Akademi Debocyle adalah akademi yang paling luas, bahkan luasnya hampir menyamai kota metropolitan. Akademi asrama yang sangat mewah bagaikan surga.
Tahun ini, berita-berita pembunuhan bertebaran dimana-mana. Korban-korban berjatuhan dan ketakutan di masyarakat pun menyebar dan membuat chaos di setiap sudut.
Dan di tahun ini, akademi Debocyle tempatnya anak berbakat kekuatan super disatukan, untuk pertama kalinya terjadi pembunuhan sadis.
Peringatan : Novel ini mengandung adegan kekerasan dan kebrutalan. Kebijakan pembaca diharapkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Garl4doR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23 : Pemerintah Mulai Bergerak
Suara dengungan mesin bergaung di dalam laboratorium bawah tanah. Lampu neon berkelip di atas meja penuh dengan peralatan canggih. Di tengah ruangan, sebuah berlian raksasa mengambang di dalam kapsul transparan, berkilau di bawah sorotan cahaya. Para ilmuwan mengenakan jas putih dengan emblem kepemerintahan, mata mereka terpaku pada layar holografik yang menampilkan data real-time.
Di sudut ruangan, seorang pria bertubuh tegap mengenakan seragam tempur berwarna hitam dengan lambang "Diamond Suppression Unit (DSU)" di pundaknya. Komandan Renard, pemimpin tim pengembangan, melangkah maju dengan wajah penuh ketegangan.
"Kita akan menguji Diamond Resonator hari ini," ujar Renard, suaranya tegas.
Seorang ilmuwan wanita, Dr. Viera, mengetik cepat di panel kontrol. "Frekuensi resonansi diatur ke tingkat maksimum. Subjek uji coba siap," katanya sambil menatap layar dengan cermat.
Uji Coba Pertama, Diamond Resonator (DR-01)
Renard mengangkat alat kecil berbentuk seperti pistol dengan corong melingkar di ujungnya. Ia mengarahkannya ke berlian yang terkunci di dalam kapsul. Dengan tekanan tombol, alat itu memancarkan gelombang ultrasonik tak kasat mata.
Berlian mulai bergetar hebat, retakan kecil muncul di permukaannya. Namun, dalam hitungan detik, retakan itu menyatu kembali. Alarm berbunyi, menandakan resistensi berlian terhadap frekuensi tertentu.
"Frekuensi ini terlalu rendah! Tingkatkan hingga level beta!" seru Dr. Viera.
Renard mencoba lagi, kali ini dengan intensitas yang lebih tinggi. Berlian mulai menunjukkan perubahan drastis, getaran meningkat, dan akhirnya pecahan kecil jatuh ke dasar kapsul. Senyum tipis muncul di wajahnya.
"Progres," gumamnya.
Uji Coba Kedua, Crystal Nullifier Grenade (CNG-3)
Beberapa unit dari tim Nova Strikers, yang mengenakan baju lapis Aetherium Coating Suit, bersiap di zona aman. Seorang agen, Letnan Graves, melempar granat ke dalam ruang uji. Dalam ledakan lembut, kabut hitam dengan partikel nano mulai menyelimuti berlian.
Awalnya, tidak ada perubahan berarti, tetapi saat partikel menempel pada struktur kristal, berlian kehilangan kilaunya dan mulai terurai perlahan. Namun, efeknya berumur pendek—beberapa detik kemudian, berlian kembali pulih.
"Efeknya sementara, kita perlu formula lebih kuat," ujar Graves sambil menatap Renard.
Renard menatap berlian yang masih utuh dan mengepalkan tinjunya. "Zaela pasti memiliki kontrol yang jauh lebih kuat dari ini. Kita butuh peningkatan skala besar," katanya dengan nada frustrasi.
Uji Coba Ketiga, Aetherium Coating Suit (ACS-07)
Di arena latihan, seorang agen dari Unit Bastion Hammer mengenakan armor Aetherium dan melangkah ke dalam ruang uji. Dari dinding, berlian tajam meluncur seperti proyektil, menabrak pelindung armor dengan suara keras. Setiap benturan hanya menimbulkan percikan kecil, tanpa efek signifikan.
Namun, setelah beberapa tembakan, agen itu melaporkan kendala. "Beratnya membatasi pergerakan, Komandan. Kami butuh fleksibilitas lebih jika harus menghadapi musuh dalam jarak dekat."
Renard mengangguk. "Catat itu. Kita tidak hanya butuh pertahanan, kita butuh kecepatan."
Saat sesi uji coba hampir selesai, seorang pria berpenampilan tenang dengan kode nama Green masuk ke ruangan. Ia mengenakan jaket hitam dengan lambang akademi di lengannya, samar-samar menunjukkan statusnya sebagai mata-mata di Debocyle.
"Zaela telah meningkatkan kontrolnya. Dia kini bisa membentuk berlian dalam hitungan detik dan menjadikannya armor ofensif," lapornya dengan nada serius.
Semua mata tertuju padanya. Renard mengusap dagunya, berpikir keras.
"Kita perlu lebih dari sekadar alat. Kita butuh strategi," katanya.
Dr. Viera mengangguk. "Dan kita harus mempercepat penelitian sebelum Zaela mengetahui keberadaan Red."
***
Suara ledakan mengguncang udara, menggemakan kehancuran di seluruh Akademi Debocyle. Di tengah lapangan utama yang kini berubah menjadi medan perang, Zaela berdiri di atas pilar berlian yang muncul dari tanah. Berlian itu bersinar, memantulkan cahaya matahari seperti prisma raksasa. Di sekelilingnya, anggota eksekutif berdiri berjaga, bersiap menghadapi pasukan kepemerintahan yang mendekat.
Pasukan kepemerintahan dengan armor riot lengkap maju dalam formasi ketat, tameng listrik mereka memancarkan medan pelindung biru. Dari belakang, komandan unit meneriakkan perintah. "Tahan posisi! Jangan biarkan mereka lolos!"
Zaela menatap mereka dengan senyum dingin. "Mereka benar-benar menganggap bisa melawan kita dengan teknologi murahan itu?" Dengan gerakan tangan yang anggun namun mematikan, ia menciptakan puluhan pecahan berlian yang mengapung di udara, siap melesat seperti proyektil.
Zaela melambaikan tangannya, dan pecahan berlian meluncur seperti peluru ke arah pasukan. Pecahan itu menghantam tameng riot, menciptakan suara dentingan keras dan retakan kecil di medan pelindung mereka. Beberapa pecahan berlian menembus celah kecil di pertahanan, melukai beberapa prajurit.
"Formasi bertahan! Jangan panik!" teriak seorang kapten, namun nada suaranya mulai goyah.
Di sisi Zaela, Douglas melangkah maju. Dengan satu kibasan tangan, ia menciptakan gelombang telekinetik yang merobohkan barisan depan pasukan. Tameng-tameng mereka terlempar ke udara, dan beberapa prajurit terjatuh, kehilangan keseimbangan.
"Begitu lemah," gumam Douglas sambil melirik Zaela.
Di sisi lain lapangan, Ravi bergerak dengan kecepatan luar biasa. Ia memutar rantainya yang berat, menciptakan pusaran mematikan. Dalam satu hentakan, rantai itu melesat dan menghantam tameng riot seorang prajurit, menghancurkannya seketika. Orang itu kembali menjadi penggila tarung setelah diobati.
"Ayo, siapa lagi yang mau mencoba?" Ravi berteriak, matanya menyala penuh tantangan.
Tiga prajurit maju bersamaan, mencoba mengepungnya. Ravi melompat ke udara, memutar rantai dengan teknik "Cyclone Slash". Rantai itu menciptakan putaran angin tajam yang memaksa para prajurit mundur, sementara tubuh mereka terluka oleh tekanan udara.
Meskipun terdesak, pasukan kepemerintahan tidak menyerah. Dari belakang formasi, seorang prajurit dengan peluncur granat khusus menembakkan Granat asap modifikasi untuk melemahkan para pengguna kekuatan ke arah Zaela. Granat itu meledak dalam kabut hitam, mencoba melumpuhkan kendali Zaela atas berlian.
Zaela merasakan kekuatannya melemah sejenak, tapi ia hanya tersenyum tipis. "Upaya yang bagus, tapi sia-sia." Dengan kekuatan mentalnya yang luar biasa, ia memulihkan kendali dan menciptakan dinding berlian yang melindunginya dari ledakan berikutnya.
Sementara itu, anggota eksekutif biasa maju, memanfaatkan elemen dan keahlian mereka. Salah satu siswa memanipulasi angin untuk menciptakan pusaran yang melontarkan prajurit-prajurit ringan ke udara. Yang lain, dengan kekuatan beladiri, menembus formasi lawan, memukul mundur barisan depan.
Di tengah kekacauan, salah satu prajurit berpangkat tinggi mencoba mendekati Zaela dengan armor Aetherium yang baru diujicobakan. Dengan sebuah tombak energi, ia melancarkan serangan langsung, mengincar Zaela yang tampak lengah.
Namun, sebelum serangan itu mencapai, Ravi menghentikan tombak tersebut dengan rantainya, membelitnya kuat-kuat dan menariknya hingga patah. "Jangan pernah sentuh pemimpin kami," katanya dingin, sebelum menghantamkan pemberat rantainya ke helm prajurit itu, membuatnya jatuh tak sadarkan diri.
Zaela memandang ke medan pertempuran yang mulai hening. Pasukan kepemerintahan terlihat kewalahan, banyak yang sudah tumbang. "Aku sudah cukup sabar. Kalian tidak akan menang di sini."
Dengan satu gerakan besar, Zaela menciptakan pilar-pilar berlian yang menghantam tanah dengan kekuatan besar, memaksa pasukan yang tersisa untuk mundur. "Sampaikan pesan ini pada atasan kalian, ini hanya permulaan."
Pasukan kepemerintahan yang tersisa mundur dengan tergesa-gesa, meninggalkan Akademi Debocyle dalam kekacauan. Zaela turun dari pilar berlian, matanya penuh kemenangan. Douglas dan Ravi mendekatinya, berdiri di sisinya.
"Langkah selanjutnya?" tanya Ravi, suaranya penuh semangat.
Zaela tersenyum, menatap ke cakrawala. "Kita pastikan mereka tidak punya pilihan selain tunduk."
***
Sementara para siswa eksekutif sibuk menahan pasukan pemerintah di gerbang Akademi, tim Fluttergeist bergegas menuju gedung siswa eksekutif yang kosong sesuai prediksi Alvaro.
Serangan mendadak pemerintah telah memaksa semua siswa eksekutif, termasuk petinggi mereka, untuk maju ke medan pertempuran. Meski pasukan pemerintah memiliki persenjataan canggih, kekuatan para siswa eksekutif di luar nalar, menjadikan serangan tersebut tak lebih dari sebuah pengalihan. Alvaro tahu betul bahwa ini adalah kesempatan sempurna untuk menyusup tanpa gangguan berarti.
Di dalam gedung, mereka hanya bertemu dengan staf akademi yang tampak tidak terganggu oleh kehadiran mereka.
"Teman kalian ada di ruangan paling ujung," ucap salah satu staf, suaranya tenang seolah hal ini adalah rutinitas biasa.
Gale, yang merasa ada yang janggal, mengerutkan alis. "Staf memang tidak pernah ikut campur dalam konflik antar siswa, ya?"
Pria itu terdiam sejenak, tampak mempertimbangkan kata-katanya dengan hati-hati sebelum akhirnya menjawab, "Tidak sepenuhnya. Tapi, bagiku, kalian semua hanya anak-anak barbar. Tidak ada gunanya ikut campur."
Tim Fluttergeist saling bertukar pandang, sedikit bingung dengan sikapnya, tetapi tidak ada yang mencoba membalas. Mereka hanya mengangguk singkat sebelum melanjutkan perjalanan.
Saat mereka hendak pergi, pria itu berseru, "Kalau sudah, jebol saja temboknya. Anggap saja kita tak pernah bertemu."
Mereka pun bergerak cepat menuju ruangan terakhir. Setelah berhasil membebaskan Hans dan kabur melalui cara yang disarankan staf tadi, mereka kembali ke ruang aman cadangan. Dalam perjalanan pulang, tawa dan canda mulai terdengar di antara mereka, suasana yang sempat mencekam kini kembali menghangat.
"Kalian lama sekali, sampai-sampai aku harus mengobrol dengan tembok untuk menunggu kalian."
Namun di balik senyuman itu, Alvaro tetap memutar otaknya, memikirkan langkah selanjutnya. Perang di Akademi belum berakhir, dan ancaman sebenarnya masih mengintai.
misteri? keqnya masih org dalam kan. hmmm
mumgkin katanya aja kebetulan, aslinya memang sengaja /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
ok next