"Kejamnya ibu tiri tak sekejam ibu kota" peribahasa ini tidak tepat bagi seorang Arini, karena baginya yang benar adalah "kejamnya ibu tiri tak sekejam ibu mertua" kalimat inilah yang cocok untuk menggambarkan kehidupan rumah tangga Arini, yang harus hancur akibat keegoisan mertuanya.
Tidak semua mertua itu jahat, hanya saja mungkin Arini kurang beruntung, karena mendapatkan mertua yang kurang baik.
*Note: Cerita ini tidak bermaksud menyudutkan atau menjelekan siapapun. Tidak semua ibu mertua itu jahat, dan tidak semua menantu itu baik. Harap bijak menanggapi ataupun mengomentari cerita ini ya guys☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mom's chaby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TUJUH
Dua hari kemudian.
Arini dan Alfian datang ke rumah bu Ratih untuk berpamitan. Mereka membawa baju dan barang lainnya dari sana. "Jadi kalian benar-benar akan tinggal di rumah bu Dasima?." Tanya pak Hardiman.
Sedangkan bu Ratih tidak mengatakan apapun pada mereka.
"Tidak pak. Kami akan tinggal di kontrakan." Jawab Alfian.
"Kontrakan?. Maksud kamu?." Tanya pak Hardiman.
"Iya pak, kami akan tinggal di kontrakan di daerah xxxxxx." Jawab Alfian.
Alfian dan Arini meminta maaf, lalu pamit pada semua penghuni rumah, juga pada saudara Alfian yang tinggal tidak jauh dari rumah bu Ratih.
Sebelum keluar dari rumah itu, bu Ratih berkata:" Kalau tahu kamu menikahi istri kayak gini, ibu gak akan pernah restui kamu Alfian." Ucapnya pelan tapi begitu menusuk di telinga Arini sampai melukai hatinya.
Alfian dan semua yang mendengarnya, sontak menoleh ke arah bu Ratih, termasuk pak Hardiman yang tak menyangka istrinya akan berkata seperti itu.
Alfian lalu menatap wajah Arini yang sudah berkaca-kaca. Dia ingin bertanya apa maksud ibunya berkata seperti itu. Tapi ucapan bu Ratih selanjutnya menghentikan niatnya itu.
"Gara-gara Arini, kamu berani menentang ibu sama bapak kamu." Imbuh bu Ratih, membuat Arini semakin sakit dan tak enak hati mendengarnya, karena dia pikir apa yang dikatakan mertuanya itu benar. Dia menyebabkan Alfian bertengkar dengan orang tuanya.
Melihat wajah Arini yang sudah basah dengan air mata, Alfian langsung membawanya keluar dari rumah itu, takut kalau-kalau ibunya mengatakan hal-hal yang akan semakin menyakiti hati istrinya.
Alfian dan Arini sengaja memilih tinggal di kontrakan karena mereka pikir ini adalah pilihan terbaik. Mereka tidak tidak tinggal dirumah orang tua Alfian ataupun orangtua Arini, jadi mungkin kedua belah pihak tidak merasa Alfian dan Arini pilih kasih, itulah yang dipikirkan mereka.
Satu bulan kemudian.
Kehidupan rumah tangga Arini dan Alfian terasa jauh lebih baik dan lebih bahagia, setelah mereka tinggal terpisah dari orang tuanya. Setiap hari Alfian bisa melihat wajah cantik istrinya yang selalu menyambutnya dengan senyum manis dan hangat saat dia pulang kerja. Walau konsekuensi yang harus mereka tanggung adalah hubungan mereka dengan bu Ratih yang menjadi kurang baik.
Pak Hardiman sendiri sepertinya sudah menerima keputusan anak dan menantunya, tapi tidak dengan bu Ratih. Buktinya pak Hardiman sudah dua kali berkunjung ke rumah kontrakan Alfian, sedangkan bu Ratih belum pernah sama sekali. Tak apa, mungkin nanti, seiring berjalannya waktu, bu Ratih pun akan menerima keadaan ini.
Arini kini bekerja di sebuah konveksi rumahan yang tidak jauh dari kontrakan. Setiap pagi dia masuk jam delapan dan pulang jam lima sore, jadi dia masih punya waktu menyiapkan makanan untuk Alfian, yang sekarang selalu pulang setelah maghrib.
Minggu dan bulan berganti begitu cepat, seiring berjalanya waktu, bu Ratih pun sepertinya sudah bisa menerima keadaan. Dia sering datang ke kontrakan Arini dan terkadang sampai menginap, apalagi saat ini Arini sedang hamil, dan usia kandungannya memasuki bulan ke tujuh.
"Kapan kamu mau tujuh bulanan?." Tanya bu Ratih pada Arini.
"Insya Allah minggu depan bu." Jawab Arini.
"Kalau gitu mending nanti sekalian aja sama acara tunangan Rosa. Kebetulan pertunangannya malam minggu nantu Tujuh bulanan kamu bisa pas hari minggunya." Kata bu Ratih, dan tak ingin merusak hubungan dengan ibu mertuanya yang mulai membaik, Arini pun setuju.
...
Setelah acara tujuh bulanan itu, bu Ratih meminta Arini tinggal kembali di rumahnya, tapi Arini menolak, dengan alasan kalau saat ini dia masih harus bekerja.
"Kamu tinggal berhenti aja, lagi pula kamu sebentar lagi melahirkan, jadi jangan terlalu capek. Ibu yakin suami kamu juga pasti gak keberatan." Kata Bu Ratih.
Ucapan bu Ratih kali ini memang benar. Tapi tetap saja Arini tidak mau kalau harus tinggal lagi di rumah itu, apalagi nanti setelah melahirkan. Untungnya Arini mempunyai alasan kuat menolak keinginan mertuanya itu.
Dia ingat kalau bu Ratih tidak bisa mengurus bayi atau apapun yang berhubungan dengan bayi. Bahkan saat dirinya melahirkan, yang mengurus bayi-bayinya adalah bu Ani yang tak lain adalah kakak iparnya sendiri. Bu Ratih hanya menyusui saja, sedangkan yang lainya seperti memandikan, mengganti popok bahkan mencuci pakaian bayi dilakukan oleh bu Ani.
Bukan tidak bisa, lebih tepatnya bu Ratih katanya merasa takut melakukanya. Dan kebetulan saat ini bu Ani sudah sangat sepuh, jangankan mengurus bayi, untuk berjalan saja beliau harus di tuntun.
"Kalau saya tinggal disini, saya takut merepotkan ibu." Kata Arini beralasan.
"Kita tinggal bayar orang aja buat bantu-bantu kamu merawat bayi. Kalau kamu tinggal disini, kamu gak harus bayar kontrakan, dan uangnya bisa kamu pakai uang buat bayar orang bantu-bantu nanti." Balas bu Ratih.
Duuh gimana ini?.
"Gak bisa bu. Kami udah bayar lunas buat satu tahun. Jadi kalau kami ninggalin kontrakan sayang banget uangnya." Timpal Alfian yang tiba-tiba datang, membuat Arini senang, karena merasa suaminya itu datang sebagai penyelamatnya.
"Kenapa juga harus dibayar lunas, kalau ada apa-apa gimana?." Kata bu Ratih.
"Emang peraturan dari yang punya kontrakannya seperti itu bu." Jawab Dani terpaksa berbohong, karena mereka membayar kontrakan itu tiap satu bulan sekali.
.
.
.BERSAMBUNG...🌻
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Jangan lupa like, komen dan vote nya ya, biar makin semangat nulisnya😁🥰
follow me ya thx all