Letnan satu Bisma Dwipangga patah hati setelah diputuskan oleh tunangannya. Hubungannya yang sudah terjalin cukup lama itu, kandas karena sebuah alasan. Demi sebuah jenjang karier yang masih ingin digapai, dr. Jelita Permata terpaksa mengambil keputusan yang cukup berat baginya.
"Aku ingin melanjutkan studiku untuk mengejar dokter spesialis. Kalau kamu tidak sabar menunggu, lebih baik kita sudahi hubungan ini. Aku kembalikan cincin tunangan ini." Dr. Lita.
"Kita masih bisa menikah walaupun kamu melanjutkan studi menjadi Dokter spesialis, aku tidak akan mengganggu studi kamu, Lita." Lettu Bisma.
Di tengah hati yang terluka dan patah hati, Bu Sindi sang mama justru datang dan memperkenalkan seorang gadis muda yang tidak asing bagi Letnan Bisma.
"Menikahlah dengan Haura, dia gadis baik dan penurut. Tidak seperti mantan tunanganmu yang lebih mementingkan egonya sendiri." Bu Sindi.
"Apa? Haura anak angkat mama dan papa yang ayahnya dirawat karena ODGJ?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26 Harus Menikah
"Semua sudah jelas dari tulisan di secarik kertas ini. Ini bukti bahwa kamu dan Haura sudah tidur bersama."
Jleb, ucapan Pak Saka sore itu tiba-tiba bagaikan petir di siang bolong. Bisma sampai tercengang karena merasa dituduh berbuat sesuatu yang sama sekali tidak diperbuatnya.
"Tidak, Pa. Dengar dulu Bisma. Bukan seperti itu maksud dari tulisan Bisma itu. Tolong dengarkan penjelasan Bisma dulu. Bisma mohon." Bisma memohon pada Pak Saka di hadapan semua. Sementara Haura hanya menunduk menahan malu. Bisma bukannya bersimpatik, tapi dia justru kesal dan marah dengan Haura yang dianggapnya ceroboh menyimpan surat itu sehingga harus ketahuan Bi Mimin.
"Apapun alasannya, kalian harus segera dinikahkan. Bukan tidak mungkin antara kalian sudah terjadi hal di luar batas yang nantinya akan mencoreng nama baik keluarga maupun nama baikmu di kesatuan. Memalukan," hardik Pak Saka sembari menggebrak meja.
"Dengar dulu penjelasan Bisma, Bisma mohon, Pa. Kenapa Bisma bisa tidur di kamar Haura? Bisma malam itu tidak bisa tidur di kamar Bisma sendiri, lalu Bisma coba turun ke bawah berharap kantuk itu datang. Setelah di bawah, Bisma masuk ke kamar Haura karena tahu kamar Haura kosong. Entah kenapa, setelah berada di dalam kamar dia, tiba-tiba rasa kantuk itu muncul, lalu Bisma mencoba membaringkan diri di kasurnya dia. Setelah beberapa saat, Bisma benar-benar terlelap di sana dan tidak ingat lagi mau pindah kamar."
"Dan perlu Mama dan Papa ingat, Bisma sama sekali tidak tahu kalau Haura akan pulang hari itu juga, karena Mama bilang Haura akan nginap satu malam. Jadi, Bisma seenaknya tidur di sana karena tahu Haura tidak akan pulang. Dan lagi, Bisma dengan Haura tidak pernah janjian mau tidur bersama. Tahu dia ada di kamarnya pun setelah Bisma bangun tidur. Begitu ceritanya, Ma, Pa," lanjut Bisma mencoba menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, meskipun alasan sebenarnya kenapa ia bisa tidur di kamar Haura adalah karena tiba-tiba merindukan Haura, tidak ia sebutkan. Jika disebutkan, Bisma justru takut Mama dan Papanya akan mengolok-olok bahkan gencar menjodohkannya dengan Haura.
"Lalu surat itu?" tanya Pak Saka lagi.
"Surat itu memang ungkapan terimakasih Bisma untuk Haura. Tadinya Bisma akan mentraktir dia makan di kafe sebagai rasa terimakasih Bisma sama dia," jawab Bisma merasa plong karena ia sudah menjelaskan kesalahpahaman orang tuanya.
"Benar begitu Haura?" Pak Saka balik bertanya pada Haura yang sejak tadi menunduk.
"Itu betul, Pa. Haura dan Kak Bisma tidak janjian akan tidur bersama. Saat Haura pulang dan masuk kamar, Haura sempat terkejut karena di atas kasur sudah ada sebujur tubuh yang ternyata Kak Bisma. Karena Haura sangat ngantuk, akhirnya Haura tidur di kursi kayu tanpa membangunkan Kak Bisma," terang Haura menguatkan pengakuan Bisma.
"Baiklah, jika seperti itu penjelasan kalian, papa bisa terima. Tapi, papa dan mama masih ragu dengan kalian. Alangkah baiknya kalian menikah saja supaya kami ini tidak khawatir saat kami meninggalkan kalian berdua di rumah," cetus Pak Saka. Pada akhirnya tujuan utama ingin kembali menjodohkan Haura dengan Bisma terungkap juga di sini. Mereka belum menyerah untuk menjodohkan keduanya.
"Ya ampun, Mama dan Papa ini masih saja membahas masalah itu. Apa tidak ada masalah lain yang penting dibahas lagi di rumah ini? Lagipula, Bisma tidak akan tinggal lama lagi di rumah ini, Pa. Karena rumah Bisma yang saat ini sedang dalam perbaikan, sebentar lagi selesai, lalu Bisma akan segera pindah ke sana. Jadi, Mama dan Papa tidak perlu khawatir, jika harus bepergian dari rumah, karena Bisma sudah tidak di sini. Bisma sudah pindah ke rumah Bisma jika kalian sedang sibuk keluar kota," elak Bisma ada celah untuk menghindar.
Haura menarik nafasnya panjang, dia bisa mencerna pernyataan Bisma yang jelas menolak perjodohan itu. Haura merasa lega, tapi dadanya kenapa terasa sesak, sesakit itu rasanya penolakan Bisma. Haura menguatkan diri supaya tidak mengeluarkan kaca-kaca bening di sudut matanya, lagipula dia di sini hanya anak angkat yang tidak sepenuhnya punya tempat di hati kedua orang tua angkatnya.
"Aku tidak apa-apa apabila Kak Bisma tidak setuju dengan perjodohan ini, aku pun tidak berharap Kak Bisma bisa jadi suami aku. Hanya saja, ucapan Kak Bisma kadang-kadang justru menyakiti hatiku. Aku tahu diri, aku hanya anak angkat di sini dan tidak berhak memiliki kedudukan yang sama seperti Kak Bisma yang anak kandung," renung Haura dalam hati sangat sedih.
"Justru saat kamu memutuskan menempati rumah kamu itu, harusnya sudah berdua dan membangun rumah tangga. Untuk apa ditunda lagi, toh usia kamu juga sudah mau 29. Kamu jangan kalah sama adik leting kamu, baru selesai pendidikan sudah mau ngajuin nikah," provokasi Bu Sindi, yang sengaja ia lontarkan agar Bisma mau dan menerima permintaan mereka.
"Bisma lelah Ma, sebaiknya Bisma ke kamar dulu. Tubuh Bisma gerah, gara-gara menunggu dia yang tidak kunjung datang, nyesel aku berbaik hati sama dia. Bagaimana mau jadi istri kalau diminta datang saja tidak muncul-muncul," dumel Bisma mengalihkan topik pembicaraan dan berlalu.
"Tuh, dengar omongannya barusan. Bisma bilang bagaimana mau jadi istri kalau diminta datang saja tidak muncul. Papa dengar, kan, Pa? Itu pertanda kalau Bisma memberi lampu hijau buat kita. Haura, kini giliran kamu yang harus memberikan sinyal kalau kamu juga akan menerima Bisma," ujar Bu Sindi terdengar senang, di akhir kalimat mengalihkan obrolan pada Haura.
"Haura, kamu dengar bukan ucapan kakakmu barusan?"
"Dengar, Ma. Tapi, Haura sama sekali tidak pantas untuk Kak Bisma."
"Ya ampun, kamu selalu saja bicara seperti itu. Bisma itu masih patah hati, jadi kalau ucapannya kadang membuatmu sakit hati, mama minta kamu maklumi. Dia itu sebenarnya baik, Bisma hanya kecewa dengan mantan pacarnya, dan kamu kena imbasnya," bujuk Bu Sindi berharap Haura bisa menerima permintaannya.
"Nanti Haura pikirkan dulu, Ma." Haura memutuskan untuk berpikir dulu sebelum ia menyetujui permintaan kedua orang tua angkatnya. Lagipula, Bisma tidak menyukainya. Bisma membencinya.
Beberapa saat kemudian
Bisma dan Haura kini berada di taman belakang rumah. Bisma sengaja mengajak Haura ke taman. Di sana, Bisma menumpahkan kekesalannya terhadap Haura yang siang tadi diajak makan di Senvira Cafe tapi tidak datang.
"Haura minta maaf, Kak. Haura lupa. Lagipula buat apa Kak Bisma harus mentraktir Haura makan, bukankah Haura tidak sepadan jika harus duduk semeja dengan Kak Bisma?" balas Haura merasa muncul keberaniannya.
"Setidaknya kamu hubungi aku dan memberitahukan kalau kamu tidak bisa pergi, beres. Kamu ini justru membuat aku menunggu, dasar tidak punya adab," ujar Bisma seraya meninggalkan Haura dengan raut wajah yang sangat kesal.
kamu juga sering menghina Haura...
sama aja sih kalian berdua Bisma dan Jelita...😤
🤬🤬🤬🤬🤬🤬
cinta tak harus memiliki Jelita..siapa suruh selingkuh😁😁😁😁
ada ada aja nih jelita 😆😆😆😆😒
gak sia² si Bisma punya mulut bon cabe 🤣🤣🤣🤣
bilang aja kejadian yang sebenarnya...
Bisma salah paham...