Vino Bimantara bertemu dengan seorang wanita yang mirip sekali dengan orang yang ia cintai dulu. Wanita itu adalah tetangganya di apartemennya yang baru.
Renata Geraldine, nama wanita itu. Seorang ibu rumah tangga dengan suami yang cukup mapan dan seorang anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar.
Entah bagaimana Vino begitu menarik perhatian Renata. Di tengah-tengah kehidupannya yang monoton sebagai istri sekaligus ibu rumah tangga yang kesehariannya hanya berkutat dengan pekerjaan rumah dan mengurus anak, tanpa sadar Renata membiarkan Vino masuk ke dalam ke sehariannya hingga hidupnya kini lebih berwarna.
Renata kini mengerti dengan ucapan sahabatnya, selingkuh itu indah. Namun akankah keindahannya bertahan lama? Atau justru berubah menjadi petaka suatu hari nanti?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lalalati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8: Tersadar
Renata menatap leher dan pundaknya di cermin yang ada di kamar mandinya. Terdapat beberapa tanda merah di sana.
"Ren, apa yang udah lo lakuin sih?" tegurnya pada dirinya sendiri.
Sesaat ia kesal pada dirinya sendiri. Namun kemudian senyum tipis muncul di bibirnya. Ia menutup mata dan kembali mengingat saat bibir Vino menjelajahi bibir, dagu, hingga ke lehernya. Nikmat, nyaman, dan membuatnya ketagihan. Jika saja Nathan tidak memanggilnya, Renata pasti sudah melanjutkan apa yang dimulainya.
"Vino..." lirih Renata.
Kenapa pria muda itu begitu menyita perhatiannya sekarang? Di saat sang suami bahkan hanya menyapanya di video call dalam waktu beberapa menit saja, hanya bertanya kabar dirinya dan juga sang putra, Renata malah bisa berciuman sangat lama dengan Vino. Dan Renata masih merasa belum cukup dan ia terus menginginkannya lagi.
Renata menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Gak boleh, gue gak boleh kayak gini."
Perang sengit sedang terjadi dalam diri Renata antara akal sehat melawan hatinya yang sudah berani berkhianat pada prinsipnya sendiri.
Seperti kata sahabat-sahabatnya, Renata pernah menjadi seorang yang menjunjung tinggi kesetiaan. Selama 9 tahun menikah, ditambah 2 tahun masa ia berpacaran dengan Gavin, tak pernah sekalipun ia biarkan seorang pria masuk diantara dirinya dan juga Gavin. Padahal ini bukan pertama kalinya ada laki-laki yang mencoba mendekatinya, mencari kesempatan untuk menarik perhatiannya.
Sama sekali Renata tak pernah membiarkan hubungannya dengan Gavin ternoda.
Tapi dengan Vino? Entahlah. Renata sendiri tidak mengerti. Apa yang sudah Vino lakukan terhadapnya sehingga ia justru menyambut kehadirannya yang baru beberapa hari saja ke dalam kehidupannya. Prinsipnya yang selalu ia pegang teguh porak poranda hanya dalam hitungan hari.
Renata pun mencoba mengais bagian-bagian benteng hatinya yang rusak diterjang keinginannya menyambut Vino dan memasangnya kembali. Berharap ini adalah yang terakhir. Ia tak akan membiarkan dirinya terperdaya lagi oleh sisi liar dari dirinya sendiri yang begitu menginginkan Vino.
Ia pun kembali ke kamar. Saat pintu terbuka, ada Nathan berada di tempat tidurnya bersama mainan dino saurusnya.
"Bunda, lama banget di kamar mandi?" tanya Nathan.
"Maaf, Sayang. Nathan ngapain di kamar Bunda?"
"Nathan mau nanyain Bunda udah siap-siap belum buat Nathan study tour besok?"
Renata duduk di tepi tempat tidurnya. "Udah dong, dari hari kapan baju Bunda sama baju Nathan udah Bunda siapin di koper."
"Gak ada yang ketinggalan 'kan Bunda?" Nathan memastikan.
"Gak ada, Sayang. Nanti deh Bunda cek lagi ya."
"Asyik! Nathan udah gak sabar pengen ke Jakarta, lihat gedung-gedung tinggi! Di sini gak ada gedung-gedung tinggi. Katanya di Jakarta apartemennya aja ada yang punya 40 lantai Bunda!"
Renata tersenyum gemas melihat sang putra yang begitu antusias untuk pergi study tour yang memang selalu diadakan setiap semester di sekolahnya itu. "Iya, Sayang. Di Bali kan memang gak boleh ada gedung tinggi. Makanya apartemen kita aja cuma 3 lantai."
"Bunda pernah ke Jakarta?"
"Bukan pernah lagi, Bunda pernah tinggal di sana selama kurang lebih setahun."
"Oh iya, Bunda sama ayah kan pernah kerja bareng kan di perusahaan yang sama. Terus Bunda keluar karena hamil dan ayah dipindahin ke sini."
"Nah pinter, ternyata masih inget cerita tentang awal Bunda sama Ayah punya kamu?" Dicubitnya pipi chubby sang putra.
"Masih dong. Bunda kan cerita waktu itu, Bunda sama ayah saling sayang banget sampai Tuhan titipin Nathan sama ayah dan Bunda buat dijaga, dirawat, sampai Nathan gede. Iya 'kan?"
Hati Renata terasa tercubit mendengarnya. Ini seakan teguran baginya yang sempat keluar dari jalan lurus yang selama ini ia tempuh.
Benar. Ia memiliki sebuah keluarga yang sempurna. Gavin adalah seorang suami dan ayah yang baik. Nathan adalah anak yang pintar dan menggemaskan. Renata menatap ke sekeliling kamarnya. Ia pun memiliki apartemen yang sangat nyaman. Ia tak pernah kekurangan sesuatu apapun. Hidupnya lengkap sempurna.
Apa lagi yang ia cari?
Renata pun memeluk sang putra dan mencium puncak kepalanya beberapa kali. "Maafin Bunda ya, Sayang."
"Maaf kenapa, Bunda?" tanya Nathan bingung.
"Gak apa-apa. Bunda cuma lagi sedih aja, Bunda kangen sama Ayah," lirihnya.
Kedua mata Renata berair. Tiba-tiba ia merindukan sosok suaminya dan rasa bersalah membebani hatinya kini.
"Kalau gitu kita video call Ayah aja, Bun. Sini Nathan yang telepon."
Kemudian mereka pun mengobrol dengan Gavin via panggilan video. Melihat wajah sang suami yang begitu lelah bekerja membuatnya semakin merasa kesal pada dirinya sendiri.
Ada apa dengannya? Suaminya kini tengah bekerja keras demi dirinya dan juga sang anak. Kenapa ia malah dengan tidak tahu terima kasihnya bersama pria lain?
Renata bertekad tak akan lagi ia biarkan Vino masuk ke dalam kehidupannya.
Di sisi lain, di sebuah hotel di Singapura, Gavin duduk di sofa dekat dinding kaca di kamar hotelnya dan asyik mengobrol bersama istri dan anaknya melalui panggilan video.
"Ya udah, have fun ya besok study tournya. Kirim video dan foto yang banyak buat Ayah," ujar Gavin seraya menatap Renata dan Nathan yang ada di layar ponselnya.
"Okay, Yah. Semangat kerjanya. Dah, Ayah!" pamit Nathan.
"Dah, Sayang."
Kemudian sambungan video call pun ia matikan. Kini Gavin menatap seseorang di hadapannya yang berbaring telungkup di tempat tidurnya sejak tadi, menunggu Gavin selesai menyapa anak dan istrinya. Gavin tersenyum tipis padanya.
"Udah video callnya?"
semoga endingnya membahagiakan semuanya sich 🤭😁🤪
move on vino dari Rania 💪
lanjutin jaa Renata ma vino 🤭🤭🤭 situ merasa bersalah sdngkn suami mu sendiri dh selingkuh duluan 🙈😬😞😞