Di tengah hujan deras yang mengguyur jalanan kota, Kinanti menemukan seorang anak kecil yang tersesat. Dengan tubuhnya yang menggigil kedinginan, anak itu tampak sangat membutuhkan bantuan. Tak lama kemudian, ayah dari anak itu muncul dan berterima kasih atas pertolongan yang ia berikan.
Meskipun pertemuan itu sederhana, tidak ada yang tahu bahwa itu adalah awal dari sebuah kisah yang akan mengubah hidup mereka berdua. Sebuah pertemuan yang membawa cinta dan harapan baru, yang muncul di tengah kesulitan yang mereka hadapi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rhtlun_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 8
Kinanti keluar dari kamar Kenzo dengan langkah hati-hati, memastikan pintu tertutup rapat di belakangnya. Setelah memastikan Kenzo tertidur dengan nyaman, ia memutuskan untuk menuju dapur, berniat mengambil segelas air sebelum beristirahat.
Hari ini telah menjadi hari yang panjang dan melelahkan baginya, terutama setelah menghadapi berbagai emosi Kenzo.
Saat melangkah pelan menuju dapur, langkah Kinanti terhenti ketika ia mendengar suara dari ruang tengah. Ia menoleh sebentar dan melihat Julian baru saja pulang dari kantor. Ia tampak kelelahan, namun tetap berusaha tersenyum ketika ibunya, Marta, menyambutnya.
"Julian, duduklah di ruang tamu sebentar. Ada yang ingin Mama bicarakan." Ujar Marta dengan nada lembut namun penuh harapan. Di sebelahnya, Hanah berdiri dengan anggun, memberikan senyum kecil ke arah Julian.
Julian menatap ibunya sejenak, lalu mengalihkan pandangannya ke Hanah. Wajahnya tetap datar, tanpa ekspresi yang jelas. Ia terlihat enggan, namun akhirnya ia mengangguk kecil.
"Baik, Ma." Jawabnya singkat, sebelum berjalan menuju ruang tamu diikuti oleh Hanah.
Kinanti menyaksikan semua itu dari kejauhan. Ia merasa tidak nyaman berada di dekat Hanah yang sejak awal menunjukkan sikap dingin dan angkuh. Dengan hati-hati, ia melanjutkan langkahnya menuju dapur, berusaha tidak menarik perhatian.
Setelah sampai di dapur, Kinanti mengambil gelas dan mengisinya dengan air dingin. Ia meminumnya perlahan, mencoba menenangkan pikirannya yang sedikit kacau.
Kehadiran Hanah di rumah ini membuatnya merasa semakin canggung, terutama karena ia tahu bahwa Hanah adalah wanita yang diinginkan Marta untuk menjadi istri Julian.
Kinanti menghela napas panjang, meletakkan gelas kosong di atas meja. Ia tahu bahwa dirinya hanya seorang pengasuh, dan tidak memiliki hak untuk merasa terganggu dengan kehadiran Hanah. Namun, perasaan itu tetap ada, sulit untuk diabaikan.
Setelah beberapa saat, Kinanti memutuskan untuk kembali ke kamarnya. Ia melewati ruang tengah dengan langkah ringan, berusaha tidak menarik perhatian siapa pun. Ketika ia hampir sampai di kamarnya, ia mendengar suara tawa kecil dari ruang tamu.
Suara Hanah yang berbicara dengan manja membuatnya merasa sedikit tidak nyaman, namun ia berusaha untuk tidak memikirkannya terlalu dalam.
Setibanya di kamar, Kinanti duduk di tepi ranjang, menatap sejenak ke arah jendela. Lampu-lampu kota yang berkelap-kelip di kejauhan memberikan pemandangan yang menenangkan. Ia memejamkan matanya sejenak, mencoba mengusir pikiran yang mengganggunya.
Hari ini, Kinanti merasa lelah secara fisik dan emosional. Sejak pagi, ia sibuk mengurus Kenzo, berusaha membuat anak itu merasa nyaman dan bahagia. Kenzo yang masih sangat merindukan sosok ibunya, menemukan kenyamanan dalam kehadiran Kinanti. Hal itu membuat Kinanti merasa memiliki tanggung jawab besar untuk selalu ada bagi Kenzo.
Kinanti merebahkan dirinya di atas ranjang, menarik selimut hingga menutupi tubuhnya. Ia tahu bahwa perjalanan di rumah ini masih panjang, dan banyak tantangan yang mungkin akan dihadapinya. Namun, ia bertekad untuk memberikan yang terbaik, terutama untuk Kenzo.
*****
Di ruang tamu, Julian duduk dengan sikap yang tenang namun jelas terlihat bahwa ia merasa tidak nyaman. Hanah duduk di sebelahnya, berbicara dengan nada yang manja, mencoba menarik perhatian Julian. Marta duduk di kursi berseberangan, memperhatikan interaksi mereka dengan harapan yang jelas terlihat di matanya.
"Julian, Hanah ingin memastikan kamu makan malam dengan baik." Ujar Marta, berusaha memulai percakapan.
Hanah mengangguk sambil tersenyum manis. "Aku membawakan makanan favoritmu, Julian. Aku harap kamu menyukainya." Tambahnya dengan nada lembut.
Julian tersenyum tipis, namun tidak terlihat antusias. "Terima kasih, Hanah, tapi aku sudah makan di kantor tadi." Jawabnya singkat.
Hanah tampak sedikit kecewa, namun ia tetap berusaha menjaga senyumnya. "Tidak apa-apa, mungkin lain kali kita bisa makan bersama." Ujarnya dengan nada optimis.
Julian hanya mengangguk kecil, merasa semakin tidak nyaman. Ia tahu bahwa ibunya berusaha mendekatkannya dengan Hanah, namun ia tidak memiliki perasaan apa pun terhadap wanita itu. Bahkan, ia merasa terganggu dengan kehadiran Hanah yang terlalu sering mencoba mendekatinya.
Setelah beberapa saat, Julian berdiri dari tempat duduknya. "Maaf, Mama, aku merasa sangat lelah. Aku ingin istirahat dulu." Ujarnya sambil melirik Hanah dengan sopan.
Marta mengangguk pelan, meski terlihat sedikit kecewa. "Baiklah, Julian. Istirahatlah yang cukup. Hanah, terima kasih sudah datang." Ujarnya kepada Hanah.
Hanah berdiri dengan enggan, memberikan senyum terakhir kepada Julian. "Selamat malam, Julian. Semoga mimpi indah." Ujarnya sebelum akhirnya meninggalkan rumah.
Setelah Hanah pergi, Marta mendekati Julian. "Julian, Mama hanya ingin kamu bahagia. Hanah adalah wanita yang baik, dia bisa menjadi ibu yang baik untuk Kenzo." Ujar Marta dengan nada penuh harapan.
Julian menatap ibunya dengan lembut. "Mama, aku tahu Mama ingin yang terbaik untukku dan Kenzo. Tapi, aku yang harus menjalani hidupku. Aku butuh waktu untuk menemukan seseorang yang benar-benar aku cintai." Ujarnya dengan tegas namun lembut.
Marta hanya bisa menghela napas, menyadari bahwa putranya memiliki keinginan yang kuat. Ia tidak ingin memaksakan kehendaknya, namun ia juga berharap Julian bisa segera menemukan kebahagiaan.
Julian kemudian menuju kamarnya, berharap esok hari akan lebih baik. Ia tahu bahwa perjalanan hidupnya masih panjang, dan banyak hal yang harus ia hadapi, terutama untuk kebahagiaan Kenzo.