Hidup tanpa kebahagiaan itu bagai sayap tanpa bulu,sebuah kemustahilan yang tidak dapat masuk logika,setidak berguna sayap pada ayam yang tidak bisa terbang,setidaknya sayap itu masih memiliki bulu yang indah,begitu pun juga dengan kehidupan,seburuk-buruknya hidup,akan ada setitik cahaya kebahagiaan didalamnya,namun semua itu tidak berlaku pada kehidupan yang di jalani oleh sesorang remaja cantik bernama aleza,sebesar apa memangnya penderitaan hidup yang gadis itu alami?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mohammad Alfarizi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Restoran
Tin...
Tin.....
Terdengar suara mobil yang mengkelakson,eza sepontan mengalihkan pandangannya,ternyata itu adalah charles,si murid baru.
"Kenapa kamu kemari?,jam berapa sekarang?." Tanya eza ketika melihat pria itu yang berjalan menghampiri nya.
"Ini sudah jam15:34, aku ingin mengembalikan tas mu yang tertingal di kelas." Balas charles.
"Ahhh,sudah waktunya pulang sekolah ya?, eumm,terimah kasih."
"Apa yang sedang kau lakukan disini?, aku kira kau sudah pulang ke rumahmu." Eza tersenyum tipis.
"Aku mana punya rumah,sedari dulu pun aku hanya menumpang." Lirih eza pelan.
"Kau sedang mencari pekerjaan ya?." Tanya charles secara tiba-tiba,eza menatap wajah charles dengan alis terangkat seseorang tengah bertanya'bagaimana kau bisa tau?.'
"Sebelum kesini,aku sempat melihat mu keluar dari salah satu kafe." Eza menganggukan kelapanya mengerti.
"Kau sudah mendapatkan ya?." Pertanyaan charles itu segera di balas gelengan kepala oleh eza.
"Mau ku bantu?, aku tahu sebuah restoran besar yang sedang membutuhkan karyawan.
"Tak perluh,aku akan mencarinya sendiri." Balas eza sambil beranjak bangun hendak pulang menuju kontrakan nya.
"Mau sekalian aku antar?."
"Tak perlu,aku masih mempunyai dua kaki yang utuh."
"Yasudah,ambil ini,di dalam kartu nama ini adalah nomor telponki,kau nisa mengabari ku jika kau berubah pikiran." Eza segera menerima dan pergi begitu saja dari hadapan charles.
Ceklek....
Eza segera merebahkan tubuhnya sesampainya ia di kamar kamar kontrakan,eza kembali merenung,merasakan kakinya yang begitu pegal akibat terlalu banyak berjalan ke sana-sini.
"Hujhhhhh...." kembali terdengar helahan nafas dari mulut gadis itu.
Eza menatap kartu nama di tangannya,terdapt alamat rumah,nama dan nomor telpon.
"Charles naransyah leonel." Gunam eza membaca nama murid baru.
"Leo?."
"Ahhhhh,bagaimana ini,haruskah aku menelpon dan kembali menanyakan tawaran nya?, aku yakin jika aku terus karas kepala,aku akan semakin kesulitan untuk mencari pekerjaan."
"Takutnya juga pekerjaan nya keburu di ambil orang,tapi..."
"Ahhh udah lah,ngak ada pilihan lain,demi kebaikan hidup aku juga."
Eza mulai mengetik kan nomor yang tertulis handepone miliknya,hingga akhirnya telpon darinya itu bisa tersambung.
Charles menatap hendepone nya yang bergetar,ia terlihat tersenyum tipis,mengetahui siapa orang yang hendak menelponnya di tengah malam seperti ini.
"H-hallo." Ucap eza ketika telponnya akhirnya dijawab.
"Ya,dengan siapa?."
"Ini aku eza,m-mengenai tawaran mu sebelumnya apakah masih berlaku?." Tanya eza langsung to the point.
"Oh eza,tawaran yang mana ya?, maaf sepertinya aku lupa,aku mengingat terlalu banyak hal."
"Itu,saat kau mengembalikan tas ku,kau kan sempat menawarkan pekerjaan,apakah sekarang masih berlaku?, atau sudah diisi oleh orang lain?." Tanya eza mencoba untuk menjelaskan kepadanya dengan serinci mungkin.
"Ahhhh,soal pekerjaan ya,eumm setahu ku belum sih,memangnya kenapa?,bukankah sebelumnya kau tidak tertarik?." Tanya charles dengan sengaja.
"Emmm,sebenernya aku belum mendapatkan pekerjaan hingga sekarang,dan aku ingat kau menawarkan pekerjaan kepadaku,aku tidak boleh mengandalkan ego jika ingin terus bertahan hidup."
"Aku juga akan menerima pekerjaan apa pun,selagi aku bisa mendapatkan uang dan uang itu halal,jadi,pekerjaan apa yang masih ada lowongannya?."
"Eummm,mungkin semacam pelayan atau itulah,aku juga kurang tau,soalnya temanku yang merekomendasikan."
"Oh,yasudah,aku masih bisa bekerja kan?, aku bisa mulai kerja kapan?."
"Tentu, aku akan segera memberitau temanku, dan kau bisa mulai masuk besok untuk diwawancarai, mungkin kau juga akan langsung bekerja besok,nanti kau tanya saja pada menenejer nya oke?." Eza menganggukan kepalanya mengerti.
"Kau tidak sedang menipuku kan?." Tanya eza mencoba memastikan.
"Mana mungkin aku bisa menipu seseorang yang begitu menyedikan ini,hemmm?."
"Aku percaya padamu, aku harap kau tidak benar-benar menipu ku."
"Yeah,aku akan memberikan alamat nya lewat whatsap,kau bisa segerah datang besok."
"Eummmhh....., terimah kasih sebelumnya."
"Sama-sama,senang bisa membantumu." Eza segera mematikan teleponnya,ia kembali menghela nafasnya.
Apakah tak apa bagi eza untuk mempercayai teman barunya itu?, apakah semuanya akan baik-baik saja?.
"Sudahlah eza,jangan banyak pikiran,kau hanya perlu mengikuti dan menjalani alur yang sudah takdir buat untuk mu." Menolong eza kepada dirinya sendiri.
Matanya mulai terasa berat,hingga akhirnya kedua mata bulat itu mulai tertutup secara perlahan,dan sepertinya eza benar-benar tertidur puas setelahnua.
...****************...
Eza menatap jam tangan di tanganya,kini waktu sudah menunjukkan pukul 08:45,dan charles memberi tahunya untuk datang ke tempatnya pada pukul setengah sembilan pagi,eza jelas sudah sangat telat,kini dia nya bahkan masih menaiki angkot.
Dirinya bahkan telat di haru pertamanya,entah apa yang akan terjadi,eza tak sengaja telat akibat dirinya yang sedang datang bulan sehingga bablas tidur hingga siang,dan inilah yang terjadi.
"Akhhh sial,dasar eza bodoh!!!." Lirih eza,sambil memukul kepalanya sendiri.
Beberapa menit kemudian berulah dirinya sampai di tempat tujuan,eza menatap bagunan yang kini tengah menjulang tinggi di hadapan nya.
"Ini mah restoran mewah,kenapa si charles ngak bilang kalau aku bakal kerja ditempat seperti ini." Monolog eza dengan tatapan kagum yang tertera di wajahnya.
Puk....
Puk...
Eza menepuk kedua pipinya,tak ada waktu untuknya memikirkan hal seperti itu,kini eza hanya perlu fokus pada satu hal.
"Semangat!!!."
"Jadi anda yang bernama aleza prudence?." Tanya menejer ketika sedang mewawancarai eza.
"Ya pak,saya sendiri."
"Kamu yakin ingin bekerja disini?."
"Tentu pak,saya akan berusaha sebaik mungkin agar bapak puas dengan kinerja saya."
"Eemmm saya suka semangat juang kamu,tapi,kamu tau sendiri kan kesalahan kamu di hari ini apa?."
"Maaf pak,saya telat di hari pertama,saya tau saya ceroboh hari pertama saya wawancara,tapi saya berjanji,saya tidak akan mengulai hal yang sama suatu saat nanti."
Pria berumur tiga puluhan taun itu di hadapanya ini terlihat menghela nafasnya berat,eza menutup matanya siap menerima keputusan dari sang manajer.
"Huhhhhhhh....,baiklah,ingat untuk jangan mengulaingya di hari-hari yang akan datang,selamat,mulai sekarang kamu bekerja di sini,sebagai pelayan dan orang yang akan membantu koki di dapur,kamu menerimanya?." Eza tersenyum senang.
"Tentu pak,saya akan dengan senang hati menerimanya,terimah kasih."
"Di hari minggu kau bisa libur,dan jika hari sabtu pun sepu,kau juga bisa libur,maksimal izin atau sakit dalam sebulan itu ada lima hari,untuk gajimu,kisaran tiga juta setengah,dan jika kinerjamu baik serta kau bisa bertahan di restoran ini selama beberap tahun ke depan,gajimu pasti akan dinaikkan lagi,untuk seragam kau bisa mengambilnya di gudang."
"Kau bisa meminta beberapa senior mu untuk membantu kau beradaptasi di sini,dan skil yang wajib kau miliki ketika bekerja disini adalah keramahan,pstikan untuk selalu tersenyum dan memperlakukan pelanggan dengan baik,kau akan menerima hal yang buruk jika membuat pelanggan kecewa."
"Ya tuhan,saya akan melakukan yang terbaik,di komplek dulu,saya sering di sebut sebagai pencuri madu hampir semua orang dewasa kisaran empat puluh tahun ke atas dan anak-anak akrab denganku,aku bisa menyesuaikan diri dengan baik." Manager itu terlihat tersenyum tipis.
"Lakukan dengan baik,jika ada apa-apa,kau bisa memberi tau senior mu atau langsung saja bercerita kepadaku,namaku danz.
"Siap pak danz." Balas eza sambari memberikan hormat kepada sang manajer baru.
"Selamat bekerja." Ujar pk danz sambil beranjak bangun.
"Selamat bekerja juga pak,semoga hari bapak selalu indah." Balez eza sambil tersenyum manis.
Eza keluar dari dalam ruangan manajer dengan senyuman manis yang tertera di wajahnya,hampir semua orang yang melewati eza selalu gadis itu sapa,saking bahagianya.
"Huhhh....,gadis itu sudah telat di hari pertama,kalau saja bukan dia yang merekomdasikan nya sudah aku pecat bahkan sebelum dia memasuki ruangan ini." Keluh danz sambil menyadarkan punggungnya.
"Wahhhh,seragamnya begitu cantik,cocok dengan ku." Eza menatap pantulan dirinya sendiri dibalik cermin,eza baru saja selesai menganti pakaiannya di kamar mandi.
"Kau yang pegawai baru itu ya?." Tanya salah seorang perampuan yang juga tengah bercermin,perempuan berambut ikal dengan lesung pipi yang timbul diwajahnya ketika perempuan itu tersenyum.
"I-iya kak,mohon bimbingannya ya?." Pinta eza sambil tersenyum manis.
"Yah,tak perluh seperti itu,aku sudah psti membimbing mu karena itu adalah kewajiban ku,namaku della,siap namamu?."
"Ah,namaku aleza kak,bisa dipanggil eza kok."
"Aduhhh jangan panggil kak dong,palingan umur kita nggak bakalan begitu jauh,btw berapa umur mu?."
"Umurku tujuh belas tahun ini kak,kalau kakak?." Della tersenyum miris.
"Ahhh sepertinya umur kita memang terpaut lumayan jauh,umurku dua puluh dua,tapi tak apa,kamu bisa tetap pangil aku seperti biasa,jangan sungkan oke?'" Eza mengangukan kepalanya.
"Aku pergi dulu ya,kalau ada apa-apa tanya saja padaku,bay." Pamit della sambil beranjak pergi.
Eza kembali menatap pantulan dirinya di balik cermin,senyuman manis hadir diwajah yang sakit.
"Oke eza,semangat!!!, semangat untuk terus berjunag mengejar impian kamu supaya bi surti dan pak hendra yang ada di atas senang." Monolog eza guna menyemangati dirinya sendiri.
Tak terasa kini sudah beberapa jam berlalu jam makan siang sudah lama terlewatkan dan kini waktunya sudah menunjukkan pukul 17:56,ini saat bagi eza untuk pulang.
Namun ketika dirinya hendak pulang menuju pintu utama,terlihat beberap pelayan dan pengurus staf yang tengah kesulitan dengan eksprsi panik yang tertara diwajah mereka.