Hari pernikahan adalah hari bahagia, dimana di satukan nya dua hati dalam satu ikatan suci. Tapi sepertinya, hal itu tidak berlaku untuk Keyra.
Tepat di hari pernikahannya, ia justru mengetahui pengkhianatan calon suaminya selama ini dan hal itu berhasil membuat hati Keyra hancur. Dia menyesal karena tidak mendengarkan keluarganya dan memilih percaya pada calon suaminya.
Tapi, nasi sudah menjadi bubur dan Keyra harus menerima semua konsekuensinya.
Keyra dengan tegas membatalkan pernikahan mereka di depan tamu undangan. Tapi, ia juga berkata jika pernikahan ini tetap akan di gelar dengan mengganti mempelai pria. Dia menarik seorang pria dan memaksanya menikah dengannya tanpa tahu, siapa pria itu.
Bagaimana kehidupan Keyra selanjutnya? Akankah pernikahan Keyra berakhir bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mutzaquarius, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
Setelah kepergian Amelia, Keyra mencoba mengusir rasa bosannya. Ia memberanikan diri keluar dari kamar untuk mencari udara segar, meski tubuhnya masih lemah. Namun, baru beberapa langkah, ponselnya berdering. Nama Siska, HRD di perusahaan MA Group tertera di layar, membuat alisnya sedikit terangkat.
Karena penasaran, Keyra mengangkat telepon tersebut. "Halo, selamat siang Bu," sapanya dengan nada formal.
"Selamat siang, Keyra. Ini aku, Siska. Aku ingin menginformasikan bahwa surat pengunduran dirimu telah disetujui oleh Pak Frans. Kau diperbolehkan untuk membereskan meja kerjamu kapan saja," kata Siska di ujung telepon dengan nada ramah.
Mendengar kabar itu, mata Keyra langsung berbinar. "Benarkah? Terima kasih atas informasinya, Bu. Saya pasti akan segera membereskan barang-barangku." Keyra mematikan sambungan telepon tersebut. Ia tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya karena ia terbebas dari perusahaan itu—dan yang lebih penting adalah ia terbebas dari bayang-bayang Frans, mantan kekasihnya. Dia merasa seolah-olah sebuah beban berat telah terangkat dari pundaknya.
Dengan perasaan lega, ia kembali ke kamar untuk beristirahat sejenak sebelum merencanakan kapan ia akan membereskan mejanya. Dalam hati, Keyra bersyukur karena perlahan semua masalah di hidupnya mulai menemukan jalan keluar.
Kabar persetujuan pengunduran diri Keyra, juga telah sampai ke telinga Alexio. Pria itu duduk di kursi kerjanya, menatap layar laptop di hadapannya dengan senyum tipis di wajahnya yang tetap dingin. Dengan gerakan tenang namun tegas, ia memencet interkom dan memerintahkan asistennya, Tony, untuk segera datang ke ruangannya.
"Beritahu Tuan Marco dari perusahaan MA Group, bahwa aku setuju untuk melanjutkan kerja sama ini. Tapi pastikan dia tahu alasannya," ujar Alexio dengan nada rendah yang penuh penekanan.
Tony mengangguk patuh dan segera melaksanakan perintah itu. Dia menghubungi tuan Marco langsung dan menyampaikan apa yang Alexio perintahkan padanya.
Tentu kabar itu membuat Marco merasa lega sekaligus senang. Kerja sama yang hampir kandas kini kembali berjalan, dan itu berarti menyelamatkan reputasi perusahaan MA Group.
Marco langsung memanggil Frans ke ruangannya. Ketika Frans tiba, Marco menyambutnya dengan wajah penuh antusias. "Frans, aku harus mengucapkan terima kasih. Kau berhasil menyelesaikan masalah ini dengan baik! Tuan Wiratama akhirnya mau melanjutkan kerja sama dengan kita. Aku senang sekali."
Alih-alih ikut merasa senang, Frans justru terdiam. Kata-kata Marco menggema di benaknya, menghubungkan semuanya dengan clue yang diberikan oleh Tuan Wiratama beberapa waktu lalu, karena kabar baik itu datang tepat setelah ia menyetujui surat pengunduran diri Keyra.
Pikiran Frans mulai menghubungkan fakta yang ada. Jika keputusan Tuan Wiratama untuk melanjutkan kerja sama datang setelah Keyra keluar, maka clue yang diberikan Tuan Wiratama benar-benar tentang Keyra.
Wajah Frans memucat, menyadari kenyataan pahit bahwa dirinya telah terjebak dalam permainan yang rumit. Tidak hanya kehilangan Keyra, ia juga harus menerima kenyataan bahwa wanita itu adalah alasan di balik keberlanjutan kerja sama penting perusahaan. "Jadi, ini semua memang tentang dia..." gumam Frans pelan. "Lalu, siapa sebenarnya suami Keyra?"
...****************...
Waktu terus berjalan, tidak terasa hari sudah malam. Alexio memutuskan untuk pulang lebih awal karena ia ingin melihat keadaan Keyra.
Malam itu, suasana apartemen terasa tenang saat Alexio membuka pintu dengan langkah santai. Sesampainya di kamar, pandangannya langsung tertuju pada Keyra yang duduk di sofa dengan laptop di pangkuannya. Wajah wanita itu tampak serius, jari-jarinya lincah mengetik sesuatu. Alexio memperhatikan sejenak sebelum akhirnya berjalan mendekat.
"Apa yang kau lakukan?" tanyanya dengan nada datar, namun penuh rasa ingin tahu.
Keyra mendongak sebentar, kemudian kembali fokus pada layar laptopnya. "Aku sedang menyiapkan surat lamaran kerja. Pengunduran diriku di MA Group sudah diterima, jadi aku harus segera mencari pekerjaan baru."
Alexio mengerutkan alisnya, menatap Keyra yang tampak tidak mempedulikan kehadirannya. Ia tahu betul sifat keras kepala istrinya itu, tetapi tidak suka melihat Keyra terlalu memaksakan diri.
"Kau seharusnya istirahat, Key. Pekerjaan bisa menunggu," ujar Alexio dengan nada tegas namun lembut.
"Tidak bisa, Lex," jawab Keyra tanpa mengalihkan pandangan dari layar laptop. "Aku tidak ingin berlama-lama menganggur. Aku mudah bosan jika berdiam diri terus menerus."
Alexio mendesah pelan, menyadari bahwa percuma berdebat dengan Keyra saat wanita itu sudah memutuskan sesuatu. Akhirnya, ia duduk di sampingnya dan berkata, "Kau tidak perlu terburu-buru mencari pekerjaan di luar sana."
Keyra menghentikan aktivitasnya dan menatap Alexio dengan bingung. "Maksudmu?"
Dengan tatapan tenang namun penuh keyakinan, Alexio menjawab, "Aku sudah menyiapkan posisi yang sesuai untukmu di perusahaan ku. Kau bisa mulai kapan saja. Tidak perlu repot-repot mengirim lamaran."
Keyra tercengang mendengar kata-kata suaminya. Ia menatap Alexio dengan ekspresi tak percaya. "Kau serius? Tapi, aku tidak mau dianggap masuk lewat jalur orang dalam."
Alexio tersenyum tipis. "Aku sudah mengatur semuanya. Tidak ada yang akan tahu kalau kau istriku. Semua akan berjalan profesional, seperti karyawan lainnya. Jadi, berhentilah memaksakan diri malam ini. Laptop itu," Alexio menunjuk laptop Keyra, "tutup sekarang juga."
Meskipun masih ragu, Keyra bisa merasakan ketulusan di balik sikap dingin Alexio. Akhirnya, dengan enggan, ia menutup laptopnya. "Baiklah. Tapi, ini hanya sementara. Aku tidak mau selamanya bergantung padamu."
Alexio hanya mengangguk, diam-diam merasa lega karena Keyra akhirnya mau mendengarkan.
...****************...
Keesokan paginya, Alexio memutuskan untuk mengantar Keyra ke perusahaan MA Group. Dan tepat di depan perusahaan tersebut, Alexio menghentikan mobilnya.
"Kenapa kau berhenti di sini? Bagaimana jika ada yang melihat?" gerutu Keyra.
"Kenapa memangnya?"
Keyra berdecak pelan, melihat kesana kemari, sebelum turun dari mobil. Tapi saat ia hendak membuka pintu, Alexio menarik lengannya lembut, membuat wanita itu menoleh dengan bingung.
"Ada apa lagi?" tanyanya dengan nada datar, meskipun wajahnya sedikit kesal.
Tanpa menjawab, Alexio mendekat dan tiba-tiba mencium bibir Keyra dengan lembut. Keyra tersentak, tidak sempat menghindar, dan detik berikutnya ia merasakan bibir Alexio berpindah ke lehernya, memberikan tanda yang jelas.
"Alexio! Apa yang kau lakukan?" Keyra memprotes sambil mendorong dadanya, tetapi pria itu hanya tersenyum tipis dengan tatapan penuh arti.
"Tidak ada," ucapnya santai.
Keyra mendengus kesal, mengusap lehernya tanpa menyadari bekas yang ditinggalkan Alexio. "Kau benar-benar menyebalkan!"
"Pergilah, aku tunggu di sini," ujar Alexio sambil menatapnya dengan tenang.
Lagi-lagi Keyra mendengus kesal. Ia turun dari mobil dan berjalan masuk ke dalam perusahaan.
Keyra tidak mau menundanya, ia segera menuju mejanya untuk membereskan barang-barangnya. Namun, saat ia sedang sibuk memasukkan barang ke dalam kotak, tiba-tiba Frans muncul.
"Wah, akhirnya kau datang," kata Frans dengan nada dingin. Namun, ekspresinya langsung berubah saat matanya menangkap tanda samar di leher Keyra.
Frans mengerutkan alis, raut wajahnya dipenuhi rasa kesal dan marah. "Apa itu di lehermu, Key?"
Keyra, yang tidak menyadari apa yang Frans maksudkan, hanya mengerutkan dahi bingung. "Apa maksudmu?"
"Tanda itu!" Frans menunjuk lehernya dengan tajam. "Jangan bilang suamimu sengaja membuat itu?"
Mendengar itu, Keyra langsung teringat pada tindakan Alexio di mobil. Wajahnya memerah, antara malu dan kesal. "Itu bukan urusanmu, Jangan ikut campur," jawabnya dengan nada tegas, meskipun ia tidak bisa menyembunyikan rasa gugupnya.
Frans mengepalkan tangan, jelas terlihat dia berusaha menahan emosinya. "Kau pikir aku tidak tahu? Suamimu pasti sengaja melakukan ini untuk memprovokasi ku!"
Keyra mendesah, tidak ingin memperpanjang pembicaraan ini. "Frans, aku ke sini hanya untuk membereskan barang-barangku. Jadi, tolong jangan mempersulit ku!"
Frans terdiam, tatapan matanya menunjukkan rasa frustrasi yang mendalam. Namun, ia akhirnya melangkah mundur tanpa berkata apa-apa lagi. Tapi di dalam benaknya, ia tidak terima.
"Keyra, kita sudah bersama selama tiga tahun, tapi kau tidak mengijinkan ku menyentuh mu. Tapi sekarang, kau justru membiarkan pria asing menyentuh mu, bahkan meninggalkan bekas di leher mu. Aku tidak terima, Keyra. Kau, hanya milikku."
ᴀʟᴇx ʙᴋɴ ғʀᴀɴs ᴍɴᴅʀᴛ
ʙɪᴀʀ ᴍᴀᴍᴘᴜs ᴅʏ