Tring
" Melalui pesan ini aku talak kamu. Mulai hari ini kita bukan lagi suami istri."
Dunia wanita 35 tahun itu seakan runtuh. Dia baru saja selesai melakukan operasi sulit pagi ini. Dan pesan yang berisi talak dari suaminya membuat wanita itu terhuyung.
" Kenapa, kenapa kamu ngelakuin ini ke aku."
Dia tentu bingung, selama 3 tahun menjalin pernikahan mereka terlihat baik-baik saja. Tidak pernah sekalipun berseteru.
Jadi, apa penyebab pesan talak itu sampai terjadi?
Apakah pernikahan wanita itu akan benar-benar hancur? Atau dia akan berusaha untuk mempertahankannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TSMSC Chapter 18
Neel menggertakkan gigi-giginya karena sangat marah. Bagaimana bisa Dimitri mengkhianati Neha sampai wanita selingkuhannya itu hamil. Sungguh tidak bisa dibiarkan begitu saja.
Pria bajingan itu benar-benar harus di bumi hanguskan, itulah isi kepala Neel. terlebih kisah ini mengingatkan Neel pada kisah kakek dan neneknya dulu.
Sedangkan Neha dia hanya terdiam. Hatinya begitu sakit, dan dia sendiri tidak tahu harus bersikap apa. Ia ingin sekali menangis, tapi rasanya itu pun tidak ada guna. Menangis hanya akan membuat pihak lain senang, terutama wanita itu, wanita yang sudah membuat rumah tangganya hancur berantakan.
" Fyuuuh, jadi sekarang kau mau bagiamana Mas?"
" Neha, aku nggak mau pisah sama kamu. Aku ingin kita hidup sama-sama selamanya."
" Terus gimana sama anakmu itu, kamu nggak buat memadu aku kan Mas? haah, ternyata begitu."
Neha membuang nafasnya kasar. sekilas melihat wajah Dimitri, dia sudah tahu apa yang dipikirkan pria itu.
Dalam kepala Dimitri saat ini jelas sekali bahwa ia akan melakukan pernikahan ganda alias dia tetap ingin bersama Neha tapi tidak bisa melepaskan Nilam.
" Padahal tadi kamu semangat sekali mau nglepas wanita murahan itu. Ya ya ya, maaf maaf aja ya Mas, aku bukan wanita yang sholihah yang siap di madu. Aku penganut pernikahan monogami dan bukannya poligami. Kalau kamu mau mempertahankan jalanng itu ya aku akan pergi. Lagi pula dia hamil anak mu mas, jadilah pria yang bertanggungjawab. Kamu tadi bilang kan kalau itu bukan kamu yang nulis, jadi sekarang aku yang akan bilang. Ceraikan aku Mas, dan mulai sekarang aku bukanlah istrimu."
Dimitri terus memekik, berkata bahwa dia tidak ingin berpisah dengan Neha. Ketika Neha masuk ke kamar dan membereskan barang-barangnya pun Dimitri terus mengekor. Dia selalu mencoba menghalangi tangan Neha, namun hal itu juga selalu ditepis oleh Neha.
Neel yang mengkhawatirkan Neha memilih berjaga di pintu. Dia tidak ingin masuk karena bagaimanapun dirinya tidak dalam hak untuk ikut campur. Prioritas Neel saat ini adalah kemanan Neha saja, dan tidak lebih dari itu.
" Sudah semua Neha?"
" Aku rasa cukup Neel, barang pribadi ku tidak banyak. Besok akan ku ambilin lagi. Ayo pergi."
Neel mengangguk, dia membantu Neha menarik dua koper yang sudah dibereskan. Ingat, Neha pergi dari rumah bukan berarti kalah. Dia bukannya dikeluarkan atas keinginan wanita murahan itu, tapi dia keluar karena keinginannya sendiri.
Sekarang Neha memang belum bisa berpikir apapun, tapi dia bertekad untuk melakukan sesuatu nanti. Apapun itu ia pasti akan membuat 'suaminya' menyesal. Dan juga wanita itu, dia tidak akan membiarkan dia puas dengan apa yang sudah dicapainya.
" Neha sayang, jangan pergi. Aku mohon sayang. Aku masih sangat mencintaimu."
" Sayang dan cinta mu palsu Mas. Jika sungguhan, kamu nggak akan menodai pernikahan kita. Kamu juga nggak akan memeluk wanita lain sampai hamil. Jadi lupakan aku. Dan aku tunggu surat cerai dari mu. Aah iya, jangan lupakan harta gono-gini nya dalam perusahaan mu itu, ada modal dari ku. Aku juga pemilik saham di sana, pastikan itu tidak kau lupakan. Selamat menikmati hidup baru mu Mas Dimitri."
" Neha! Neha tunggu! Jangan pergi!"
Dimitri sama sekali tidak mempermasalahkan apa yang dikatakan Neha karena memang ada hak Neha di perusahaan miliknya. Tapi wajah penuh keterkejutan malah berasal dari Nilam. Namun Nilam tidak berani bertanya lebih lanjut. Rupanya dia masih punya rasa segan juga. Wanita itu hanya diam duduk di dalam rumah.
Dimitri mengejar Neha, sampai Neha masuk mobil milik Neel pun Dimitri masih berusaha untuk mencegah Neha pergi.
Greb
Dimitri memegang tangan Neha. Dia memegang pergelangan tangan istrinya itu dengan sedikit lebih kuat.
" Auchhh, sakit Mas."
Jreeeng
Mendengar Neha mengaduh, mata Neel langsung membelalak. Ia yang sudah duduk di kursi kemudi seketika itu langsung turun. Dan tebak apa yang Neel lakukan, pria itu menarik kerah Dimitri lalu menghadiahkan sebuah bogem ke wajah suami Neha yang on the way jadi mantan.
Bugh!
" Brengsek! Jangan sentuh Neha dengan tangan kotor mu itu! Dasar laki-laki bejat. Jika lo mencintainya, maka lo nggak bakalan selingkuh darinya terlepas apapun kekurangan nya. Dasar laki-laki bajingan!"
" Neel, udah. Percuma, ayok pergi. Aku nggak apa-apa."
Nafas Neel memburu. Rasanya dia ingin lebih banyak lagi menghadirkan pukulan tangannya ke wajah dan tubuh Dimitri. Tapi Neha berhasil menghalau Neel, dan Neel juga tidak ingin membuat Neha semakin lelah.
Meskipun Neha bersikap kuat dan tegar, Neel tahu saat ini wanita itu tengah begitu rapuh. Dan benar saja, ketika mobil yang ia kendarai menjauh dari rumah, Neha langsung menangis.
Tidak ada kata apapun yang keluar dari bibir Neel. Dia memilih diam dan membiarkan wanita itu menangis sepuasnya.
" Dari pada balik ke rs, lebih baik kamu ke apartemen ku aja Ne. Aku ada apartemen deket rs, kadang aku emang suka nginep di sana kalau lagi banyak kerjaan di rs. Aku yakin kamu lebih nyaman di sana."
" Thanks Neel, aku udah banyak ngrepotin kamu."
Neel menganggukkan kepalanya kecil. Melihat kondisi Neha saat ini, ruang istirahat rumah sakit sangat tidak worth it untuk digunakan. Neha butuh tempat yang nyaman dan aman.
Sebenarnya Neel takut kalau Dimitri tiba-tiba datang ke rumah sakit. Maka dari itu dia menyarankan Neha untuk menggunakan apartemennya.
Beberapa saat sampai di apartemen, Neha langsung tidur. Neel pun pergi, dia tidak ingin berlama-lama di sana berdua saja dengan Neha. Saat ini yang dibutuhkan oleh Neha adalah ketenangan dan juga keluarganya. Maka dari itu Neel memilih menghubungi Nataya.
" Hallo Ka, Mbak lo ada di apartemen gue. Untuk lebih jelasnya lo langsung konfirmasi aja sama dia. Jangan lupa bawain makanan, kayaknya dari pagi dia belum makan."
" Hah,di apart lo, kok bisa, emangnya ada apa?"
" Udah gue bilang tanya langsung sendiri aja. Dan gue tutup dulu telponnya, gue ada pasien urgent di rs. Kunci nomor apart gue tanggal ultah gue."
Tuuut
Neel bernafas lega setelah menghubungi Nayaka. Hal selanjutnya memang dia harus menyerahkan urusan Neha kepada keluarganya. Ya dia cukup membantu sampai sini saja.
" Aku harap kamu nggak terlalu sakit Neha. Tapi apakah mungkin, dia adalah pria yang begitu kamu cintai. Dasar pria bajingan, gimana bisa dia menyakiti wanita sepertimu. Andaikan aku yang ada di sisi mu, maka aku nggak akan pernah ... Haaah apasih yang lo omongin Neel. Ku harap kamu bisa survive Neha, meskipun itu nggak mudah."
TBC