Warning ❗
Mengandung kata-kata mutiara (sebaliknya).
Bacalah dengan bijak, tidak suka pun tak apa bisa skip ya🤗
Alexa gadis berusia 20 tahun, anak broken heart. 3 tahun lamanya ia tinggal sendiri disalah satu rumah mewah setelah kedua orang tuanya cerai, dan melanjutkan kehidupan mereka bersama pasangannya masing-masing.
Kurangnya kasih sayang dari kedua orang tua. Menjadi Alexa tidak membatasi dirinya didunia malam. Kerap kali ia selalu menghabiskan malam bersama teman-temannya dan pulang larut malam dalam keadaan mabuk.
Pada suatu hari ia bertemu seseorang disebuah club malam dan berkenalan dengan seorang pemuda.
Satu malam yang panjang, mengubah kehidupan Alexa pada saat itu.
Next untuk mulai baca👇👇👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MomoCancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Evan tidak paham.
"Kunci motor mana?"
Ia pun memberikan kunci itu, entak apa yang akan dilakukan Alexa pada motor nya ia melihat gadis itu pergi keluar meninggalkan Evan seorang diri di cafe.
Beberapa saat kemudian Alexa pun muncul dengan membawa motor nya dengan lihai.
Evan tercengang, gadis itu berhasil membuat Evan diam mematung.
Alexa terlihat melambai dan meminta Evan untuk menghampiri nya, pria itu berjalan tertatih ia segera mengunci cafe dan mendekati Alexa.
"Lo bisa bawa motor?"terbata-bata.
"Dikit. Dah naik gih."pinta Alexa pada Evan.
Evan membulat sempurna, ia tidak pernah terpikirkan sedikitpun bahkan tidak pernah bermimpi harus mengalami hal memalukan seperti sekarang.
Ia harus duduk dibelakang jok motor nya, dengan diboncengi perempuan.
"Gue?"
"Iyalah masa tetangga, gila kali."
Evan masih dengan gengsinya, ia masih ragu-ragu untuk diboncengi Alexa dengan alasan malu.
"Seriusan?"
"Iya, banyak nanya deh Lo. Keburu ujan nih,"protes Alexa.
Dengan wajah tidak nyaman, Evan menurut dan duduk di jok belakang, sedangkan Alexa membawa motor nya dengan lihai.
Disepanjang perjalanan, jantungnya seolah-olah merasa akan lompat dari tempatnya, Alexa menjalankan motor itu dengan kecepatan tinggi.
Dilihat dari cara dia membawa motor besar miliknya, seperti ia memang sudah terbiasa melakukannya bahkan ia terlihat santai membawa motor itu.
"Dah lama gue gak bawa motor kek gini. Asyik juga ya,"ucapnya Alexa menikmati perjalanan nya.
"Asyik pala lu."Sontak Evan menjawab ucapan Alexa.
Seketika Alexa tertawa ia tahu jika sekarang Evan tengah gengsi harus diboncengi perempuan. Terlebih sepertinya memang ia sedang ketakutan jika Alexa yang menjalankan motor itu.
Evan mengatur nafasnya, namun sesekali ia merasa tertarik untuk memperhatikan Alexa dari belakang, rambutnya yang terurai diterpa angin hingga menyentuh wajahnya.
Entah mengapa ia begitu terpaku menatap wanita itu, sepanjang perjalanan Evan hanya bisa terdiam melihat nya dijok belakang.
Sedangkan Alexa asyik mengemudi, seolah tengah ada kebebasan yang ia rindukan seperti dahulu.
Tidak terasa sudah sampai saja, Alexa meminta Evan untuk segera turun namun sepertinya pria itu tidak mendengar ucapan nya.
"Van, Evan!"
"Hah, eh .. I.. Iya.."Gelagapan.
"Turun!"
Evan pun turun dengan sangat berhati-hati, ia tidak menyadari nya sama sekali jika mereka sudah sampai didepan rumahnya.
Alexa melempar kunci kearah Evan, dan gegas pergi sebelum Sofie melihat mereka bersama. Tanpa mengatakan sepatah kata pun Alexa meninggalkan Evan begitu saja di garasi.
Benar saja Sofie sudah berada disofa dan mengetahui kedatangan mereka bersama, ia menahan langkah Alexa dengan melempari pakaian hingga pakaian itu berserakan.
"Apa-apaan ini?"
"Setrika sekarang, besok kami ada acara. Gak ada alasan apapun, kerjakan sekarang atau kamu bisa angkat kaki dari sini." ucap Clara menyeringai.
Evan menyeruak masuk kedalam rumah dan sudah mendapati Sofie dan Clara memaksa Alexa untuk bekerja setelah ia kelelahan bekerja seharian.
"Kalian bisa gak sih gak usah seenaknya begitu,"
Evan mengambil pakaian itu dari tangan Alexa dan melempar nya ke sembarang arah. Pria itu berusaha untuk menghentikan ibu dan adiknya yang selalu semena-mena terhadap Alexa.
"Gak apa-apa, Van."memunguti pakaian yang berserakan dilantai.
Pria itu menghentikan langkahnya dan menarik Alexa agar ia tidak selalu menuruti kemauan dua wanita itu yang sudah sangat jelas menginjak dirinya.
"Evan! makin berani kamu menentang mama! Kemari kamu Alexa .."menarik dan menjambak nya dengan cukup keras, kedua wanita itu nampaknya tidak ada sedikit pun belas kasih pada Alexa.
Mereka membawa Alexa menuju kamar mandi dan menenggelamkan wajahnya ke air tanpa rasa kasihan sedikitpun.
"Cukup! Kalian sudah keterlaluan!"
Evan membawa tubuh Alexa kekamarnya ia tidak memperdulikan ibu dan adiknya. Evan membawa Alexa kekamarnya dan menguncinya dari dalam.
"Evan!" melepaskan diri dari pangkuan Evan.
"Ngapain Lo bantu gue?"
"Kenapa Lo diem aja. Lo bukan Alexa yang dulu yang selalu membalas perbuatan mereka, b*go sama t*lol itu beda tipis."dumelnya Evan merasa Alexa belakangan ini terlalu membiarkan mereka semaunya sendiri bahkan ia tidak sedikitpun berniat untuk membalas seperti biasanya.
"Gak usah so jadi pahlawan deh. Lo gak akan ngerti, paham!"
Sedikit saja Alexa tidak ingin siapapun tahu alasannya untuk bertahan disana, termasuk Evan. Baginya Evan masih sama dengan Sofie dan Clara apalagi di anak kandung Sofie wanita yang sudah lama ia benci.
Apapun yang dilakukan oleh Evan sedikitpun tidak mengubah pemikiran nya terhadap pria itu, kebaikan yang ia lakukan mungkin semata-mata hanya iba, entah itu memang dia hanya ingin terlihat jagoan didepannya atau alasan lainnya yang pasti Alexa tidak pernah berpikir jika Evan peduli padanya.
"Apaan sih, siapa yang so pahlawan gue gak suka aja mereka semakin semena-mena begitu, Lo juga .."
Alexa memotong pembicaraan diantara mereka. "Lo juga apa? Lo pikir gue mau diginiin tiap hari, enggak! Lo pikir gue seorang Alexa gak mampu bales mereka, gue mampu. Tapi gue masih tahu diri gue gak akan bisa balas mereka dengan alesan tertentu, dan itu Lo gak perlu tahu." tegas Alexa menatap tajam kearah Evan.
Evan merasa ambigu mendengar ucapan Alexa, akan tetapi ia juga sadar ia tak perlu memaksa apa yang tidak ingin Alexa bicarakan dengan nya, terlebih hubungan mereka masih bisa dibilang kurang baik.
"Serah Lo .."
Pria itu pergi melenggang ke luar kamarnya dengan kesal membiarkan Alexa sendiri. Ia tetap berpikir bahwa Evan masih sama seperti yang lainya terutama Clara dan ibunya, Sofie.
Terlebih lagi pria itu anak kandung Sofie Wanita yang jelas-jelas ia benci sedari dulu. Tidak mungkin ia percaya begitu saja padanya, dengan alasan apapun.
Alexa menganggap pria itu hanya karena ia ingin menunjukkan dirinya sebagai seorang pahlawan, ataupun hanya sekedar untuk alasan tertentu tanpa ada satupun pikiran dari benaknya jika Evan teramat peduli padanya.
Wanita itu gegas berganti pakaian yang sudah basah kuyup, ia gegas merebahkan tubuhnya yang sudah cukup kelelahan seharian penuh bekerja.
"Seandainya gue bisa bales," bergumam seraya memejamkan kedua matanya namun ditengah penat yang ia rasakan mata itu sulit untuk terpejam meski rasa kantuk Muali melanda, bahkan suara binatang dimalam hari dapat ia dengar.
Alexa beringsut dari tempat tidur nya, dan berniat berjalan-jalan sejenak untuk menyegarkan diri.
Suasana malam terlihat begitu sepi, Alexa melangkah kearah luar dan menikmati suasana malam yang berhiaskan bintang juga rembulan.
Seperti biasanya ia akan selalu tenang setelah merasakan angin malam, kedua matanya terpejam ia menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan nya secara perlahan.
"Ngapain Lo?"..