Hidup bergelimang harta, mempunyai istri yang cantik dan seorang putri yang manis tak membuat seorang Demian merasakan kebahagiaan hidupnya.
Rasa bersalahnya pada seorang wanita 8 tahun yang lalu selalu menghantui hidupnya. Wanita itu sudah berhasil mengubah hatinya yang hangat menjadi sedingin es, beku dan keras.
"Ariana, di mana kamu? aku merindukanmu sayang."
Disisi lain jauh dari ibu kota Ariana sedang bekerja keras seorang diri untuk menghidupi anaknya.
Anak yang tidak pernah mengetahui di mana sang ayah, karena 8 tahun yang lalu Ariana meninggalkan laki-laki yang sudah menyakitinya bersama janin yang tak pernah terucap.
Akan kah keduanya akan bertemu dan kembali bersama meski keadaan tidak seperti dulu lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part~31
Melihat Demian yang tiba-tiba menggigil dan kesakitan, Ariana terlihat panik.
"Aku akan panggilkan dokter." Ariana hendak beranjak, namun Demian menahan tangannya.
"Tolong, hubungi Victor saja dan suruh segera kemari." perintahnya seraya menyerahkan ponselnya.
Ariana segera mengambil ponsel tersebut, kemudian ia mencari kontak Victor.
Setelah menghubungi Victor, tak berapa lama kemudian laki-laki itu langsung datang.
"Vic, apa yang sebenarnya terjadi dengan Demian? dia tiba-tiba menggigil dan kesakitan." cecar Ariana khawatir.
"Tuan baik-baik saja nyonya, anda tidak perlu khawatir."
Lantas Victor segera membawa Demian keluar dari sana, sebelum Ariana banyak tanya.
"Buk." panggil Ricko setelah Ariana menutup pintunya.
"Ayahmu pasti baik-baik saja, Nak." Ariana menghampiri Ricko yang sedari tadi masih bergeming di tempatnya.
"Hmm." sahut Ricko, kemudian ia segera masuk ke dalam kamar mandi.
"Ayah, maafkan Ricko."
Ricko nampak berkaca-kaca, mengingat bagaimana keadaan ayahnya tadi.
Di tempat lain, Demian langsung mendapatkan perawatan intensif. Karena pengaruh obat yang semalam ia konsumsi mengakibatkan tekanan darahnya tak stabil hingga mengganggu kinerja jantungnya.
Belum lagi demam yang ia alami dari semalam membuat keadaan laki-laki itu bertambah buruk. Beruntung Victor segera membawanya ke rumah sakit, sehingga keadaannya sekarang berangsung membaik setelah mendapatkan perawatan oleh dokter pribadinya.
"Vic, bagaimana keadaan Ariana dan Ricko ?" tanya Demian setelah dokter selesai memeriksanya.
"Mereka baik-baik saja tuan."
"Syukurlah, jangan sampai mereka mengetahui keadaanku." sahut Demian lemah, nampak tubuhnya penuh dengan kabel-kabel yang menempel di dadanya.
Tak berapa lama kemudian nyonya Anggoro dan suaminya masuk ke dalam ruangan Demian dengan wajah khawatir.
"Nak, apa kamu baik-baik saja ?" tanya nyonya Anggoro khawatir.
Demian menatap dingin kedua orangtuanya tersebut, sungguh ia masih tidak menyangka ibunya itu pasti sudah bekerja sama dengan sang istri untuk menjebaknya.
Tak mendapatkan respon dari Demian, nyonya Anggoro langsung bertanya pada dokter yang masih berada di sana.
"Dok bagaimana keadaan putra saya ?" tanyanya.
Dokter tersebut nampak menatap iba nyonya Anggoro, kemudian ia mengambil rekam medis yang di bawa oleh perawatnya tersebut.
"Berdasarkan pemeriksaan dan hasil lab, tuan Demian sebelumnya telah mengkonsumsi obat xx dengan dosis sangat tinggi hingga membuat tekanan darahnya melonjak drastis dan itu membuat jantungnya sedikit membengkak." sahut Dokter tersebut menjelaskan.
"Apa? obat xx ?" Tuan Anggoro nampak terkejut.
"Benar, tuan." sahut Dokter tersebut yang langsung membuat tuan Anggoro menatap tajam sang istri.
"Siapa yang melakukan ini semua, bukannya semalam Demian tidur di rumah ?" tuan Anggoro langsung menatap curiga pada istrinya.
"Bu-bukan mama, pa. Ini semua pasti ulah Monica." kilah nyonya Anggoro ketakutan.
"Siapapun itu harus mempertanggung jawabkan perbuatannya, karena sudah berani-beraninya membuat Demian seperti ini." tegas tuan Anggoro yang langsung membuat Nyonya Anggoro memucat.
Wanita itu sepertinya sangat menyesal dengan perbuatannya, tapi bukannya ia kemarin menggunakan obat xx itu dengan dosis yang rendah.
Lalu bagaimana dokter tersebut mengatakan dosis yang di minum Demian sangat tinggi. Apa jangan-Jangan diam-diam Monica mencampurkan obat itu lagi?
Nyonya Demian mendadak geram, ia langsung pamit untuk keluar sebentar dari ruangan tersebut.
"Ma, bagaimana keadaan mas Demian ?" tanya Monica dengan wajah khawatirnya.
Ia sengaja menunggu di luar dan tidak ikut serta masuk, karena masih takut dengan ancaman Demian semalam.
"Sini mama mau bicara denganmu." Nyonya Anggoro langsung menarik tangan Monica lalu membawanya agak jauh dari sana, karena bisa saja suaminya atau asisten putranya tersebut mencuri dengar pembicaraannya.
"Ada apa ma, bagaimana keadaan suamiku ?" Monica terlihat bingung dengan sikap sang ibu mertuanya tersebut.
"Dokter bilang Demian mengkonsumsi obat itu dengan dosis tinggi, padahal mama kemarin memberinya hanya sedikit karena mama masih memikirkan efek terhadap jantung Demian. Apa ini semua ulahmu ?" cecar nyonya Anggoro.
"Maaf, ma." Monica terlihat ketakutan.
"Jadi benar ini ulahmu ?" desak nyonya Anggoro.
"Aku minta maaf Ma, aku terpaksa melakukannya karena takut dosis yang mana berikan tidak akan mempan." Monica mengingat kemarin malam sudah memberikan beberapa tetes obat tersebut pada air putih Demian.
"Kamu mau membunuh putraku hah? apa kamu lupa kalau Demian mempunyai riwayat jantung bawaan? mama tak habis pikir dengan kamu Mon. Bahkan dengan dosis tinggi pun, kamu tidak mampu menaklukkan Demian. Mama benar-benar kecewa sama kamu." hardik nyonya Anggoro.
"Ma." iba Monica, untuk pertama kalinya ibu mertuanya itu murka padanya.
"Pergi dari sini, mama tidak mau melihatmu lagi." usir nyonya Anggoro dengan emosi yang tertahan.
"Ma."
Melihat Monica masih bergeming di tempatnya, nyonya Anggoro langsung meninggalkan menantunya tersebut.
"Sialan, bahkan mama pun sekarang marah padaku. Aku harus segera mencari tahu siapa wanita itu, wanita sialan yang sudah berani mengusik rumah tanggaku."
Monica nampak mengepal geram, kemudian ia segera meninggalkan tempat tersebut.
Di tempat lain, siang itu Ricko sedang makan siang dengan disuapi sang ibu.
"Buk, apa Ayah...maksud Ricko Om Demian akan baik-baik saja ?" tanya Ricko dengan salah tingkah.
Sejak kejadian di mana Demian mengaku sebagai ayah kandungnya, ini pertama kalinya bocah kecil itu membahas laki-laki itu.
Ariana nampak mengulas senyumnya. "Om Demian itu ayah kandungmu Nak dan sudah menjadi kewajibanmu memanggilnya Ayah. Kamu tahu, Tuhan yang maha segalanya saja selalu memaafkan hambanya. Kenapa kita sebagai manusia biasa tak bisa memberikan maaf juga." bujuk Ariana.
"Apa ibuk juga memaafkan ayah ?"
"Tentu, setiap orang berhak mendapatkan kesempatan kedua Nak. Meski keadaan tak lagi sama, tapi bagaimana pun juga beliau ayah kamu." sahut Ariana.
"Ricko memaafkan ayah kan ?" imbuhnya lagi seraya menatap lembut putranya tersebut.
"Hmm." Ricko nampak menganggukkan kepalanya.
"Tapi Ricko tidak mau tinggal bersama Olive dan ibunya, Ricko maunya sama ibuk." ucapnya lagi.
"Tidak akan ada yang bisa memisahkan kita sayang, sampai kapanpun kita akan selalu bersama-sama. Meski Ricko tidak bisa selalu bersama ayah, tapi ayah pasti akan sering menjenguk Ricko." tegas Ariana, pandangannya nampak menerawang jauh.
Ia tidak mau memberikan harapan pada anaknya tersebut, karena saat ini Demian sudah mempunyai keluarga sendiri.
"Ricko selalu berdoa buat ayah ya, semoga ayah Ricko baik-baik saja." ucap Ariana lagi yang langsung di anggukin oleh putranya itu.
Disisi lain di sebuah hotel bintang lima nampak seorang wanita sedang mendesah nikmat di atas tubuh seorang pria tampan nan macho.
Wanita tersebut terlihat begitu agresif menaik turunkan tubuhnya untuk mengejar pelepasannya.
Sang pria tampan tersebut tentu saja sangat senang, ia terlihat begitu puas dengan permainan wanitanya itu.
Ia meremas dan mengulum gundukan indah di depan matanya tersebut yang langsung membuat wanita itu mengerang kenikmatan.
"Aku hampir sampai, sayang." rintih wanita tersebut.
"Kita sama-sama, sayang." laki-laki itu langsung saja membalikkan tubuh wanita itu hingga berada di bawahnya sekarang.
Dan tak berapa lama kemudian mereka nampak mendesah bersamaan ketika keduanya mencapai puncaknya.
"Kamu seperti biasa sangat hebat, sayang." puji pria tersebut.
"Percuma hebat tapi selalu di anggurin sama suami." Monica nampak mendesah kasar, terlihat peluh keringat di tubuhnya.
"Kan ada aku sayang, kapanpun kamu mau aku selalu siap." sahut pria tersebut yang di ketahui bernama Leo.
Sudah beberapa tahun ini Monica menjalin kedekatan dengan Leo yang notabennya adalah ayah biologis Olive.
Leo sangat menyukai Monica, hanya saja mereka berbeda kasta, karena Leo hanya orang biasa.
Lagipula Monica hanya menyukai Demian dan menjadikan Leo hanya sebagai pemuas hasratnya yang tidak pernah ia dapatkan dari sang suami.