Tepat pada saat acara pesta, Rachel Victoria tidak sengaja melakukan ONS bersama pria yang begitu ia hindari, Leonardo.
Karena satu malam itu, sekaligus menghindari perjodohan orang tuanya, Rachel dan Leon melakukan perjanjian pernikahan selama 80 hari.
Akankah perjanjian pernikahan bisa membawa cinta dalam hati masing-masing?
Note!!!
(Season dua dari cerita : Menikahi Ceo Dingin) Sebaiknya baca S1nya terlebih dahulu🥰🥰
Follow ig : @dsifaadian_
Tik-tok : @dsifaaadian_02
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29.
Leon tidak pernah terpikirkan, wanita disampingnya begitu lahap makan rujak buah.
Rachel terlihat cantik, dewasa, sedikit judes, namun sebenarnya dia orang yang humble. Kalau dilihat, sebenarnya Rachel dan Kiyara memiliki perbedaan yang jauh.
Rachel tidak ingin merepotkan orang disekitarnya, namun berbeda dengan Kiyara yang malah ingin orang-orang yang diinginkan terus perhatian padanya.
Setelah menghabiskan satu piring rujak, Rachel justru merasakan mual.
"Kenapa?" Tanya Leon karena melihat wanita disampingnya menutup mulut.
"Aku mau ke toilet sebentar!" Rachel langsung berdiri lalu berjalan cepat menuju toilet umum yang disediakan.
Rachel memuntahkan isi perutnya di wastafel, namun sayangnya tidak ada apa-apa yang keluar selain carian bening.
Memang beberapa hari, ia kerap pusing dan mual, namun langsung hilang dan tidak pernah ia gubris dan hiraukan.
"Ada apa denganku? Kenapa aku terus mual?" Gumam Rachel.
Rachel fikir mungkin karena tidur terlalu larut malam, karena biasanya memang ia seperti itu.
Setelah merasa enakan, Rachel akhirnya keluar dari toilet. Ia duduk kembali dan meminum jusnya.
Tiba-tiba saja, wajah Rachel juga berubah pucat yang membuat Leon mengerutkan keningnya heran.
"Kau sakit? Wajahmu tiba-tiba saja pucat!" Tanya Leon.
Rachel menggelengkan kepalanya, ia bersandar dikursi. "Tidak! Aku baik-baik saja!" Sahut Rachel. "Sepertinya aku ingin pulang saja!"
Leon langsung berdiri dan membayar tagihan rujak dan minumannya dikasir. Lalu mereka keluar dari kedai rujak.
Didalam perjalanan, Rachel terus bersandar dan memijat pelipisnya. Leon sesekali memperhatikannya dengan lirikan mata.
"Sepertinya wanita itu tidak baik-baik saja!" Gumam Leon dalam hatinya.
Setelah sampai dirumah, Rachel langsung turun dari mobil dan berlari masuk kedalam rumah.
Ia bahkan tidak menyadari Mommy Yuna yang sudah menunggunya dan Leon diruang tamu, sudah siap meledak karena ditinggal dirumah sakit.
"Heh, dasar tidak punya sopan santun!" Teriak Mommy Yuna.
Rachel tidak menghiraukannya dan berlari masuk kedalam kamar, lalu masuk kedalam kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya hingga lega.
Sementara Leon baru saja masuk rumah, ia juga nyelonong tanpa melihat Mommynya. Bahkan tidak mendengarkan perintah wanita itu untuk berhenti.
Leon masuk kedalam kamar, namun tidak ada sosok Rachel. Lalu terdengar suara air dibalik pintu kamar mandi yang tertutup.
Bingung mau melakukan apa, Leon akhirnya duduk ditepi ranjang menunggu Rachel keluar dari kamar mandi.
Tidak berselang lama, Rachel keluar dengan wajah pucat dan tubuh lemas. Bahkan jalan pun, wanita itu berpegangan pada ambang pintu.
Leon mengalihkan tatapannya pada arah kamar mandi. Ia cukup terkejut melihat kondisi Rachel yang tiba-tiba berubah.
Pria itu langsung berdiri dan berjalan cepat menghampiri Rachel. Ia menyentuh kening Rachel mengecek suhu badannya.
"Badanmu panas sekali, kau pasti sakit!" Tanpa banyak kata, Leon langsung mengangkat tubuh Rachel dan membawanya menuju ranjang. Meletakkan Rachel diatas ranjang dan menyelimutinya.
Pria itu lalu pergi mencari obat atau sesuatu yang bisa digunakan untuk menurunkan suhu badan Rachel yang panas.
"Pelayan!" Leon memanggil seorang pelayan rumah yang kebetulan lewat didepan kamarnya.
"Ya, tuan muda!"
"Bawakan obat penurun panas sekarang!" Titah Leon.
Pelayan langsung menjalankan perintah dari Leon. Tidak lama, langsung kembali sambil membawa obat penurun panas dan juga kompresan air dingin.
Leon langsung membawanya masuk dan menutup pintu. ia mendekati Rachel dan duduk disampingnya.
"Buka matamu!" Suaranya masih dingin, namun Leon sebenarnya khawatir dengan Rachel.
Mendengar suara Leon dan aroma parfumnya, dan sentuhan tangan Leon dikening lalu mengompresnya, Rachel merasakan mual.
Rachel langsung menepis tangan Leon dan menggelengkan kepalanya. "Menjauh dariku, Leon!" Ucap Rachel sambil menggeser posisi tidurnya.
Leon mengerutkan keningnya. Ia memeras handuk kecil diwadah air lalu hendak mengompres Rachel lagi.
Tapi lagi dan lagi Rachel menolak. "Sudah ku bilang, menjauh dariku! Jangan sentuh aku!" Rachel menutup hidungnya dengan selimut lalu membalik badan membelakangi Leon.
"Aku hanya ingin mengompresmu! tidurlah yang benar!" Sahut Leon, ia sungguh menahan diri untuk sedikit bersabar menghadapi istrinya.
Lagi dan lagi Rachel menggelengkan kepalanya. Bahkan selimut sudah menutupi seluruh tubuhnya untuk menghindari Leon.
"Rachel Victoria!" Leon yang geram memanggil dengan suara meninggi.
Tapi Rachel tidak perduli. Justru saat ia melihat Leon, ia merasa mual dan pusing.
Leon menarik selimut Rachel dengan paksa. Hingga terjadilah acara tarik menarik, dengan Leon yang ingin mengompres Rachel dan Rachel yang mual melihat Leon bahkan mencium aroma parfumnya.
"Apa sih?" Rachel geram karena Leon berhasil menarik selimutnya.
Wanita itu duduk dengan wajah masam. "Tidak bisakah kau tidak mengangguku sebentar? Kepalaku ini pusing, aku mual melihatmu, Leon. Menjauhlah dariku!" Meskipun demam, Rachel masih memiliki tenaga.
Leon merasa tidak mengganggu Rachel, justru ia hanya mau merawat wanita itu saja. Tapi kenapa respon Rachel justru seakan ia begitu mengganggu bahkan membuatnya pusing dan mual.
"Aku sudah mengantarmu menjenguk ibumu, bahkan ikut pulang denganmu! kau masih marah karena janjiku kemarin?" Tanya Leon menebak. Rachel masih tidak mood karena ia mengingkari janji kemarin siang.
Rachel menghela nafasnya. Ia menutup hidungnya, tiba-tiba saja ia kembali mual dan bahkan ingin muntah.
Tidak keburu untuk kekamar mandi, detik itu juga Rachel langsung memuntahkan isi perutnya hingga mengenai baju Leon.
"Uweekkk!!!"
Rachel langsung menutup mulutnya dengan mata terbelalak. Karena melihat baju Leon kotor karena ulahnya yang spontan.
Leon melotot sambil menutup hidungnya. Ia sungguh kesal dan ingin memaki Rachel. Pria itu menatap Rachel dengan tajam dan dingin.
Rachel mengendikkan bahunya dengan acuh. "Aku tidak sengaja! Aku sudah katakan, menjauhlah dariku!"
Leon menghela nafasnya dengan kasar, ia kemudian berdiri dan masuk kedalam kamar mandi. Leon terus mengumpat, karena pertama kalinya ada wanita yang berani muntah dibajunya.
.....
Leon keluar dari ruang walk in closet dengan baju yang sudah bersih dan rapi. Ia melihat ranjang yang kosong, namun ia mendengar suara orang muntah dikamar mandi.
"Dia terus mual dan muntah, bahkan tadi sudah mengotori bajuku. Sekarang masih belum puas juga?" Leon sungguh bingung.
Tidak lama, Rachel keluar dari kamar mandi. Membuka pintu, Rachel kembali merasa mual karena melihat Leon berdiri menatapnya dengan dingin.
"Tidak bisakah kau menurunkan pandangan dinginmu? Kau terus membuatku mual!" Gerutu Rachel dengan kesal.
Leon mengerutkan keningnya. Ia tidak mengerti lagi harus bersikap bagaimana. Sedikit perhatian, salah. Dingin salah! Memang sifatnya seperti itu, kenapa Rachel banyak protes!
"Sepertinya kau harus kedokter!"
Rachel langsung menggelengkan kepalanya. Ia fikir Leon marah, tapi pria itu masih saja perhatian dengan kondisinya.
"Aku baik-baik saja! Cukup kau jangan mendekat padaku! Dan ya, kau tidak boleh tidur diranjang juga!" Rachel langsung mengambil bantal dan selimut, lalu melemparnya diatas sofa panjang yang lumayan besar.
Leon hanya melotot melihat yang dilakukan Rachel.