NovelToon NovelToon
AKU YANG KALIAN CAMPAKKAN

AKU YANG KALIAN CAMPAKKAN

Status: tamat
Genre:Tamat / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Konflik etika / Selingkuh / Diam-Diam Cinta / Mengubah Takdir / Angst / Chicklit
Popularitas:7.6M
Nilai: 4.9
Nama Author: Cublik

“Tega kau Mas! Ternyata pengorbanan ku selama ini, kau balas dengan pengkhianatan! Lima tahun penantianku tak berarti apa-apa bagimu!”

Nur Amala meremat potret tunangannya yang sedang mengecup pucuk kepala wanita lain, hatinya hancur lebur bagaikan serpihan kaca.

Sang tunangan tega mendua, padahal hari pernikahan mereka sudah didepan mata.

Dia tak ubahnya seperti 'Habis manis sepah di buang'.

Lima tahun lamanya, dirinya setia menemani, dan menanti sang tunangan menyelesaikan studinya sampai menjadi seorang PNS. Begitu berhasil, dia yang dicampakkan.

Bukan hanya itu saja, Nur Amala kembali dihantam kenyataan pahit. Ternyata yang menjadi selingkuhan tunangannya tidak lain ...?
_______

Bila tak suka, cukup tinggalkan!
Kalau memang terlalu buruk, harap berikan ulasan masuk akalnya!

Kita memang tidak saling mengenal, tetapi ada Malaikat yang selalu mencatat Amal. Ayo ... jaga jemari agar hati tetap bersih. Salam damai selalu 🙏😊

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cublik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 19

Salam hangat semuanya ❤️

Semoga kita semua sehat selalu, dan selalu dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa ❤️🤍

...----------------...

Yasir membuka matanya, dia membalikkan badan menjadi berhadapan dengan sang istri. “Maksud mu apa, Dek? Kau tidak betah di sini?”

“Bukan, Mas. Aku hanya ingin mandiri, dimana kita sama-sama belajar untuk menjadi calon orang tua yang baik bagi anak kita kelak,” sanggahnya sedikit merasa takut.

“Lalu, kau ingin keluar dari rumah Ibuk, terus ngontrak gitu?” tanya Yasir, seraya menelisik raut sang istri yang belakangan ini selalu muram.

Nirma pun mengangguk, tak mengapa ngontrak yang penting tidak serumah dengan sosok ibu mertua picik.

“Ngontrak? Kau ingin menjatuhkan martabat keluarga ku, iya? Belum ada sejarahnya kami mengontrak rumah!” nada suara Yasir naik satu oktaf.

Nirma langsung memeluk sang suami, mengelus punggungnya berharap bisa meredakan emosi. “Aku sama sekali tidak berniat begitu, Mas. Cuma pengen aja merasakan hidup berdua denganmu sebelum direcoki anak kita. Kalau nggak ngontrak, ayo kita ajukan pinjaman ke bank, Mas! Biar bisa beli rumah.”

Netra Yasir memicing, dia memiliki ide brilian. “Daripada hutang bank, lebih baik kau datangi rumah ibumu! Mintalah pembagian harta warisan. ‘Kan ada kebun karet, ladang beserta rumah.”

Nirma melerai pelukan mereka, keningnya mengernyit. ‘Apa pantas aku menuntut harta warisan?’

Melihat raut sang istri yang meragu, Yasir tak tinggal diam. “Mas dengar, rumah di depan puskesmas desa mu ada yang mau dijual. Nanti kau yang beli bangunannya, biar Mas yang mengisi perabotannya sesuai selera mu. Dengan begitu kita juga memiliki banyak kesempatan untuk memperbaiki hubungan dengan ibumu!”

Otak Nirma langsung jalan. Demi keberlangsungan kedamaian hidupnya, ia harus melakukan sesuatu. Kalau nanti bisa satu desa dengan sang ibu, ‘kan dia tidak perlu merepotkan diri memasak. Tinggal datang makan di sana atau bawa menu pulang ke rumahnya.

Tak jauh berbeda dari Nirma, Yasir pun berpikir demikian. Dia sendiri ketagihan dengan olahan tangan mantan tunangannya, dengan begitu juga dirinya akan memiliki banyak kesempatan bertemu Amala.

“Bagaimana kalau ibuk tidak memperbolehkan kita pindah, Mas?” tanya Nirma.

Yasir mengecup pucuk kepala sang istri. “Kau tenang saja! Biar itu menjadi urusan Mas.”

“Besok temani aku ke sana ya, Mas?”

“Siap!”

***

“Mak, tolong antarkan rantang ini ke rumah Wahyuni ya. Mala mesti cepat sampai kebun, agar tidak keduluan hujan.” Amala menutup rantang susun 2 yang berisi ikan sambal dan juga sayur daun ubi santan.

“Iya, Nak. Hati-hati di jalan! Tak lama lagi Mamak menyusul mu!” seru Mak Syam.

Hari ini waktunya menjual getah karet, maka dari itu Amala harus bergerak cepat. Selepas sholat subuh dirinya langsung berkutat di dapur, memasak menu yang kemarin bahannya dikasih bang Agam.

“Mamak juga mesti hati-hati, jangan lupa bawa air minum! Bekal sarapannya biar Mala yang bawa saja!” balas Amala, dia sedang mengoleskan gumuk di kaki meja makan agar semut tidak bisa naik.

Mak Syam mengangguk, dirinya baru selesai memindahkan sayur dari atas wajan. Membagi menu menjadi dua piring untuk makan siang dan malam.

Amala pun pergi sambil menuntun sepeda ontelnya, membawa ember untuk wadah getah.

Mak Syam juga bergerak cepat agar bisa lebih awal menyusul serta membantu anak sulungnya.

Begitu sampai di kebun, Amala menyadap karet sambil mengutip getah hasil dari beberapa hari lalu. Kemudian Memeras gumpalan putih itu agar tidak ada air. Nanti tugas ibunya mengumpulkan cairan getah yang baru saja dia deres, setelahnya akan diberi cairan senyawa agar merekatkan getah lainnya.

Dua jam kemudian, sepeda Amala sudah mengangkut hasil panen. Ada 5 ember berisi getah. Tempat duduk belakang telah dipasang kayu palang yang berguna membawa lebih banyak beban.

Mak Syam berjalan dibelakang Amala, dia membantu mendorong serta menarik sepeda kala melewati jalan berbukit.

“Alhamdulillah!” seru Mak Syam seraya mengusap keringatnya. Mereka sudah sampai di tanah lapang khusus tempat penimbangan.

Amala pun tersenyum lembut, netranya memandang sosok Zikri yang tengah mencatat hasil timbangan getah milik warga.

‘Apa bang Agam tidak ikut?’ tanyanya dalam hati. Biasanya pemilik usaha jual beli karet ini selalu hadir saat hari panen.

Kini Amala dan Mak Syam kembali menuntun sepeda berjalan pulang ke rumah. Sepanjang jalan wajah Mak Syam dan Amala terlihat sumringah, meskipun hasil panen kali ini tidak sebanyak biasanya, tetapi mereka tetap bersyukur.

“Mala, Mamak langsung ke sumur ya, mau bilas badan.” Mak Syam pun berlalu.

Amala menyandarkan sepedanya di bawah pohon nangka.

‘Kenapa pintu dapur sedikit terbuka?’

Kakinya menaiki undakan tangga, membuka pelan daun pintu dan mulai masuk.

Sorot matanya begitu dingin manakala melihat piring kotor berserakan di atas amben.

“Pelan-pelan Mas! Ah, jangan digigit nanti lecet ….” desahan itu terdengar begitu manja.

Dada Amala bergemuruh layaknya suara ombak menghantam batu karang, dalam senyap ia mendekati suara menjijikan itu lalu membuka tirai pintu. Matanya membulat sempurna melihat dua manusia tidak punya malu sedang bersenggama di atas tempat tidurnya, tanpa sehelai benangpun.

Amala kembali ke dapur, mengangkat dua ember air bekas cucian piring yang belum sempat dibuang oleh ibunya.

Dua insan sedang bira hi itu sama sekali tidak menyadari kehadiran si pemilik kamar. Mereka asik main kuda-kudaan.

BYUR.

“DASAR BINATANG!! ENYAH KALIAN DARI SINI!!”

Satu ember disiramkan ke badan Yasir. Sesudahnya ember pun dibanting.

Yasir begitu panik, sampai tidak mampu bersuara. Ia langsung memungut baju yang berceceran.

"Mb_ak, Mala.”

BYUR.

Akhh.

Amala menyiram Nirma dengan air yang terdapat biji cabai.

“KELUAR KALIAN!!”

Suara Amala menggelegar, dia seperti orang yang kehilangan akal.

Nirma berusaha menutupi aset nya dengan kedua tangan. Yasir sudah memakai kembali celana dalamnya yang basah. Mereka masih di atas ranjang porak-poranda.

Amala yang sudah kalap tidak lagi bisa berpikir jernih. Hatinya dikuasai angkara murka, sebelah tangannya mengepal dan satunya lagi meraih gelas kaca berisi alat tulis.

Akh!

Yasir berteriak melengking menahan sakit, pelipisnya langsung bengkak terkena lemparan gelas.

“Amala!”

“Nur!”

“Nak, ada apa?”

Suara langkah kaki begitu gaduh, Agam terlebih dahulu sampai. Dia membalikkan badan menghentikan Mak Syam, Dhien dan juga adiknya.

“Tunggu di sana!” titahnya kepada mereka yang masih sampai pada batas antara dapur dan ruang tamu.

“CEPAT KALIAN BERPAKAIAN!” pekik Agam begitu geram. Dia mendekati Amala, netranya tidak sedikitpun melirik pasangan mesum.

“Jangan! Mamak panggil warga! Biarkan dua manusia laknat ini diarak!” Teriak Amala masih dengan napas memburu dan tangan terkepal, tatapannya begitu nyalang.

“Nur, kita keluar dulu!” kata Agam lembut, tetapi Amala tetap bergeming. Mau tidak mau dia menarik sedikit kuat ujung baju si wanita, Amala menurut.

“Ya Allah, Nak!” Mak Syam menubruk badan Amala yang terasa dingin dan bergetar.

“Mak, carikan bensin atau minyak tanah! Mala mau membakar kamar! Mereka melakukan hal tak senonoh itu di kamar ku ... di tempat tidurku, Mak!!”

.

.

Bersambung.

1
Endah Ing
definisi di anugerah cinta oleh Allah itu nur
Endah Ing
doa mu terjawab nur, sandaran berwujudmu
Endah Ing
gratisan lg
Endah Ing
dhien inget ini bukan pertunjukan komedi
Endah Ing
Dhien ini emang ya suka bener /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Bang Fay
sangat puas
Bang Fay
kalau kita berusaha pasti berjaya semangat Dhien
Endang Sulistia
pasangan normal...
Endang Sulistia
ya ampun si tia....
Erni Fitriana
hah...ikram?...kenapa ikram????kenapa
ipeeeeehhhhhh
ya Alllah menghibur sekali tiap bab nya ngakak mpe terbatuk2 daku thorr sayang
Erni Fitriana
agammmmm kau pikir anakmu pelepah pisang????...
Uthe Suganda
Luar biasa
Endah Ing
instan karmanya, gercep malaikate
Nia Kurnia
MasyaAllah sy suka ceritanya ringan , tp mengaduk emosi dan ada humor nya juga. sy baru baca, dan marathon membaca nya/Good/
Erni Fitriana
masyaAllah tak terasa trio cebol sdh bujang
Juju
kenapa baru Nemu cerita sebagus ini serasa nostalgia jaman dulu/Drool//Drool//Drool/
Erni Fitriana
kelurga shidiqq balapan bunting😁😁😁😁
Erni Fitriana
malaaaaaaaaaaa
Erni Fitriana
authorrrrrr🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!