Dalam rumah tangga, CINTA saja tidak cukup, ... Masih diperlukan kesetiaan untuk membangun kokoh sebuah BIDUK.
Namun, tak dipungkiri TAKDIR ikut andil untuk segala alur yang tercipta di kehidupan FANA.
Seperti, Fasha misalnya; dia menjadi yang KEDUA tanpa adanya sebuah RENCANA. Dia menjadi yang KEDUA, walau suaminya amat sangat MENCINTAI dirinya. Dia menjadi yang KEDUA, meski statusnya ISTRI PERTAMA.
Satu tahun menikah, bukannya menimang bayi mungil hasil dari buah cinta. Fasha justru dihadapkan kepada pernikahan kedua suaminya.
Sebuah kondisi memaksa Samsul Bakhrie untuk menikah lagi. Azahra Khairunnisa adalah wanita titipan kakak Bakhrie yang telah wafat.
Tepatnya sebelum meninggal, almarhum Manaf memberikan wasiat agar Bakhrie menikahi kekasihnya yang telah hamil.
Wasiat terakhir almarhum Manaf, akhirnya disetujui oleh Bakhrie dan keluarganya tanpa melihat ada hati yang remuk menjadi ribuan keping.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAYM TUJUH
Seseorang memandangi jam tangan wanita diiringi desing mesin las mobil yang seolah menjadi alunan musik romansa. Di sana para pekerja tengah lembur menggarap mobil merah muda milik Maureen.
Sementara lelaki itu, masih tak mengalihkan pandangan lekatnya dari jam tangan wanita milik Fasha. Yah, sore tadi saat menumpang shalat di bengkel ini, Fasha meninggalkan jam.
"Cinderella pun tiba, dengan mobil rusaknya, jam rolex pun menghiasai tangannya, semua mata terpana akan kedatangannya, pangeran pun jatuh cinta padanya! Huwoooo."
Gantara melempar obeng demi mematikan radio rusak bermerek Izzul. "Berisik!"
Orang- orang tertawa. "Biasanya, Cinderella meninggalkan sepatu kaca. Kalo yang ini Cinderella kalangan rolex."
Bengkel FSH, awalnya Gantara hanya iseng saat menamakan usahanya ini dengan insial nama Fasha. Namun, ternyata inisial tersebut cukup hoki bagi usaha rintisannya.
Bermula dari bengkel yang kecil, hingga tak lama bengkel itu dipercaya banyak sekali pengguna kendaraan. Bengkel yang bisa dikatakan, sempat mengalami viral marketing.
Hanya karena ada salah satu selebgram yang juga anak pejabat tidak sengaja menyervis mobil di tempat ini, kemudian membagikan kepuasannya di media sosialnya dan menjadi berkah bagi Gantara.
Dari bulan ke bulan. Gantara meraih anak STM lulusan otomotif yang tidak melanjutkan kuliah untuk ikut bergabung ke dalam bengkel miliknya.
Setelah sekian lama mundur dari rumah keluarga Miller. Sore tadi, Gantara dibuat terpana oleh kecantikan paras Fasha.
"Sayangnya, aku tetaplah pungguk yang merindukan rembulan."
...][∆°°°°^°°∆°°^°°°°∆][...
Fasha jelas menolak tawaran Gantara. Dulu, Bachrie sering kali cemburu saat lelaki lulusan Al-Azhar tersebut masih menjadi sopirnya, dan berkesempatan mengantar Fasha ke mana- mana.
Fasha hanya meminta izin untuk diberikan tempat ibadah shalat Maghrib lalu pulang dengan taksi online. Tak perlu dia menyalakan genderang perang dengan menambah masalah kecemburuan Bachrie.
Rumah tangganya sedang tidak baik- baik saja, Fasha tak mau menyiram bensin di antara gelegak api yang berkobar- kobar yang seakan ingin memisahkan cintanya bersama Bachrie.
Di jalan, Maureen terus membicarakan sosok Gantara. Mengenai, ketampanan Gantara yang semakin bertambah, bahkan wibawanya kian terpupuk dengan suara khas tenangnya.
Ah, Maureen selalu terpesona dengan lelaki yang pendiam dan dingin. Sampai lupa dirinya pun telah menikahi kulkas lima puluh pintu yang amat sangat posesif.
Tak bisa dibayangkan bagaimana Syahrul marah ketika tahu Maureen membicarakan sosok Gantara terus menerus. Fasha sempat beristighfar bahkan karena itu.
"Dari mana saja kalian?"
Ah, lihatlah bagaimana Syahrul menunggu Fasha dan Maureen di depan teras. Kembaran Fasha yang satu ini memang tak bisa bicara dengan nada yang tenang saat cemas.
"Cuma nabrak tiang." Maureen menjawab dengan santai dan disentak kemudian.
"Nabrak tiang kamu bilang cuma, Reen?!"
"Hehe..." Maureen menyengir. Fasha pun ikut ikutan menyengir karena Syahrul terlihat khawatir oleh kejadian yang sebetulnya sudah tak perlu dicemaskan lagi.
Syahrul memeriksa Maureen hingga memutarkan tubuh wanita itu, kemudian beralih memeriksa Fasha dengan memutarkan tubuhnya pula.
"Kalian nggak apa- apa?"
Maureen menimpalinya. "Enggak, tadi mobilnya diderek ke tempat Bang Tara."
"Bang Tara?" Syahrul mengernyit mendengar nama anak dari mantan sopir Fasha.
"Iya, dia makin ganteng loh ternyata," antusias Maureen yang menyulut, Syahrul. "Mata kamu itu nggak bisa bener dikondisikan, heran!"
Maureen terkikik geli karena sudah berhasil membuat suaminya tantrum. Fasha hanya tertawa melihat percekcokan antara saudara kembar dan ipar yang sekaligus sahabatnya.
Ah, kalau sudah bicara perkara cemburu, Fasha jadi teringat soal Bachrie yang belum sekalipun membalas pesannya.
Sudah malam, Fasha mandi, mengganti pakaian tidur, lalu shalat isya, sebelum mencoba kembali menghubungi suami yang entah sedang apa di Dubai sana.
Syukurlah, kali ini cepat direspon, baru satu kali nada sambung berdengung suara Bachrie terdengar mengangkatnya.
📞 "Assalamualaikum, Sayang..." Fasha menjawab dengan menghela lega seraya menjatuhkan punggungnya di atas ranjang.
"Kamu kenapa baru angkat telepon?"
📞 "Memang kapan telepon?"
Yah, Fasha memang tidak telepon, tapi mengirim pesan sudah berkali- kali dan tidak ada satupun yang dibalas. "Acha kan kirim pesan banyak, tapi belum dibalas."
📞 "Maaf, hari ini sibuk, Sayang. Kan biar kerjaan cepat selesai, tidak terlalu ditumpuk, supaya, Mas bisa langsung nyusul kamu di Indonesia."
Baru usai suara Bachrie terdengar, ada suara Azahra yang menyeletuk dengan santainya.
📞 "Mas, tolong tarik resleting Zahra. Azalea sudah tidak mau menyusu lagi. Jadi, Zahra ngantuk banget sekarang."
Terdengar pula jawaban Bachrie setelah mungkin lelaki itu membetulkan resleting baju Azahra dari belakang.
📞 "Kamu tidur dulu saja, biar, Mas yang jaga Azalea sampai dia minta susu lagi."
Fasha meraba dada yang tiba- tiba saja sakitnya menyeruak. Ternyata ini salah satu alasan Bachrie tak ingat untuk membalas pesan darinya. "Kamu tidur sama Azahra?"
📞 "Kamu pikir aku mau tidur sama siapa kalau kamu di Indonesia?" Bachrie terdengar menyindir, Fasha tahu benar perangai pria itu.
"Acha lupa kalau dia juga istri Mas." Fasha tak bisa bicara dengan nada yang lebih miris lagi dari sekarang. Sungguh, ini sudah yang paling miris di antara kejadian dalam hidupnya.
Di mana Fasha memilih pulang ke Indonesia dan ternyata pilihannya salah. Seharusnya, dia tidak membiarkan Azahra menguasai Bachrie seorang diri, bukan?
📞 "Sudah. Nggak perlu mikir aneh, makanya nanti nggak usah minta pulang kalau kamu sendiri takut aku tidur sama Zahra."
"Iya ini salah Acha." Fasha memeluk bantal guling miliknya lebih erat. Air mata tergelincir membasahi sarung bantal merah mudanya.
📞 "Hari ini ke mana saja?"
Bachrie mungkin sadar jika dirinya sudah membuat Fasha bersedih dengan suara juteknya yang terlalu kentara. Makanya, kali ini nadanya sedikit dikondisikan.
📞 "Ada cerita apa hari ini?"
"Tidak ada yang spesial. Acha cuma ke salon, belanja, terus pulang." Fasha bersuara lirih, karena dadanya sesak saat ini.
Membayangkan bagaimana Bachrie menarik resleting saja sudah lemas, apa lagi hal lain yang sebetulnya tidak pernah bisa dia relakan untuk seorang madu.
📞 "Mas, makan malamnya sudah Zahra siapkan. Makan dulu, yuk, Zahra tidurnya nanti ajah kalo Mas sudah makan."
Ada suara Azahra kembali yang semakin membuat cemburu Fasha kian tertumpuk, waktu Dubai dan Indonesia berselisih 3 jam, pasti di sana baru masuk shalat isya.
📞 "Kamu sudah makan, Yank?"
"Acha sudah, jadi silahkan, Mas makan malam dulu. Acha juga capek, Acha mau istirahat." Dengan tangan yang masih gemetar, Fasha mematikan sambungan teleponnya secara sepihak.