Jessica Adams harus mengalami hukuman selama enam tahun lamanya di dalam penjara karena dianggap lalai dalam mengemudi mobil, hingga menyebabkan seorang model bernama Natasha Linzky meninggal dunia.
Kekasih Natasha, Axel Ray Smith, menaruh dendam luar biasa hingga memaksakan sebuah pernikahan dengannya yang saat itu dalam keadaan lumpuh. Siksaan tubuh dan jiwa menyebabkan Jessica akhirnya mengalami trauma dan depresi, bahkan Axel menceraikannya dan membuangnya begitu saja tanpa mempedulikannya.
Namun yang tidak diketahui oleh Axel adalah bahwa ia telah menitipkan benihnya pada seorang wanita yang ia anggap sebagai musuhnya. Apakah masih ada benang merah yang mengikat keduanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pansy Miracle, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PROYEK BESAR
Axel menenggelamkan dirinya dalam pekerjaannya. Tak sekalipun ia berpikir tentang cinta, kekasih, ataupun membina sebuah keluarga. Untungnya, keluarganya juga tak menuntut apapun darinya.
Usianya sudah mencapai 37 tahun dan ia sama sekali tak berminat untuk menikah. Berbeda dengan Ansel yang telah menikah dua tahun lalu.
“Tuan, pertemuan dengan Tuan Park akan diadakan sepuluh menit lagi di ruang meeting,” kata Win.
“Pergilah dulu, Win. Aku akan segera menyusul,” kata Axel.
Sejak tiga tahun yang lalu, hanya Win lah yang menjadi asisten pribadi Axel.
Flashback On
Setelah mengatakan pada Win bahwa ia tak akan masuk kerja esok, Axel pun pergi beristirahat. Ia berencana mengunjungi makam Natasha esok karena sebelumnya ia gagal karena melihat keberadaan Eric di depan makam Natasha.
Keesokan harinya, Axel berangkat menuju area pemakaman Natasha. Tak ada bunga yang ia bawa seperti sebelumnya karena tujuannya kini bukan melepas rindu, melainkan untuk mengatakan sebuah perpisahan yang benar-benar selamanya. Ia tak akan lagi menyimpan sedikit pun memori tentang Natasha, yang ternyata telah menyakiti hatinya secara diam-diam di belakangnya.
Langkah kaki Axel terasa lebih ringan saat ini. Langkah tersebut kembali terhenti ketika melihat Eric kembali ada di depan makam Natasha. Namun, Axel tak menghentikan langkahnya sama sekali. Ia ingin melihat bagaimana reaksi Eric ketika melihatnya.
“Kamu sudah selesai mengunjungi kekasihmu?” tanya Axel ketika melihat Eric berdiri di depan makam Natasha.
Eric langsung memutar tubuhnya dan kaget karena melihat keberadaan Axel di sana. Namun, Eric tak takut sama sekali status hubungannya dengan Natasha telah diketahui oleh Axel.
“Seharusnya sejak awal kamu mengatakan padaku kalau kalian adalah sepasang kekasih. Jangan melakukan semuanya secara sembunyi-sembunyi, ntah untuk tujuan apa,” lanjut Axel.
Eric tersenyum tipis, “jadi anda sudah mengetahui semuanya, Tuan Smith?”
“Ya, aku mengetahui semuanya. Bahkan aku juga tahu bahwa kamu yang merencanakan kecelakaan padaku malam itu, hingga menyebabkanku lumpuh.”
“Sayang sekali anda tidak mati!”
“Ya, sayang sekali. Aku juga tidak tahu mengapa aku tidak menjadi gila meski kamu selalu mencampurkan obat depresi pada makanan dan minumanku,” kata Axel.
Wajah Eric berubah, ia tak menyangka Axel juga mengetahui tentang hal itu.
“Kamu kaget aku mengetahui semua itu, bahkan tetap membiarkanmu berada di sampingku? Aku bodoh bukan? Membiarkan seseorang yang mengkhianatiku tetap ada di sampingku. Aku tak pernah menyangka bahwa kamu akan seperti itu padaku, Ric. Setiap kali aku berusaha menyangkal semuanya, tapi aku tak bisa ketika melihat semua kebenaran itu terpampang begitu nyata di hadapanku.”
“Masukkan saja aku ke dalam penjara jika anda memiliki semua bukti kejahatanku,” kata Eric seakan menantang.
Axel menggelengkan kepalanya, “aku tak akan melakukannya, tapi aku memintamu menghilang dari hadapanku. Aku tak ingin lagi melihatmu berada di dekatku. Di sini juga aku akan mengatakan padamu, bahwa aku tak akan pernah lagi menginjakkan kaki di makam kekasihmu. Aku akan menganggap kalian tak pernah ada dan tak pernah hadir dalam hidupku.”
Bukan Axel tak ingin memenjarakan Eric, tapi ia masih mengingat semua bantuan Eric padanya selama ini. Eric adalah seorang pekerja keras dan sampai saat ini Axel masih belum mengetahui alasan mengapa Eric melakukan ini. Mungkin hanya karena Natasha atau mungkin karena uang, ntahlah.”
Flashback Off
Axel menemui Tuan Park di ruang meeting. Kerja sama keduanya telah terjalin selama beberapa tahun, membuat mereka menjadi dekat.
Tuan Park adalah warga negara Korea yang memiliki perusahaan besar hingga merambah ke Benua Eropa. Ia telah menikah dan memiliki seorang putra bernama Ryu, yang berusia sekitar tujuh tahun.
“Selamat siang, Tuan Park,” sapa Axel saat masuk ke dalam ruang meeting.
“Selamat siang, Tuan Ax. Senang bertemu denganmu lagi,” balas Tuan Park.
Axel menjabat tangan Tuan Park kemudian mereka duduk bersama. Mereka membicarakan mengenai proyek baru yang akan mereka kerjakan di sebuah negara baru.
“Aku merasa ini akan menjadi proyek yang sangat besar,” ujar Tuan Park tersenyum dan kembali menjabat tangan Axel sebelum keduanya berpisah.
“Aku berharap juga begitu, Tuan,” kata Axel.
Keduanya akan pergi ke negara tersebut dan meninjau lokasi proyek, sekitar satu minggu lagi. Axel meminta Win menyiapkan semua keperluan mereka selama berada di sana.
**
“Uncle!” teriak Vanilla sambil berlari ke arah Jimmy. Dengan cekatan Jimmy langsung menangkap Vanilla kemudian mengangkatnya hingga gadis kecil itu melayang di udara dengan tangan terbuka.
“Kamu senang, hmm …?” tanya Jimmy.
“Sangat senang, Uncle.”
Vanilla tersenyum manis, membuat Jimmy gemas dan mencubit cuping hidungnya.
“Uncle! Nanti aku bilang Daddy nih!” ujar Vanilla yang membuat Jimmy terdiam.
“Mengapa semuanya selalu tiba-tiba diam setiap kali aku mengatakan Daddy? Di mana Daddy, Uncle?” tanya Vanilla yang kini menatap Jimmy.
Jimmy tak berani menjawab apapun karena merasa bukan ranahnya untuk mengatakan hal itu. Ia berpikir bahwa akan lebih baik jika Jessica lah yang menjelaskan semuanya pada Vanilla.
“Kita bermain saja bagaimana?” tanya Jimmy.
“Uhh aku bosan! Besok aku mau ke kota bersama Aunty Lin. Uncle mau ikut?”
“Besok? Hmm … sepertinya Uncle tidak bisa. Uncle akan pergi ke luar negeri menemui Grandpa dan Grandma,” jawab Jimmy.
Jimmy memang diminta oleh Lexy untuk kembali ke London karena akan ada sebuah proyek besar yang memerlukan keahliannya. Ansel tak mungkin bekerja sendiri karena asisten pribadinya tak menunjukkan kapabilitas yang baik belakangan ini.
“Uncle akan pergi? Mengapa Grandpa dan Grandma tidak datang ke sini?” tanya Vanilla.
“Mereka akan datang setelah menyelesaikan beberapa pekerjaan,” jawab Jimmy.
Keesokan harinya, Vanilla sangat senang karena akan pergi ke kota bersama dengan Verlin. Ia mengenakan sebuah sweater yang dibuat khusus oleh Jessica, ditambah dengan sebuah topi kupluk rajutan berwarna pink.
“Lihat Mommy, aku cantik sekali,” ujar Vanilla di depan cermin sambil bergaya dengan kedua tangan di pinggangnya.
Jessica tersenyum melihat tingkah putrinya yang sangat menggemaskan itu.
“Kamu sudah siap, cantik?” tanya Verlin yang juga sudah siap.
“Tentu saja, Aunty yang lama. Aku sudah menunggu sejak tadi,” jawab Vanilla.
“Hati-hati, Lin,” pesan Jessica. Hari ini Jessica tidak ikut pergi karena ia merasa kurang enak badan. Setiap kali musim dingin akan datang, tubuhnya selalu merasa kurang sehat dan mudah lelah. Oleh karena itu juga, ia membatasi kegiatannya.
Di kota,
“Aunty, beli itu!” teriak Vanilla.
“No, no!”
“Aunty pelit!”
Saat melihat Verlin menatap ke arah lain, dengan cepat Vanilla berlari menuju ke sebuah toko yang menjual beberapa permen kapas.
“Aduhh!!!” Vanilla terjatuh setelah menabrak seseorang yang tiba-tiba saja muncul di hadapannya.
“Kamu baik-baik saja, little?”
🌹🌹🌹
terimakasih ya kak, 👍👍👍👍👍😍😍😍😍
kalo mau nggak enak. mending skip wae... terus ngorok atw ngrumpi...
kasian othor, nggak gampang lho🤭