasa lebih cepat, dan setiap detik yang terlewatkan bersama Arga dan Rara semakin berarti.
Saat Dina sibuk dengan rutinitas pagi, Arga bangun dan keluar dari kamar dengan wajah yang sedikit lelah, namun tetap tampak penuh semangat. Matanya bertemu dengan mata Dina yang sedang mengurus dapur.
"Hai, sayang. Sudah bangun lebih dulu?" tanya Arga dengan senyum lebar.
Dina mengangguk sambil tersenyum, "Iya, aku sudah mulai menyiapkan sarapan. Rara masih tidur."
Arga berjalan mendekat, melingkarkan tangannya di pinggang Dina, dan menunduk untuk mencium pipinya dengan lembut. "Kamu hebat banget, ya. Meskipun malam tadi kamu hampir tidak tidur karena Rara, kamu tetap bangun lebih awal."
Dina tertawa kecil. "Tanggung jawab sebagai ibu memang berat, tapi aku senang bisa menjalani semuanya. Aku bisa bertahan karena ada kamu."
Kata-kata Dina membuat hati Arga semakin hangat. Meskipun mereka berdua sudah mengalami banyak perubahan dalam hidup, terutama sejak kelahiran Rara, Arga merasa sangat beruntung memiliki Dina di sisinya. Mereka berdua terus berusaha menyesuaikan diri dengan kehidupan baru ini.
Setelah sarapan bersama, mereka memutuskan untuk membawa Rara ke taman. Sejak kecil, mereka sudah berjanji untuk memberikan yang terbaik untuk anak mereka, dan salah satu cara adalah dengan mengenalkan dunia luar padanya sejak dini. Mereka percaya bahwa meskipun Rara masih terlalu kecil untuk mengerti, setiap perjalanan bersama keluarga akan memberi kenangan yang tak terlupakan.
Di taman, udara segar menyambut mereka. Arga membawa stroller sementara Dina menggendong Rara di pelukan. Mereka berjalan di sepanjang jalan setapak yang dikelilingi oleh pepohonan hijau. Suara burung berkicau dan angin sepoi-sepoi menciptakan suasana yang damai.
"Rara pasti akan senang saat besar nanti," kata Dina, sambil memandang bayi yang tidur nyenyak di pelukannya.
Arga mengangguk. "Iya, aku yakin dia akan suka ke taman. Dunia ini penuh dengan keajaiban, dan kita akan menjadi pemandu yang baik untuk dia."
Dina memandang Arga dengan penuh kasih sayang. Ia tahu, meskipun dunia mereka kini berubah, Arga tetap menjadi sosok yang kuat dan penuh perhatian. Mereka tidak hanya berjuang bersama, tetapi juga merayakan momen-momen kecil yang sangat berarti.
Setelah beberapa saat berjalan, mereka berhenti di sebuah bangku taman dan duduk bersama. Dina menyandarkan tubuhnya pada bahu Arga, merasakan kedamaian yang hanya bisa didapatkan dari kehadiran orang yang kita cintai. Arga melingkarkan tangannya di pinggang Dina, dan mereka duduk dalam keheningan yang nyaman.
"Apa kamu pernah merasa cemas tentang masa depan kita?" tanya Dina dengan suara pelan, meskipun ia sudah tahu jawabannya.
Arga menatapnya dengan lembut. "Tentu saja. Kita hidup dalam dunia yang penuh ketidakpastian, tapi satu hal yang pasti—kita punya satu sama lain. Kita akan melalui semuanya bersama."
Dina tersenyum, merasa lebih tenang dengan kata-kata Arga. Sejak menikah dan memiliki anak, ia kadang merasa cemas tentang bagaimana mereka akan menghadapinya, tetapi setiap kali ia berada di dekat Arga, semua kecemasan itu terasa lebih ringan. Mereka memang tidak bisa memprediksi masa depan, tapi mereka memiliki komitmen yang kuat untuk bersama-sama menghadapinya.
"Aku selalu merasa lebih baik saat aku bersamamu," kata Dina, menatap Arga dengan penuh cinta. "Kamu adalah kekuatan yang aku butuhkan."
Arga tersenyum hangat. "Dan kamu adalah segalanya bagi aku, Dina. Aku janji akan selalu ada untuk kamu dan Rara. Kita akan melewati hidup ini bersama."
Kata-kata itu, meskipun sederhana, mengandung makna yang dalam. Dina merasa hatinya dipenuhi dengan kebahagiaan yang luar biasa. Tidak ada yang lebih penting baginya selain keluarganya. Ia tahu, bersama Arga, ia bisa melewati segala rintangan yang menghadang.
Setelah beberapa lama menikmati suasana di taman, mereka memutuskan untuk pulang. Saat mereka berjalan kembali ke rumah, Arga menggenggam tangan Dina, dan Rara yang masih tertidur di pelukan Dina tampak sangat damai.
"Setiap hari denganmu, Dina, adalah hari yang berharga," kata Arga sambil tersenyum, merasa sangat bersyukur.
Dina menatapnya dengan penuh kasih. "Aku merasa sama, Arga. Setiap momen bersama kamu dan Rara adalah anugerah."
Kehidupan mereka mungkin tidak selalu mudah, tetapi mereka selalu berusaha menjaga kebahagiaan dalam keluarga. Setiap hari adalah kesempatan untuk belajar, tumbuh, dan saling mendukung satu sama lain.
Sesampainya di rumah, Dina menempatkan Rara di tempat tidur bayi dengan hati-hati, memastikan putri kecilnya nyaman. Arga berdiri di sampingnya, menyaksikan dengan penuh kasih.
"Kita sudah melakukan pekerjaan yang luar biasa," kata Arga, memeluk Dina dari belakang. "Aku merasa bangga dengan keluarga kecil kita."
Dina tersenyum, membalikkan badan untuk menatap Arga. "Aku juga merasa begitu, Arga. Kita bisa terus maju, selagi kita saling mendukung."
Mereka berdua berdiri di sana, saling memandang, merasa semakin yakin bahwa mereka akan selalu bisa menghadapinya bersama. Kehidupan baru mereka sebagai keluarga adalah perjalanan yang penuh dengan pembelajaran, namun mereka tahu bahwa selama mereka memiliki satu sama lain, apapun bisa mereka hadapi.