NovelToon NovelToon
Belenggu Masa Lalu

Belenggu Masa Lalu

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika / Angst / Penyesalan Suami / Trauma masa lalu
Popularitas:6.7k
Nilai: 5
Nama Author: Gresya Salsabila

Lintang Ayu Sasmita merasa terguncang saat dokter mengatakan bahwa kandungannya kering dan akan sulit memiliki anak. Kejadian sepuluh tahun silam kembali menghantui, menghukum dan menghakimi. Sampai hati retak, hancur tak berbentuk, dan bahkan berserak.

Lintang kembali didekap erat oleh keputusasaan. Luka lama yang dipendam, detik itu meledak ibarat gunung yang memuntahkan lavanya.
Mulut-mulut keji lagi-lagi mencaci. Hanya sang suami, Pandu Bimantara, yang setia menjadi pendengar tanpa tapi. Namun, Lintang justru memilih pergi. Sebingkai kisah indah ia semat rapi dalam bilik hati, sampai mati.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gresya Salsabila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hal Baik dari Wenda

Walaupun niatnya segera membawa Lintang ke psikiater, tetapi Pandu tidak bisa membawanya hari itu juga. Baru lusa pagi karena harus membuat janji terlebih dahulu. Itu pun sudah terhitung cepat, mengingat banyaknya pasien yang ditangani.

"Mas, pergilah kerja! Aku nggak apa-apa di rumah sendiri. Biasanya juga gitu. Kamu kenapa jadi kayak khawatir banget, padahal aku baik-baik saja, kan?"

Pandu tak sanggup menyahut ucapan Lintang, terlalu menyesakkan. Mungkin, sekali lihat, Lintang memang baik-baik saja. Tidak ada masalah dengan fisiknya. Namun mentalnya ... sehancur itu. Lelaki mana yang tidak khawatir jika mental wanitanya hancur seperti Lintang.

"Kamu nanti dimarahi loh kalau nggak berangkat kerja, Mas. Tadi pagi kan janjinya cuma telat, bukan libur." Lintang melanjutkan ucapannya, sembari mengupas jeruk yang mereka beli dalam perjalanan pulang tadi.

Di hadapannya, Pandu menarik napas panjang, lantas mengembuskannya dengan berat. Sesungguhnya, dia ingin menemani Lintang seharian. Namu kemudian, dia sadar itu bukan pilihan yang bagus. Jangan sampai Lintang berpikir yang macam-macam. Jika wanita itu menganggap dirinya baik-baik saja, ia pun harus menunjukkan sikap yang demikian.

Selagi Lintang masih mau diajak berobat, ikuti saja apa pun kemauannya. Dengan catatan, itu bukan sesuatu yang buruk.

"Baiklah, Sayang, kalau gitu aku berangkat kerja ya. Kamu hati-hati di rumah, HP-nya jangan dimatikan. Nanti kalau aku butuh sesuatu biar enak nelfonnya."

Lintang tersenyum. "Iya, Mas. Kamu juga hati-hati kerjanya."

Bibir tersenyum. Namun, di dalam dada sesak tak karusan. Itulah perasaan Pandu saat ini. Untuk pertama kalinya ia memeluk dan mencium Lintang dengan mata yang setengah basah. Terlebih saat Lintang menyalami tangannya, makin tersayat-sayat hati Pandu. Istri sebaik itu ... ternyata adalah wanita dengan mental remuk karena pernah dihajar habis-habisan oleh keadaan.

"Aku berangkat ya, Sayang, tutup saja pintunya."

"Iya, Mas."

Pandu menaiki motornya setelah Lintang menutup pintu dengan rapat. Dengan perasaan yang masih entah, Pandu pun melaju pergi. Namun, tujuannya bukan bank tempatnya bekerja, melainkan rumah ibunya sendiri. Pandu tidak bermaksud bohong, tetapi memang ada sesuatu yang dia urus secepatnya.

Sekitar jam setengah sebelas siang, Pandu tiba di rumah Wenda. Kedatangannya disambut hangat oleh wanita paruh baya itu.

"Baru nanti malam rencananya Mama ke rumahmu, eh kamu sudah nongol sekarang. Masuk sini! Kebetulan tadi Mama masak opor ayam, kesukaanmu."

"Aku masih kenyang, Ma." Pandu menyahut pelan, selaras dengan langkahnya yang juga gontai menuju ruang keluarga.

"Kanu kenapa? Datang-datang kok wajahnya kusut begitu. Kamu habis bertengkar dengan Lintang?" selidik Wenda. "Apa yang dilakukan istrimu itu, berani sekali ngelunjak sama suami sebaik kamu. Dia—"

"Ma, aku nggak bertengkar dengan Lintang. Aku ke sini mau bicara sama Mama," pungkas Pandu sedikit lebih tegas.

"Bicara apa?"

Pandu menarik napas panjang sebentar, lalu mengusap wajahnya dan menatap Wenda dengan lekat.

"Aku mau minta tolong sama Mama, tolong banget, jangan bahas soal kehamilan lagi di depan Lintang. Ini demi kebaikan dia, dan kebaikanku juga, Ma."

Wenda berdecak. "Kamu ini apa-apaan sih, memang istrimu yang nggak bisa hamil, kok nggak boleh dibahas. Selama ini Mama ngomong ini itu demi masa depanmu. Bayangkan, gimana hidupmu nanti kalau nggak punya anak!"

"Ini juga bukan keinginan Lintang, Ma. Jika boleh memilih, dia juga nggak mau punya kekurangan itu. Ma, tolong pahami ya, aku sangat mencintai Lintang, dan dia juga sudah menjadi istriku. Kebahagiaanku ada padanya, Ma. Kalaupun kami nggak punya anak, aku bisa tetap bahagia dengan mengadopsi anak yatim, asalkan tetap bersama Lintang."

Wenda terdiam, hanya melengos dengan raut wajah yang sangat kesal.

"Ma, ada banyak hal yang mungkin Mama nggak tahu. Ibu Ningrum nggak sebaik kelihatannya, Ma. Dia selalu membedakan Lintang dan memperlakukan Lintang dengan buruk. Aku di sini sebagai anak Mama, aku nggak bohong dengan apa yang kuucapkan. Mama kenal aku lebih dari siapa pun, Mama pasti tahu sekarang aku sedang bohong atau nggak," sambung Pandu, membuat Wenda kembali menatap putra bungsunya itu.

"Kamu mungkin nggak bohong, tapi bagaimana dengan istrimu? Bisa saja dia bohong dan menipumu. Pandu, nggak mungkin Jeng Ningrum ngomong ini itu tentang Lintang kalau bukan karena kenyataannya memang kayak gitu. Malah lumrahnya, seorang ibu itu menutupi kekurangan dan keburukan anaknya."

Pandu tersenyum masam. "Aku juga nggak tahu, Ma, kenapa sikap Ibu kayak gitu ke Lintang. Aku sampai berpikir, mungkin Ibu bukan ibu kandungnya Lintang."

Wenda terdiam lagi.

"Lintang nggak bohong, Ma, dia juga nggak menipu. Mama tahu nggak pagi tadi aku ke mana?"

"Ke mana?"

"Klinik psikologi, itu pun masih diarahkan ke psikiater. Mental Lintang nggak baik-baik saja, Ma. Dia depresi selama bertahun-tahun ini. Ada beberapa perlakuan keluarganya yang membuat Lintang trauma sampai saat ini. Mama tahu, Lintang sampai butuh bantuan obat hanya untuk bisa tidur, semua karena kecemasan berlebihan dari apa yang pernah dia alami. Ma, sekarang ini aku sedang mengusahakan kesembuhan Lintang. Itu sebabnya aku mohon banget sama Mama, dukung aku dan Lintang. Mama jangan bersikap keras lagi padanya, aku malah berharap ... Mama bisa menjadi ibu untuk Lintang," terang Pandu dengan mata yang berkaca-kaca. Bukan sekadar menarik simpati, melainkan karena sudah tak sanggup menahan sesak yang ia rasakan.

Di depannya, Wenda juga tiba-tiba merasa miris. Jujur, ia pun tak pernah menduga kalau sebenarnya ada yang tidak benar dengan mental Lintang. Dia pikir, Lintang memang perempuan bebal dan sulit diatur, tidak seperti Utari.

Ya, pemikiran yang sebelas dua belas dengan Ningrum.

"Ma!" Pandu bangkit dan kemudian mendekati Wenda. Lantas, ia bersimpuh di bawah kaki wanita itu.

"Pandu ... Pandu—"

"Ma, aku nggak bisa memohon kayak gini ke Ibu. Dia yang sudah menghancurkan mental Lintang. Pasti akan menulikan telinga dan membutakan mata dengan semua yang kukatakan. Itu sebabnya aku memohon ke Mama, karena aku percaya Mama nggak akan sekejam Ibu. Aku mohon ya, Ma, jadilah ibu untuk Lintang. Dia adalah kebahagiaanku, Ma." Pandu bicara sambil menunduk di pangkuan Wenda, sangat mengharap hati itu luluh dan melunak.

"Kamu yakin akan bahagia dengan Lintang, dengan kondisinya yang seperti itu?" tanya Wenda setelah diam beberapa saat.

"Aku yakin, Ma."

"Tapi, Mama yang kurang yakin, Pandu."

"Kalau Mama nggak bersedia mengabulkan permintaanku, dan masih bersikeras membahas kehamilan di depan Lintang. Maaf beribu maaf, Ma, sepertinya aku akan membawa Lintang pergi. Aku akan mengusahakan kesembuhannya sendiri, dan aku nggak bisa janji kapan akan kembali."

Wenda memejam, menata sejenak hati yang kacau. "Sampai sejauh itu niatmu, Pandu?"

"Aku mencintai Lintang, Ma, dan aku ingin membuatnya bahagia. Aku ikut hancur, Ma, saat menyadari betapa hancurnya hidup Lintang. Aku nggak akan bisa memaafkan diriku sendiri kalau gagal mengusahakan kesembuhannya, Ma," jawab Pandu dengan suara yang tertahan.

Wenda menarik napas berat. "Baiklah. Jika memang bahagiamu adalah dia, Mama akan berusaha mendukung kalian. Mama akan memperlakukan Lintang dengan lebih baik lagi dan akan berhenti membahas kehamilan. Begitu, kan?"

Pandu mendongak dan mengangguk penuh haru. "Iya, Ma. Terima kasih banyak ya, Ma. Terima kasih."

Entah berapa kali Pandu menciumi tangan Wenda, membuat wanita itu trenyuh dan tak berani mengingkari ucapannya barusan. Ya, demi Pandu, ke depannya dia akan belajar menjadi mertua yang baik untuk Lintang.

"Aku tidak pernah melihat Pandu seputus asa tadi, sepertinya ... apa yang terjadi dengan Lintang memang benar-benar memukul batinnya," batin Wenda setelah Pandu pamit undur diri.

Dalam kesendiriannya, Wenda mondar-mandir dengan pikiran yang tak menentu. Dia bingung, harus dari mana memulainya. Selama ini, sikapnya cukup ketus karena di matanya Lintang memang istri yang banyak kekurangan. Dia mengkhawatirkan kebahagiaan Pandu, makanya sering mengritik semua yang Lintang lakukan, semata-mata agar anaknya mendapat kenyamanan dan kebahagiaan yang lebih.

"Kayaknya harus pelan-pelan dulu biar Lintang tidak curiga," gumam Wenda setelah berpikir cukup lama.

Bersambung...

1
Murni Yastuti
bagus
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
masih menyesakkan ternyata. lanjut lintang, supaya lepas semua bebanmu
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
yes lintang.... ini sesak yang melegakan.
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
semangat lintang. luapkan semuanya. itu jalan terapi untukmu.
Uba Muhammad Al-varo
gimana Bu Ningrum setelah semua kejadian yang terjadi pada Lintang tahu yang sebenarnya apa kamu masih belum sadar juga.
semoga aja ada orang yang merekam dan melaporkan ke pihak kepolisian dan mengusut tuntas kebenaran nya itu dan orang2 yang terlibat ditangkap serta dihukum
Susanti
y Alloh sampe segitunya /Sob//Sob//Sob/
Retno Ningsih
Ya Allah Thor...q baca sambil mbrebes air mata q...bagusss banget karyamu thorrr...bisa mengena ke hati para pembaca..terutama q...lanjut thorrr💪💪
ken darsihk
Semoga ada yng berpihak pada Lintang dan mempercayai semua ucapan nya
Konspirasi apa lg tuh antara Alby dan Utari , Rayana sekarang kamu tahu siapa suami dan bapak mu
Aditya HP/bunda lia
kebusukan kalian sudah terbongkar dan aku harap rayana tidak diam saja dengan kejahatan yang dilakukan suaminya ....
Apriyanti
sedih bgt,, segitu tragis nya nasib mu lintang,,semoga rayana lgsg tau seberapa kejam Albi dan Utari SM bapak nya yg Uda kerjasama melecekan lintang,,semoga sadar tuh si Ningrum,, lanjut thor double up nya,, 🙏😘💪
ken darsihk
Yesss Lintang menyerukan suara hati nya yng sdh lama terpendam , semoga setelah kejadian ini Lintang sembuh dari rasa trauma nya 🤗🤗
ken darsihk
Yeaayyy good Lintang memang harus kamu lawan kesewenang wenangan yng kakak dan ibu lakukan ke kamu
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
mending langsung pulang. gak ada satupun keluargamu yang bagus lintang
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
sampai kapan lintang menderita begini? 😭😭😭😭😭😭😭
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
albi & tari sering diasuh neneknya dulu kan ya?
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
pak sunandar hanya mendengar katanya... semangat pandu..
Maya
akhirnya keluar semua ya lintang apa yg kmu rasakan selama ini
Uba Muhammad Al-varo
lagi serius baca sudah selesai, good jobs Lintang kamu memang harus berani ngomong jujur tentang semua kejadian yang terjadi pada mu,ada iya saudara kandung yang begitu kejam,jadi meragukan Lintang itu sebenarnya siapa,pandu dan lintang,usut tuntas dan laporkan ke yang berwajib
Aditya HP/bunda lia
akhirnya terbongkar juga ayo Lintang beberkan semuanya ...
Susanti
ayo lintang hajar terusss
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!