Tampan, Kaya, dingin, dan Cuek
Itulah yang bisa menggambarkan sosok Aston Max Matthew yang hampir sempurna. Siapa yang tidak mengenal sosok Aston yang begitu banyak di sukai kaum hawa siapapun yang melihatnya pasti akan langsung jatuh cinta kepadanya. Tapi yang mengenal Aston dia adalah pria yang pemarah, suka mengatur, cuek dan tidak suka jika ucapannya di tentang.
Cantik, Polos, dan Pendiam
Seperti itulah sosok wanita bernama Ayana Yovanka, Wanita yang sudah mandiri sejak kepergian ayahnya yang sudah lama meninggal. Di mana Ayana harus bekerja keras untuk pengobatan sang bunda yang sudah lama sakit. Namun takdir berkata lain ketika saat Ayana di pertemukan dengan pria yang bernama Aston yang mengubah semua takdirnya.
Tapi di suatu kejadian membuat mereka menjadi dekat, akankah kisah mereka seperti kisah novel yang berakhir happy ending atau malah menjadi sad ending?
Ikutin cerita Marriage With CEO.
Update sesuka hati❤️
Start 14 Desember 2024
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dwinabila04, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Marriage With CEO | 11. The First Night
"Ternyata kamu sudah selesai," tambah Aston.
Tau maksud dari perkataan Aston barusan membuat Ayana menebak jika semua yang Aston lakukan barusan adalah jebakan untuk Ayana.
"Baru tadi pagi selesai," jawab Ayana.
"Kalau begitu malam ini sudah bisa."
Ayana tidak menjawab pertanyaannya Aston karena sebenarnya Ayana belum siap jika melakukan hubungan suami istri. Aston membawa tubuh Ayana naik ke tepi kolam agar Ayana bisa berganti baju.
Dengan tubuh basah kuyup Ayana masuk kedalam rumah. Entah kenapa Aston hari ini begitu menjengkelkan membuat Ayana begitu marah kepada Aston.
Setelah berganti baju dengan pakaian kering Ayana pergi ke dapur untuk membuatkan kopi untuk Aston. Sedangkan Aston baru saja keluar dari kolam renang.
"Apa bajuku sudah kamu siapkan?" tanya Aston kepada Ayana yang sedang berkutat di dapur.
Ayana menolah kebelakang di mana Aston berdiri dengan celana renang basahnya.
"Sudah aku siapkan di atas tempat tidur," jawab Ayana.
Setelah mendapatkan jawaban dari Ayana dengan cepat Aston berlari kecil menuju ke lantai dua untuk berganti pakaian dan makan malam bersama.
Tak membutuhkan waktu lama Aston sudah selesai dengan baju santainya yang sudah Ayana pilihkan untuknya.
Walaupun dengan sedikit marah Ayana masih melayani suaminya dan walaupun juga pernikahan mereka hanya berjangka dua tahun tapi Ayana selalu berusaha untuk menjadi istri yang baik.
Aston mungkin begitu kejam kepada orang namun jika bersama keluarga Aston tidak pernah memiliki catatan kejahatan itu. Terbukti dengan Ayana ia tidak pernah main tangan walaupun Aston terbilang pria dingin dan kejam.
Makan malam ini di penuhi keheningan yang tercipta dari suasana malam yang begitu indah.
"Apa kamu besok mau ikut denganku pergi ke Jepang?" tanya Aston.
"Jepang? Kita liburan ke jepang?" Tanya Ayana yang mendadak antusias dengan pembicaraan mereka.
"Tidak. Aku ke sana untuk urusan bisnis," jawab Aston.
Mendadak Ayana sudah tidak bersemangat saat mendengar ucapan Aston jika ia pergi ke Jepang untuk melakukan bisnis.
"Ku rasa aku tidak akan ikut,"
"Kenapa? Apa kamu tidak bosan di rumah sendirian?"
"Bosan. Maka dari itu ijinkan aku kembali bekerja lagi,"
"Seperti yang aku katakan di awal aku tidak akan mengijinkan mu untuk bekerja lagi,"
Sudut bibir Ayana terangkat mengejek Aston.
"Kamu bisa mengajak Fany atau Grizella untuk datang kemari atau kamu bisa mengajak sahabatmu itu untuk menemanimu,"
"Baiklah."
Setelah makan malam mereka selesai seperti yang Aston katakan tadi jika ia menginginkan haknya. Tapi Ayana selalu berusaha mengelak.
"Ayo kita nonton saja," ucap Aston.
"Aku sudah menyiapkan cemilan untuk kita nonton,"
Mereka berdua memutuskan untuk menonton di sebuah bioskop yang berada di rumah Aston. Dan Ayana baru mengetahui jika di sini ada bioskop.
Aston sudah menyiapkan film yang akan mereka tonton malam ini.
"Apa kamu tidak apa-apa nonton film malam ini? Bukankah kamu besok pergi pagi untuk perjalanan bisnis? Dan ini sudah jam sepuluh?"
"Tidak apa-apa, aku akan menonton sebentar dan langsung tidur."
Bioskop yang di miliki Aston begitu nyaman dan mereka bisa tiduran sambil menonton. Film yang mereka tonton adalah twilight, walaupun sebelumnya Ayana sudah menonton tapi tidak masalah jika menonton lagi.
Berbagai cemilan sudah tersedia di hadapan Ayana di tambah beberapa minuman yang sudah Aston siapkan juga. Nonton kali ini begitu sempurna.
"Nih minum." Aston menawarkan minuman kepada Ayana yang langsung di sambut oleh Ayana.
Namun di balik itu Aston tersenyum kecil hingga tidak terlihat oleh Ayana. Di menit ke lima entah kenapa tiba-tiba tubuh Ayana menjadi begitu panas padahal AC di bioskop ini begitu dingin sebelum Ayana masuk.
Ayana menatap kearah Aston yang sudah menatapnya. "Apa yang kamu masukkan di minuman itu?" tanya Ayana yang mengipas-ngipas tubuhnya dengan tangan kecilnya.
"Aku memasukkan obat perangsang di minum itu." Jawab Aston.
"Jadi ternyata ada maksud lain kamu mengajakku nonton dan juga memberiku minuman ini. Sejak awal harusnya aku sudah mulai curiga."
Ayana berusaha untuk menjauh dari Aston agar malam pertama ini tidak akan terjadi. Namun sebaliknya Aston yang mendekati Ayana di mana Ayana berusaha untuk keluar dari ruangan bioskop.
Langkah kaki Ayana sudah mencapai anak tangga namun tubuhnya melayang di mana Aston menggendong tubuh Ayana ala bridal style.
"Aston apa yang kamu lakukan!! Turunkan aku!!" Ayana berusaha untuk memberontak namun semua sia-sia karena tubuh Ayana tidak sebanding dengan tubuh kekar Aston.
Aston membawa Ayana ke dalam kamar mereka. "Aku akan memperlakukan mu dengan lembut." Ucap Aston.
Aston mencium bibir Ayana dengan lembut dan Ayana meresponnya membuat Aston tersenyum kemenangan. Malam ini adalah malam pertama mereka setelah tertunda ketika honeymoon.
...•••...
Secercah cahaya matahari pagi masuk di cela jendela yang tidak tertutup dengan sempurna. Ayana bangun dengan badan yang sedikit sakit.
Ayana bangun saat mengingat kejadian kemarin malam di mana Ayana sudah kehilangan keperawanan. Aston menggunakan cara licik untuk mendapatkan.
Ayana membungkam mulutnya saat melihat ternyata Aston masih tertidur di sampingnya dengan bertelanjang dada.
Perlahan Ayana berusaha untuk beranjak dari tempat tidur karena ia ingin membersihkan diri. Ayana melihat kedalam selimut dimana tubuhnya tidak di tutupi sehelai kain pun hanya selimut yang menutupi tubuhnya.
Nyeri itulah yang Ayana rasakan saat berjalan menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Di dalam kamar mandi Ayana menatap dirinya yang cukup berantakan di tambah lagi rambut yang begitu berantakan membuatnya terlihat seperti gembel.
Bercak merah Ayana temukan di lehernya dan juga di payudaranya. Begitu brutal sekali Aston melakukan malam pertamanya bersama dengan Ayana.
Ayana tidak pernah menyesali apa yang sudah Ayana berikan kepada Aston. Selesai membersihkan diri Ayana lanjut menuju ke dapur namun sebelum itu Ayana melihat kearah Aston yang masih terlelap tidur.
Ada beberapa pembantu yang nampak sedang membersihkan rumah mereka. Aston memang memperkerjakan pembantu namun saat sudah sore Aston menyuruhnya untuk pulang. Jadi mereka hanya bekerja dari pagi hingga sore saja. Alasan itu Aston lakukan atas dasar kemauan Ayana. Saat Ayana memutuskan masak untuk Aston dari sana Aston hanya mempekerjakan orang hanya dari pagi hingga sore saja.
Selesai berkutat di dapur Ayana menatap jam yang menunjukan pukul setengah delapan. Ayana menaiki anak tangga untuk membangunkan Aston. Niatnya Aston berangkat jam lima pagi namun karena insiden itu Aston mengundurkan keberangkatannya jadi pukul sepuluh.
"Aston." Ayana menggerakkan tubuh Aston di mana Ayana duduk di pinggir tempat tidur.
"Aston, ayo bangun bukan kah kamu akan pergi ke Jepang hari ini." Ayana berusaha membangunkan Aston namun Aston enggan untuk bangun.
Bbuukkk
Satu pukulan mendarat di bahu Aston membuat Aston sadar dari tidurnya.
"Ayo bangun, sarapan sudah siap dan semua persiapanmu sudah aku siapkan," ucap Ayana sedikit kesal.
Aston mengumpulkan nyawanya terlebih dulu sebentar sebelum menuju ke kamar mandi. Satu menit berlalu Aston akhirnya beranjak dari tempat tidurnya menuju ke kamar mandi.
Ayana menatap Aston yang turun dari lantai dua dengan menenteng dasi yang ada di tangan kanannya. Ayana mendekati Aston dan mengambil dasi Aston agar ia bisa memakaikan untuknya.
Selesai urusan dasi Ayana melayani Aston untuk sarapan pagi ini. Hanya keheningan yang tercipta dari keduanya.
"Kamu beneran gak mau ikut?" tanya Aston memecahkan keheningan.
"Tidak,"
"Tapi aku di sana tiga hari apa tidak apa-apa?"
"Iya, tidak masalah lagian kamu ke sana untuk urusan pekerjaan bukan untuk main-main,"
"Baiklah jika kamu tidak ingin ikut, namun jika kamu berubah pikiran kamu telepon aku biar aku urus semuanya dan jemput kamu," ujar Aston.
"Baiklah."
"Namun jika kamu tidak berniat untuk ikut kamu bisa mengundang temanmu, Fany atau Grizella,"
"Baiklah, aku mengerti, tidak usah risaukan hal itu,"
"Ingat jika ke mana-mana ada bodyguard yang mengawal mu untuk pergi, jadi jangan menolak seperti waktu itu, jika kamu menolak lagi kejadian waktu itu akan terulang lagi,"
"Aston aku mengerti."
Selesai sarapan pagi Aston pergi menuju ke bandara untuk melakukan bisnis yang membutuhkan waktu tiga hari.
"Aku pergi dulu." Aston mencium kening juga bibir Ayana sekilas lalu masuk ke dalam mobil.
Saat mobil Aston sudah melewati gerbang rumahnya Ayana berniat untuk mengundang sahabatnya dan juga adik Aston untuk menginap di sini.
Sambil menunggu mereka datang Ayana berniat untuk pergi ke supermarket untuk belanja beberapa cemilan untuk mereka makan saat menginap di rumah Ayana. Sebelum Ayana pergi ia selalu mengunci pintu kamar mereka berdua agar siapapun tidak boleh masuk ke kamarnya. Aston sudah menyiapkan dua kunci kamar yang satu di pegang olehnya dan yang satu di pegang oleh Ayana. Hanya mereka berdua yang mempunyai akses ke kamarnya.
Seperti yang di katakan Aston tadi jika ia keluar harus di kawal oleh bodyguard yang sudah Aston berikan.
"Jake, nanti kamu mengawalku dari jauhan saja ya tidak perlu terlalu dekat," ucap Ayana kepada Jake sang bodyguard.
"Baik nyonya," sahut Jake.
"Jak, maafkan aku waktu itu, karena aku tidak ingin di kawal kamu menjadi babak belur di buat Aston."
"Tidak apa-apa nyonya itu sudah resiko yang saya ambil karena tidak bisa menjalankan tugas yang tuan Aston berikan."
"Tidak, kamu tidak salah, saya yang salah karena membuatmu di hajar oleh Aston."
Tak terasa mengobrol dengan Jake mobil yang mereka tumpangi sudah sampai di sebuah supermarket yang cukup besar lengkap dengan beberapa perabotan rumah tangga.
Ayana berkeliling mencari cemilan yang di sukai sahabat dan juga adik iparnya. Cukup dengan belanjaan yang ada di troli, Ayana menuju ke kasir untuk membayar. Seperti yang Ayana minta jika Ayana akan di kawal dari kejauhan terlihat Jake sedang berdiri di dekat pintu.
Mobil Ayana tiba di rumahnya dengan beberapa belanjaan yang ia beli tadi. Ayana sudah memberi kabar kepada Anindira dan juga Grizella untuk ke rumahnya. Anindira akan kemari saat sudah selesai bekerja sedangkan Grizella menuju ke rumah Ayana jika sudah selesai kuliah.
Ting tong
Ting tong
Ting tong
Saat Ayana tengah sibuk menata cemilan ke keranjang sebuah bel rumah berbunyi menandakan bahwa ada orang yang berkunjung ke rumahnya. Ayana terlebih dahulu melihat ke Door viewer klasik untuk melihat siapa yang berkunjung ke rumah mereka.
"Fany!" Ayana cukup terkejut dengan kunjungan Fany ke rumahnya di mana ini masih pukul sembilan pagi di mana seharusnya Fany bekerja.
"Tumben kamu datang kemari? Apa ada berkas Aston yang ketinggalan?" tanya Ayana yang mungkin saja Fany kemari karena ada beberapa berkas Aston yang ketinggalan.
"Tidak nyonya, saya di sini untuk menemani anda," jawab Fany.
"Menemani? Bukankah kamu harusnya bekerja? Jika kamu ke sini nanti Aston akan marah,"
"Tidak nyonya, justru karena perintah tuan Aston menyuruh saya kemari saya berani datang kemari jika bukan karena perintah tuan Aston tidak mungkin saja berani datang kemari," jelas Fany.
"Jadi kamu di bebas tugaskan?"
"Iya, nyonya saya di bebas tugaskan namun tugas saja sekarang adalah menemani anda," ucap Fany.
Ayana seneng mendengar ucapan Fany barusan. Semakin banyak orang akan semakin ramai rumah Ayana.
"Kalau begitu ayo masuk dulu."