Akibat trauma masa lalu, Chaby tumbuh menjadi gadis yang sangat manja. Ia hidup bergantung pada kakaknya sekaligus satu-satunya keluarga yang peduli padanya.
Di hari pertamanya sekolah, ia bertemu dengan Pika, gadis tomboi yang mengajaknya loncat pagar. Kesialan menimpanya, ia tidak tahu cara turun. Matanya berkaca-kaca menahan tangis. Disaat yang sama, muncul pria tampan bernama Decklan membantunya turun.
Decklan itu kakaknya Pika. Tapi pria itu sangat dingin, dan suka membentak. Tatapan mengintimidasinya selalu membuat Chaby menunduk takut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 19
"Chaby udah nggak mau sekolah katanya."
Perkataan Pika membuat ketiga pria itu cukup kaget, apa dampak peristiwa kemarin memang sangat besar pada psikis gadis itu? Andra dan Decklan berpandangan. Mereka kemudian melirik Bara yang tampak berpikir, ia merasa seperti pengecut, kenapa ia bisa sampai menampar gadis itu dan melukainya seperti itu.
Pika mulai sibuk memutar-mutar sedotan yang ada dalam jus jeruknya dan menikmati minumannya itu.
"Kak Galen cerita Chaby punya trauma masa lalu, saat masih di Seoul." tuturnya menjelaskan. Tiga pria didepannya itu mulai menyimak.
"Mamanya sering mukulin Chaby, dia juga sering dibully di sekolahnya dulu, waktu mereka masih tinggal di Seoul." ia mulai bercerita.
Decklan mendengar cerita Pika dengan serius. Ia berpikir mungkin hal itu penyebabnya kenapa beberapa waktu lalu gadis itu ketakutan setengah mati. Ia melirik Bara yang menunduk dan tetap terlihat berpikir, sepertinya ia merasa bersalah. Memang harusnya begitu.
"Jadi dulu mereka tinggal di Seoul?" tanya Andra penasaran.
"Mm. Kak Danzel sama Chaby aslinya memang orang Korea." sahut Pika yang juga baru tahu beberapa hari lalu dari Galen. Awalnya gadis itu pun terkejut mendengar cerita Galen, sampai sekarang saja ia masih antara percaya tidak percaya kalau Chaby dan Danzel itu warga negara Korea. Wajah mereka memang mirip warga asing itu, tapi gaya bicara bahasa Indonesia mereka sungguh-sungguh seperti orang lokal.
"Setelah mama papa mereka cerai, kak Danzel dan Chaby lari dari rumah dibantu sama kak Galen. Dulu kak Galen sekolahnya di Seoul dan sahabatan sama kak Danzel, kak Galen yang bawa mereka kabur diam-diam ke Jakarta."
Pika mulai antusias bercerita dan tiga pria itu tetap setia mendengar.
Bara juga baru tahu cerita ini. Jadi begitu, ternyata waktu itu Galen mutusin balik ke Jakarta alasannya karena mau membantu temannya melarikan diri, batinnya. Ia fokus pada cerita Pika lagi.
"Chaby di jagain banget sama kak Danzel karena fisiknya lemah banget dan dia juga penakut, kak Galen juga sering gantiin kak Danzel jagain Chaby kalo kak Danzel sibuk dan telat pulang. Kak Galen cerita ia merasa mereka berdua udah kayak orangtuanya Chaby karena mereka yang ngurusin tuh cewek dari kecil. Aku juga bisa liat gimana Chaby bergantung banget sama mereka."
Dahi Decklan berkerut mendengar cerita adiknya. Satu hal yang ditangkapnya dari cerita itu adalah hubungan Chaby dan Galen mungkin bukan hubungan sepasang kekasih. Benarkan? Entah kenapa dalam hatinya ia mulai berharap.
"Bukannya bang Galen sama Chaby pacaran yah?" tanya Andra melirik Bara. Bara tak menjawab, ia juga tidak tahu. Yang ia tahu, Galen hanya peduli banget pada semua hal yang berhubungan dengan gadis itu.
"Kata siapa? Kak Galen tuh udah kayak kakak kandungnya Chaby tahu. Chaby belum pernah pacaran, kak Galen sendiri yang cerita." sembur Pika merasa tidak terima kalau Galen dan Chaby dibilang pacaran, ia penggemar berat cowok itu sekarang. Baginya, Galen adalah sosok pria yang lembut dan penyayang, makanya ia merasa iri sama Chaby yang dikelilingi orang-orang yang sangat sayang padanya itu.
"Jadi kita udah salah sangka?" gumam Andra menatap Bara dan Decklan bergantian. Ia jadi merasa tidak enak.
Decklan tampak berpikir, ekspresinya datar dan tak terbaca, tapi dalam hati ia merasa senang saat tahu Chaby bukan milik siapa-siapa.
Bara makin merasa bersalah pada gadis itu. Karena Galen jarang pulang rumah ia malah jadi berpikiran yang tidak-tidak. Padahal ia tahu jelas kakaknya itu pria yang seperti apa. Ternyata hubungannya dengan gadis itu seperti itu. Bara yakin kalau dirinya yang berada di posisi Galen, ia pasti akan melakukan hal yang sama.
Pandangan Pika berpindah-pindah menatap tiga pria didepannya itu merasa aneh dan curiga dengan tingkah mereka.
"Memangnya kenapa sama Chaby?" pandangannya berhenti di Andra dengan mata menyipit curiga membuat cowok itu gelagapan mencari alasan.
"N...n..nggak k..kenapa-napa." balas Andra gagap lalu menatap Decklan dan Bara bergantian. Pika memajukan kepalanya dan semakin menyipitkan matanya penuh kecurigaan.
"Udah mendingan lo balik ke kelas sekarang." itu suara Decklan. Nadanya ketus seperti biasa. Pika langsung memasang wajah masam menatap cowok itu. Nggak bisa banget liat orang senang, batinnya dongkol. Masih juga mau nikmatin jusnya.
"Apa?" tantang cowok itu lagi dingin.
"Nggak." balas Pika tak kalah ketus lalu berdiri dari situ dengan wajah kesal memilih keluar kantin. Dalam hal ini Andra lah yang merasa diuntungkan.
"Gue jadi ngerasa bersalah setelah dengerin cerita Pika tentang sih Chaby- Chaby itu." ungkap Andra setelah Pika tidak terlihat lagi. Bara dan Decklan tak menanggapinya, mereka malah sibuk dengan pikiran mereka masing-masing, entah apa yang mereka pikirkan.
😭😭😭😭😭😭