Rindunya adalah hal terlarang. Bagaikan sebuah bom waktu yang perlahan akan meledak di hadapannya. Dia sadar akan kesalahan ini. Namun, dia sudah terlanjur masuk ke dalam cinta yang berada di atas kebohongan dan mimpi yang semu. Hanya sebuah harapan rapuh yang sedang dia perjuangkan.
Ketika hubungan terjalin di atas permintaan keluarga, dan berakhir dengan keduanya bertemu orang lain yang perlahan menggoyahkan keyakinan hatinya.
Antara Benji dan Nirmala yang perlahan masuk ke dalam hubungan sepasang kekasih ini dan menggoyahkan komitmen atas nama cinta itu yang kini mulai meragu, benarkah yang mereka rasakan adalah cinta?
"Tidak ada hal indah yang selamanya di dunia ini. Pelangi dan senja tetap pergi tanpa menjanjikan akan kembali esok hari"
Kesalahan yang dia buat, sejak hari dia bersedia untuk bersamanya. Ini bukan tentang kisah romantis, hanya tentang hati yang terpenjara atas cinta semu.
Antara cinta dan logika yang harus dipertimbangkan. Entah mana yang akan menang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebuah Pesan Yang Janggal
Laura turun dari mobilnya, berjalan dengan setegah berlari memasuki Lobby Apartemen. Laura ingin mencari keberadaan seseorang yang tidak dapat dia hubungi saat ini. Hingga, ketika dia sudah sampai di depan Apartemen yang biasa ditempati oleh Benji. Menekan bell beberapa kali, namun tidak ada yang membukakan pintu untuknya. Hampir setengah jam, Laura menunggu di depan Apartemen itu. Namun, tetap tidak ada yang membukakan pintu untuknya.
Dan akhirnya Laura menyerah juga, dia peri dari sana. "Mungkin dia benar-benar pergi meninggalkan aku. Selama ini dia yang terlalu baik sama aku, namun tidak mendapatkan kepastian apapun"
Saat pintu lift terbuka, Laura mendongak dan melihat seorang pria yang masuk ke dalam lift dari lantai berbeda di Gedung Apartemen ini. Laura sedikit menyiptkan matanya, dia merasa tidak asing dengan wajah pria itu.
"Loh, Laura ya?"
Alih-alih Laura yang menyapa duluan karena merasa tidak asing dengan wajah pria itu. Tapi malah dia yang menyapa Laura duluan sekarang. Laura menoleh dan menatapnya dengan bingung.
"Ah, kamu pasti tidak kenal aku. Tapi aku tahu kamu dari Nirma, dulu dia sering menceritakan tentang kamu saat kami kuliah"
Laura bisa ingat sekarang, siapa pria itu. Dia adalah Willy, pria yang pernah menjadi kekasih Nirmala. Meski saat itu mereka berada di Negara yang berbeda, namun Nirmala dan Laura selalu saling mengabari, bahkan ketika Nirmala mempunyai kekasih pun, dia langsung memberitahu Laura dengan mengirimkan fotonya juga.
"Ah, iya. Aku pernah lihat foto kamu saja sih dari Nirma"
"Aku Willy, salam kenal ya" ucapnya dengan mengulurkan tangannya.
Segera Laura menerima uluran tangan itu dan menyebutkan namanya, meski tahu jika Willy sudah mengetahui namanya. Hanya saja, mereka belum berkenalan secara resmi seperti saat ini.
"Kamu tinggal disini? Atau mau apa kesini?"
"Habis mencari teman, tapi tidak ada di Apartemennya. Mungkin dia pindah atau sedang tidak ada di Apartemen"
Willy mengangguk mengerti, dia teringat akan sesuatu. Langsung mengeluarkan ponsel dari saku jaketnya.
"Oh ya Laura, aku merasa aneh dengan Nirma, kenapa dia membalas pesanku seperti ini?" tanya Willy dengan menunjukan ponselnya pada Laura.
Laura mengambil ponsel pria itu, menatap pesan yang di kirim Nirmala dengan mata menyipit dan kening berkerut. Bukan sebuah kalimat yang jelas atau apa, hanya seperti tidak sengaja tertekan saja.
"Kapan dia mengirimkan ini?"
"Kemarin malam"
Laura langsung terdiam, ini memang aneh. Dan kalaupun memang hanya tidak sengaja tertekan dan terkirim, maka Nirmala seharusnya mengirimkan ulang pesan balasan yang benar sekarang.
"Em, bisakah kamu ambil gambar layar pesan itu dan kirim padaku. Ini nomor ponsel aku" ucap Laura yang memasukan nomor ponselnya ke kontak di ponsel Willy.
"Tidak terjadi apa-apa dengan Nirmala 'kan? Aku baru menghubunginya lagi setelah kemarin bertemu di acara keluarga Tuan Austin. Dan ternyata nomor ponselnya tidak dia ganti"
"Tidak, Nirma baik-baik saja"
"Baiklah kalau begitu, sudah aku kirimkan gambar layar padamu"
"Terima kasih, kalau begitu aku duluan ya" ucap Laura ketika pintu lift sudah terbuka, dan dia segera pergi keluar dari dalam.
Laura masuk ke dalam mobilnya, menghubungi Galen dengan tidak sabar karena pria itu tidak kunjung menerima panggilannya. Sampai entah panggilan ke berapa, Galen baru menerimanya.
"Hallo, kita bertemu sekarang. Ada yang aneh dengan Nirmala"
"Temui aku di Apartemen"
"Oke"
Dan Laura melajukan mobilnya menuju Apartemen Galen. Dan disinilah dia berada sekarang, di dalam Apartemen Galen. Namun yang menjadi pusat perhatiannya adalah suasana di dalam Apartemen ini.
Johan yang membukakan pintu untuknya, dan ketika dia menanyakan tentang keberadaan Galen, pria itu hanya memberikan kode pada Laura untuk lihat sendiri di dalam. Dan Laura benar-benar tidak menyangka keadaan Galen akan separah ini.
Botol minuman dan juga gelas berada di atas meja. Keadaan Galen yang kacau, dengan kemeja yang terbuka beberapa kancing bagian atas, memperlihatkan dadanya dengan jelas. Lengan kemeja yang digulung sampai siku, rambut yang bahkan begitu berantakan. Tatapan yang penuh putus asa.
"Ya ampun Galen, kamu separah ini ternyata" ucap Laura yang duduk di sofa depan pria itu.
Galen hanya tersenyum tipis, dia juga tidak menyangka akan sehancur ini ketika tahu Nirmala pergi entah kemana.
"Jadi, apa yang akan kau bicarakan? Tenang saja, aku masih sadar dan belum mabuk. Kau tahu sendiri jika aku kuat minum"
Laura mengangguk kecil, dia membuka ponselnya dan memberikan pada Galen. Pria itu langsung mengambilnya dan melihat hasil gambar layar di ponsel Laura.
"Aku tidak sengaja bertemu dengan Willy, mantan kekasih Nirmala itu. Dia bilang jika kemarin malam dia menghubungi Nirma, dan balasan Nirma seperti itu. Menurut pikiran aku, seharusnya jika memang itu tidak sengaja terkirim, seharusnya Nirma mengirim ulang pesan balasan yang benar. Tapi ini tidak. Dan aku sudah mencoba menghubunginya, nomor ponselnya tidak aktif"
Galen melirik ke arah Johan yang duduk di sebuah mini bar di dapurnya, yang terlihat dari ruang tengah ini. "Jo, periksa kapan terakhir kali nomor ponsel Nirma aktif dan lokasinya"
"Baik"
*
Laura kembali ke Rumah, dia mendengar suara barang pecah dari kamar Daddy dan Mommy. Sudah tahu jika pasti orang tuanya sedang ada perdebatan. Namun, entah apa yang mereka perdebatkan sekarang. Mungkin juga karena masalah kemarin, diantara Laura, Galen, dan Nirmala.
"Ah, aku malas mendengar perdebatan mereka" Laura berlalu ke lantai atas untuk menuju kamarnya.
Sementara di dalam kamar, pasangan suami istri ini memang sedang bertengkar hebat. Saling berteriak sampai urat leher menonjol, tidak mau kalah satu sama lain.
"Kenapa harus sampai mengirimkan dia ke Luar Negara? Tahu jika dia tidak pernah pergi jauh dari Negaranya sendiri, maka dia tidak akan terbiasa tinggal disana" teriak Daddy.
"Bela saja terus anak angkat itu! Jika bukan karena Laura yang memaksa untuk menjadikan dia anak angkat, aku juga tidak akan. Karena aku tahu jika dia hanya akan menjadi sumber masalah di keluarga kita"
Daddy mengusap wajah kasar, dia terduduk di pinggir tempat tidur. Menatap istrinya dengan tatapan dingin. "Kesalahan yang aku perbuat, biar aku yang menanggungnya. Jangan libatkan anak-anakku!"
Daddy keluar dari kamar dengan membanting pintu. Dia sangat lelah jika sedang terus bertengkar dengan istrinya, apalagi dengan masalah yang selalu sama. Kesalahan yang dia lakukan 24 tahun yang lalu. Masih saja menjadi boomerang dalam keluarganya hingga saat ini.
Bersambung
lanjut kak tetap semangat 💪💪💪