IG@THALINDALENA
"Aku mohon padamu!! Aku tidak bisa melanjutkan pernikahan ini!" pinta pengantin wanita kepada Lara yang dia tarik ke sebuah kamar hotel.
"Nona Sierra, bukankah Anda dan Tuan Lio sudah berpacaran cukup lama? Tapi kenapa sekarang Anda..." ucapan Lara terjeda ketika Sierra melepaskan cincin pertunangannya, lalu menyematkannya ke jari manis Lara dengan paksa.
Lara berusaha melepaskan cincin berlian itu, akan tetapi Sierra melarangnya.
"Cincinnya sangat pas dari jari manismu, tinggi, dan postur badan kita sama, bahkan kulit kita sama, jadi aku mohon gantikan aku sebagai pengantin wanita!" mohon Sierra seraya melepaskan gaun pengantinnya dengan cepat.
"Maaf, Nona, aku tidak bisa!" Lara mundur, dan ingin keluar dari kamar hotel itu, tapi langkahnya terhenti saat mendengar ancaman Sierra.
"Aku akan bunuh diri jika kau tidak mengikuti perintahku!!!!"
Lara terpaksa menjadi pengantin pengganti. Hidupnya hancur dan penuh derita setelah menikah dengan Achelio.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lena linol, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23. Poor Lara
"Lara ada apa? Kau membuat masalah lagi?" Danna menghampiri Lara yang tengah terduduk taman belakang rumah. Kebetulan dia sedang membersihkan area taman, dan tidak sengaja melihat Lara duduk di taman sendirian dengan tatapan kosong.
"Apa menurutmu aku biang onar?!" Lara membalas dengan nada ketus, dan tidak suka.
Danna tersenyum kecut, sepertinya dia salah mengajukkan pertanyaan. "Maaf, Lara. Aku tidak bermaksud seperti itu. Jangan tersinggung." Danna segera menyadari kesalahannya, dan meminta maaf pada Lara.
Lara menghela nafas panjang, "aku ingin keluar dari rumah ini," ucap Lara lirih, penuh keputusasaan.
Danna menatap Lara dengan lekat, "aku mengerti perasaanmu, Lara. Aku akan membantumu semampuku."
Lara langsung menoleh menatap Danna penuh selidik, "kau akan membantuku?"
Danna mengangguk.
"Masalahnya ponsel, visa, pasport dan identitas diriku hilang entah ke mana saat pernikahan itu terjadi," lirih Lara, semakin terpuruk, keinginannya kabur dari rumah itu semakin sulit. Pasalnya negara Inggris adalah negara super ketat. Dia bisa ditangkap polisi jika ketahuan tidak memiliki identitas, karena dianggap imigran gelap.
"Kau sudah mencari di hotel itu?" tanya Danna, dan Lara menggeleng pelan.
"Bagaimana aku bisa mencarinya, jika aku terpenjara di sini. Uang sepeser pun tidak punya." Lara menjawab lesu.
Danna mengusap punggung Lara, menenangkan wanita itu. "Aku akan membantumu, Lara. Asalkan kau mau menjadi temanku." Danna tersenyum sembari mengulurkan tangannya.
Lara menatap Danna lalu beralih menatap tangan wanita itu, "aku tidak mempunyai pilihan lain." Lara menjabat tangan Danna, erat.
Danna tersenyum lalu mengajak Lara ke pavilliun.
"Mau apa kita ke sini?" tanya Lara ketika dia diajak masuk ke kamar Danna. Kamar Danna sangat luas, bagus, lengkap dengan segala fasilitas. Lara tersenyum kecut melihatnya, tentu saja dia iri pada Danna, pasalnya dia menepati kamar sempit dan pengap.
"Itu laptopku sudah lama tidak terpakai. Kau bisa mengambilnya. Emh ... anggap saja sebagai hadiah pertemanan dariku," ucap Danna seraya menunjuk laptopnya yang tergeletak di atas meja kamar, dan sudah lama tidak dia gunakan karena sudah mempunyai laptop baru yang lebih canggih.
"Lara, kau bisa menggunakannya untuk mengirimkan email kepada kedutaan besar New York." Danna kembali menjelaskan ketika melihat Lara terdiam. "Untuk saat ini, cuma ini yang bisa kulakukan untukmu, Lara. Sekarang kau tidak sendirian di sini, ada aku yang akan selalu menemanimu." Danna sangat kasihan pada kehidupan Lara yang begitu malang. Jika dirinya berada di posisi Lara, mungkin sudah tidak kuat, atau yang paling parah bunuh diri.
Lara sangat terharu dengan kebaikan dan kemurahan hati Danna. " Thank you so much, Danna." Air mata Lara langsung banjir membasahi pipi.
"Lara, jangan buang-buang air mata yang berharga ini." Danna mengusap air mata Lara dengan lembut. "Kita sesama wanita, dan aku bisa merasakan apa yang tengah kau rasakan saat ini." Danna kembali menenangkan.
Lara mengangguk, masih terisak.
"Aku juga punya ponsel yang sudah tidak terpakai. Kau bisa menggunakannya sementara waktu untuk menghubungi keluargamu."
Lara menggeleng, "aku tidak punya siapa pun." Lara kembali menangis, ketika teringat mendiang orang tuanya.
"Poor Lara." Danna memeluk dan mengusap punggung wanita itu dengan penuh kelembutan. Berusaha menenangkan, agar Lara tidak terus-terusan bersedih. "You are not alone anymore."
***
Hari ini udah crazy up. Udah 3 bab ya. Jangan lupa like, komentar, vote dan hadiahnya 🥰
Dasar kepala pelayan perawan tua tdk laku2 krn sangat galak dan judes mana ada laki2 suka yg ada laki2 pd kabur wkwkwk🤣🤣🤣
Dasar lio gengsinya setinggi menara tdk mau meminta maaf kelara selama menyakiti lara dan memperlakukan sangat kasar,,,
Giliran leo mau mendekati lara lio sangat marah dan cemburu dasar tukang gengsi selangit tdk mau mengakui jatuh cinta sm lara....
lanjut thor...