NovelToon NovelToon
Antara Takdir Dan Pilihan

Antara Takdir Dan Pilihan

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Konflik etika
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: syah_naz

"Tolong maafkan aku waktu itu. Aku nggak tahu bakal kayak gini jadinya," ucap Haifa dengan suara pelan, takut menghadapi tatapan tajam Nathan. Matanya menunduk, tak sanggup menatap wajah pemuda di depannya.

Nathan bersandar dengan tatapan tajam yang menusuk. "Kenapa lo besoknya nggak jenguk gue? Gue sakit, dan lo nggak ada jenguk sama sekali setelah hari itu," ucapnya dingin, membuat Haifa semakin gugup.

Haifa menelan ludah, tangannya meremas ujung pasmina cokelat yang dikenakannya. "Plis maafkan aku... aku waktu itu lagi di luar kota. Aku beneran mau jenguk kamu ke rumah sakit setelah itu, tapi... kamunya udah nggak ada di sana," jawabnya dengan suara gemetar, penuh rasa bersalah.

mau kisah selengkapnya? ayo buruan bacaa!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syah_naz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

keputusan yang harus di ambil

Dengan hati yang gelisah, Hamzah duduk di ruang tamu yang sepi, hanya ditemani sinar redup lampu malam.

Ia tahu, pendidikan adalah kunci bagi Haifa untuk meraih impian besarnya. Dengan keyakinan itu, Hamzah meraih ponselnya, mulai mencari informasi tentang universitas yang menawarkan jurusan Manajemen Dakwah, Ilmu Al-Qur'an, dan Hadits.

Jari-jarinya bergerak cepat di layar ponsel, menyusuri satu per satu laman universitas yang muncul.

Beberapa pilihan terlihat menarik, namun belum sepenuhnya meyakinkan.

Wajah Hamzah menegang, seolah waktu terus mendesaknya untuk segera menemukan tempat terbaik bagi putrinya.

Beberapa menit berlalu, hingga akhirnya matanya terpaku pada sebuah laman universitas. "Universitas Islam Negeri Malang," gumamnya pelan, membaca lebih dalam tentang jurusan Manajemen Pendidikan Agama Islam yang ditawarkan.

Ia terus menelusuri keunggulan dan fasilitas yang disediakan, membaca ulasan, hingga merasa yakin.

Wajahnya yang semula tegang mulai berubah, bibirnya tersenyum lega. "Alhamdulillah, akhirnya ketemu juga yang bagus," ucap Hamzah penuh syukur.

Ia meletakkan ponselnya di meja, lalu memejamkan mata sejenak.

Dalam keheningan malam, Hamzah memanjatkan doa yang tulus. "Ya Allah, jika ini jalan terbaik untuk Haifa, mudahkanlah segalanya. Jadikan ia anak yang berguna bagi agama dan umat," bisiknya lirih.

Hamzah merasa sedikit lebih tenang malam itu. Ia tahu, perjuangannya sebagai seorang ayah tidak berhenti di sini.

Namun, menemukan langkah awal untuk masa depan Haifa adalah sebuah kebahagiaan tersendiri.

...****************...

Di malam yang hening, Haifa terbangun dari tidurnya. Dengan langkah pelan, ia menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu.

Kedinginan malam tak menghalanginya untuk berdiri di atas sajadah, menghadap Sang Pencipta.

Dalam khusyuknya shalat malam, Haifa mencurahkan segala isi hatinya—tentang perjuangannya, rasa syukur, dan harapan-harapan yang ia gantungkan kepada Allah.

Usai berdoa panjang, Haifa tak langsung kembali tidur.

Ia mengambil Al-Qur'an yang terletak di meja kecil dekat tempat tidurnya. Jemarinya membuka lembaran demi lembaran, melantunkan ayat-ayat suci dengan suara lembut yang menghiasi kesunyian malam.

Hatinya terasa tenang, seolah menemukan kedamaian di setiap kalimat yang ia baca.

Menjelang subuh, langkah ringan terdengar mendekati kamar Haifa.

Abiy Hamzah masuk perlahan, matanya memperhatikan putrinya yang tengah duduk bersila, tenggelam dalam bacaan Alqur'an.

Dengan sedikit ragu, Hamzah duduk di samping Haifa, mengamati wajah putrinya yang penuh ketenangan.

"Ifa, boleh Abiy bicara?" suara Hamzah terdengar pelan, tapi jelas.

Haifa menghentikan bacaannya, lalu menutup Al-Qur'an dengan penuh kelembutan. Ia menoleh ke arah Hamzah, memberikan anggukan kecil tanda kesediaannya.

Hamzah menarik napas dalam-dalam sebelum mulai berbicara.

"Tadi malam, Abi mendapat telepon dari seorang dosen. Mereka bilang kamu terlalu cerdas, terlalu istimewa untuk tetap di sana, Nak. Mereka menyarankan kamu pindah ke universitas yang lebih besar, tempat yang bisa mendukung kemampuanmu," ucapnya dengan nada hati-hati, matanya tak lepas dari wajah putrinya.

Haifa terdiam, mendengar dengan saksama. Ia tak menyela, hanya menunduk, mencerna kata-kata ayahnya.

"Abi sudah mencari tahu. Ada Universitas Islam Negeri di sini- di malang, mereka punya program Manajemen Pendidikan Agama Islam yang sepertinya cocok untukmu. Abi ingin kamu punya kesempatan terbaik, Ifa. Tapi Abi juga tidak ingin memaksamu. Keputusan ada di tanganmu."

Hamzah berhenti sejenak, menunggu respons putrinya. Dalam diam, Haifa menatap wajah ayahnya yang dipenuhi harapan sekaligus kekhawatiran. Ia meraih tangan ayahnya, menggenggamnya erat.

"Abi, aku percaya apa yang Abi pilih pasti yang terbaik. Jika ini jalan yang Allah berikan untukku, aku siap menjalaninya," jawab Haifa dengan suara lembut, namun penuh keyakinan.

Hamzah tersenyum haru, hatinya terasa lega mendengar jawaban putrinya. "Alhamdulillah, Nak. Abi akan selalu mendukungmu, apapun yang terjadi," ucapnya sambil merangkul Haifa dengan penuh kasih sayang.

Malam itu, keheningan kembali menyelimuti kamar Haifa. Namun, dalam hati mereka berdua, sebuah keputusan besar telah dibuat, dan langkah menuju masa depan Haifa pun telah dimulai.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!