Entah apa yang di pikirkan oleh ayah dan sang ibu tiri hingga tiba-tiba menjodohkan Karin dengan pria yang tak memiliki apapun, apa mereka sengaja melakukan itu untuk menyingkirkannya?
Matteo Jordan, pria tak berguna yang di pungut oleh keluarga Suarez menyetujui menikah dengan wanita yang tak ia ketahui hanya demi sebuah balas budi.
Akankah cinta tumbuh di antara keduanya? Sementara Karin masih mencintai mantan kekasihnya, sedangkan Matteo pria sedingin es yang penuh misteri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab~31
Matteo nampak menolak panggilan telepon dari Angela lantas mematikan ponselnya dan kembali melanjutkan makannya, sementara Karin yang berlalu mengambil buah di dalam lemari pendingin kembali duduk di hadapan pria itu.
"Kenapa tidak di angkat teleponnya ?" Ucapnya kemudian, tangannya terlihat terampil menggunakan pisau untuk memotong apel.
"Tidak apa-apa, tidak penting." Sahut Matteo, entah kenapa ia tiba-tiba melakukan itu padahal bukankah lebih baik menjawab panggilan kekasihnya di depan gadis itu agar ke depannya dia tak lagi mengharapkan cintanya? Karena memang itu yang ia inginkan, segera berpisah darinya lalu menikahi sang kekasih.
"Aku nggak apa-apa kok." Karin langsung mengulas senyumnya menatap sang suami yang terlihat seperti sedang salah tingkah dengan kelakuannya sendiri.
"Sebelum kita menikah aku yakin kita sama-sama memiliki kisah, begitu juga denganku. Jadi aku tak mempermasalahkannya jika kamu memang memiliki kekasih, kita bisa kok menjalani pernikahan ini seperti keluarga. Aku menganggapmu sebagai kakak lelakiku begitu juga denganmu bisa menganggapku sebagai adik perempuanmu dan setelah keadaan membaik kita bisa berpisah tanpa ada rasa dendam yang di akibatkan oleh pernikahan kita." Imbuh Karin dan sontak membuat Matteo menatapnya, tak ada rasa sedih maupun kecewa di wajah gadis itu dan hanya senyuman ikhlas yang tersungging di bibirnya.
"Apa kamu juga telah memiliki kekasih ?" Entah kenapa Matteo tiba-tiba ingin tahu.
"Hm." Karin mengangguk kecil.
Matteo seketika terdiam, harusnya ia senang karena pada akhirnya pernikahannya bukanlah menjadi beban untuknya. Karena gadis itu sendiri pun juga tak menginginkannya bahkan juga telah memiliki kekasih sama sepertinya, tapi entah kenapa tiba-tiba hatinya menjadi kosong? Mungkin karena ia terbiasa di kejar-kejar oleh wanita dan tiba-tiba mendapati seorang gadis yang terang-terangan tidak tertarik padanya, padahal banyak kesempatan jika ingin menggodanya karena mereka tinggal dalam satu atap.
"Ayo makanlah !!" Karin nampak mengulurkan sepiring potongan apel ke hadapannya.
"Kamu makanlah juga." Ucap Matteo yang entah sejak kapan peduli dengan orang lain, sejak kecil pria itu tak pernah mendapatkan kasih sayang dari siapa pun hingga membuatnya tumbuh menjadi pribadi yang keras kepala dan juga acuh.
"Tentu saja." Karin juga ikut makan.
Kini tanpa di sadari suasana di antara mereka terasa menghangat dengan sendirinya.
"Maaf ya aku jual sebagian perhiasan lamaran waktu itu karena aku butuh beberapa perabotan penting di sini, kita tak bisa terus-menerus membeli makanan di luar karena itu akan boros dan juga lebih baik mencuci di rumah karena lebih bersih." Ucap Karin menjelaskan, sebelumnya gadis itu memang tak mengatakan apapun karena kesempatan bicara dengan pria itu tak ada.
"Dan aku tadi juga memakai uangmu 150 ribu untuk mentraktir Amel, dia sahabat baikku dan sesekali aku ingin mentraktirnya." Imbuh Karin lagi.
Matteo nampak mengangguk. "Tak masalah, lakukan apa yang kamu mau." Ucap pria itu menanggapi.
"Terima kasih banyak, aku janji takkan boros dan kamu tak perlu terlalu bekerja keras untuk itu." Ucap Karin di tengah kunyahannya.
"Aku sudah terbiasa bekerja keras." Tukas Matteo.
"Baguslah kamu bisa menyisihkannya untuk tabungan masa depanmu bersama kekasihmu, lagipula dalam beberapa hari aku yakin akan mendapatkan pekerjaan jadi masalah kebutuhan kita di sini bisa kita bagi dua nantinya." Timpal Karin seraya menarik piring kosong di hadapan pria itu, kemudian segera beranjak dari duduknya lantas mencucinya di wastafel.
Matteo yang masih termenung di kursinya nampak menatap punggung gadis itu, apa sifat baiknya itu hanya sebuah trik untuk memikatnya? Rasanya aneh jika ada seorang wanita yang tak menyukainya, apa karena ia belum menunjukkan siapa dirinya yang sebenarnya? Namun saat istrinya itu berbalik badan pria itu langsung fokus dengan ponselnya.
"Aku tidur duluan, selamat malam." Ucap Karin lantas berlalu dari hadapan pria itu, Karin merasa lega setelah bisa berbicara panjang lebar dengan suaminya. Ternyata pria itu tak seacuh perkiraannya dan semoga saja kedepannya ia bisa menganggapnya benar-benar seperti kakak lelakinya dan bukan sebagai seorang pria.
Karena ia takut perasaan itu ada, ia memang sulit untuk jatuh cinta tapi jika ia sudah cinta maka ia seperti orang gila bahkan di sakiti pun ia akan tetap mencintainya dengan brutal. Seperti saat ini meskipun mantan kekasihnya sudah menikah tapi cinta itu masih terjaga dan tumbuh subur di hatinya.
Setelah membersihkan dirinya Karin segera berganti piyama lantas naik ke atas ranjangnya dan seperti biasa meletakkan guling sebagai pembatas di antara mereka. Kemudian gadis itu segera memejamkan matanya ketika mendengar pintu di buka dan tak berapa lama ranjangnya terasa bergerak ketika suaminya mulai merebahkan tubuhnya di sisinya.
"Kamu sudah tidur ?" Ucap pria itu kemudian.
"Hm, sedang berusaha." Sahut Karin seraya berganti posisi memunggungi pria itu.
Matteo kembali diam dan tanpa sengaja pria itu melihat sebagian punggung istrinya yang terbuka karena atasan piyamanya yang tak sengaja tersingkap ke atas saat gadis itu berganti posisi tidur.
"Sial." Umpatnya.
Lantas Matteo kembali menatap langit-langit kamarnya dan berusaha untuk tidur namun sedikit pun tak bisa terpejam, lagi-lagi pria itu merasa gelisah karena harus tidur seranjang dengan seorang wanita.
"Mas, aku mencintaimu sangat-sangat mencintaimu."
Tiba-tiba terdengar igauan gadis itu dan sontak membuat Matteo yang belum bisa tidur langsung menoleh, rupanya istrinya sudah berganti posisi menjadi terlentang dan astaga lagi-lagi piyama tidurnya kembali tersingkap ke atas hingga memperlihatkan perutnya yang putih seakan-akan sedang ingin menggodanya.
Sebagai lelaki normal tentu saja membuat kelelakian Matteo mulai bereaksi padahal biasanya ia tak seperti ini.
"Mas, tetap di sini aku sangat mencintaimu."
Karin kembali mengigau dan entah kenapa itu membuat Matteo tiba-tiba kesal, memang setampan dan sekaya apa kekasih gadis itu hingga sampai terbawa ke dalam mimpinya.
"Mas,mas? Jangan-jangan tetangga baru yang di depan itu? Jika itu benar licik sekali dia membawa kekasihnya tinggal berdekatan biar bisa bermesraan saat aku pergi." Gerutu Matteo.
Tiba-tiba guling di antara mereka tertendang kaki Karin hingga terjatuh ke bawah dan gadis itu pun nampak melebarkan kakinya hampir memenuhi ranjang mereka yang sempit.
Matteo hanya bisa geleng-geleng kepala, tak bisakah gadis itu sedikit anteng saat tidur dan tidak mengganggu orang lain, jika seperti ini ia takkan bisa tidur padahal besok pagi ada meeting penting di kantornya.
Brukkk
Tiba-tiba gadis itu berpindah posisi dengan menimpa pahanya dengan kakinya seakan-akan ia adalah guling. "Apa-apaan ini ?" Umpat Matteo dalam hati saat gadis itu tanpa sadar memeluknya dengan erat.