Karena hutang ayahnya, Ervina terpaksa menikah dengan seorang CEO yang terkenal dingin, kejam dan tak tersentuh. Kabarnya sang CEO tidak bisa melupakan mantan istri pertamanya.
Narendra Bimantara, Seorang CEO yang membenci sebuah pernikahan karena pengalaman buruk di masa lalu. Namun, karena putri semata wayangnya yang selalu meminta Ibu, Naren terpaksa menikahi Ervina sebagai pelunas hutang rekan kerjanya.
Namun, Naren tak pernah berfikir menjadikan Ervina istri sungguhan, dia berfikir akan menjadikan Ervina baby sister putrinya saja.
Dan membuat perjanjian pernikahan dengan Ervina.
Ikuti kisah IPHMDK
karya Roro Halus.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Roro Halus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22. Hadiah Cinta
"Aku akan menghargai kamu sebagai istri dan Mommy anak-anakku, memenuhi hakmu, menjaga martabatmu!" lanjut Maren, "Itu yang bisa aku tawarkan, namun cinta aku tak bisa menjanjikan,"
"Maaf,Tuan, Tapi sebagai wanita aku tetap butuh cinta dalam hidupku!" jawab Ervina sambil menatap intens suaminya itu.
Istri mana yang tidak mau dicintai, bukankan perempuan sangat membutuhkan bahasa penuh cinta! pikir Ervina.
Glek!
Setelah berkata seperti itu Ervina hanya bisa menelan saliva-nya sendiri dengan berat, karena suaminya hanya diam menatap dirinya dengan intens tanpa berucap apapun.
Cukup lama!
Mereka berdua hanya bisa saling pandang.
Entah kenapa mendengar kalimat penolakan itu, hati Naren seakan tidak ingin dan tidak terima, namun dia menahan emosi hatinya mengingat pesan dokter agar Ervina tidak banyak pikiran dan istirahat membuat Naren menenggelamkan kembali ego nya.
Dan Naren menghela nafas yang panjang dan memejamkan matanya sebentar kemudian berdiri dan mendekati Ervina.
Merentangkan tangan dan tiba-tiba memeluk tubuh kecil istrinya itu dalam dekapan hangatnya, membiarkan merasakan debaran dada dan nafas masing-masing.
"Aku tidak ingin anak kita kurang kasih sayang kedua orang tuanya, seperti, Calisha!" lirih Naren, "Apa kamu tidak ingin mencoba mempertahankan pernikahan ini demi, anak kita?" ucapnya sekali lagi.
Mengingat Calisha membuat Naren sedih! Calisha sangat berarti untuk Naren.
Naren sudah sangat menurunkan egonya yang selangit itu, mungkin ini batas penurunan ego Naren paling maksimal, 'Setidaknya kamu tau Daddymu memperjuangkanmu dan Mommy mu, Nak!' batin Naren bermonolog.
"Tak ada perjanjian apapun diantara kita, aku bukan lagi Tuanmu, tapi suamimu! Aku pastikan kamu adalah satu-satunya wanitaku, tapi Cintaku sudah habis dan mati, Na, maka dari itu aku tidak berani menjanjikan cinta padamu!" lanjut Naren sambil mengusap punggung Ervina lembut.
Hanya cinta yang tak bisa Naren kasih, selain itu apapun akan dia beri untuk ibu dari anak-anaknya.
Ervina kemudian melerai pelukan itu, "Berikan aku waktu, Tuan!" ucapnya menjauh, Ervina tak ingin luluh dalam pelukan suaminya.
Walaupun pelukan itu sungguh menenangkan hatinya saat ini, mungkin karena bayi di perut Ervina menyukainya.
Naren menghela nafas panjang, "Baiklah, ambil waktumu sebanyaknya!" jawabnya sambil mengambil mangkuk itu dan menyodorkan kembali pada Ervina, "Makan, yuk, kasihan adeknya kelaparan!" lanjutnya sambil melirik perut Ervina.
Ervina hanya bisa mengangguk dan mengambil mangkuk itu.
Naren kembali duduk dan mulai menyuapkan makanannya bersamaaan dengan Ervina yang mulai menyuapkan makannya juga, mereka berdua makan dengan diam dari mangkuk masing-masing.
Kemudian Naren mengambil mangkuk itu dan membantu Ervina untuk tidur lagi, demi anaknya.
Naren benar-benar seolah sangat kecanduan untuk memegang perut Ervina yang menyalurkan rasa tersendiri ke dalam hatinya.
Tak bisa Naren jelaskan, namun dia bisa melakukan apa saja untuk merasakan ini, untuk bayinya itu.
Setelah itu, Naren kembali memegang baju Ervina untuk dia buka, "Mau apa?" tanya Ervina saat Naren belum sempat mengangkat baju itu.
"Memegang anakku!" jawab Naren datar.
"Jangan sentuh aku, Tuan!" ucap Ervina tak kalah dingin.
"Aku tidak menyentuhmu, Na ... Aku menyentuh anakku, biar gak kedinginan!" ucapnya sambil membuka baju itu dah menyelinapkan tangannya untuk terparkir di perut bawah Ervina.
"Sama aja nyentuh saya, Tuan!" ketusnya namun Naren seolah biasa saja, justru dia langsung meletakkan kepalanya di sisi perutnya.
Ervina kesal, karena sentuhan Naren juga membawa hatinya luluh dan menghangat, sekuat apapun Ervina mengokohkan banteng pertahannya namun dia membutuhkan suaminya.
Apalagi saat ini sedang mengandung, Ervina juga tidak ingin membuat anaknya kehilangan kasih sayang orang tuanya karena keegoisannya.
Hingga Naren dengan cepat kembali tertidur, sedang Ervina masih berkecamuk dengan pikirannya sendiri, kemudian menatap suaminya yang tengah tertidur.
"Apa kamu bisa dipercaya, Tuan?" lirih Ervina.
Ervina menimbang tawaran yang sangat menggiurkan dari Naren, yang tak pernah Ervina bayangkan Naren akan memintanya seperti itu, karena Naren, laki-laki egois, dominan dan kejam itu tentu bisa memiliki anak dari wanita lain yang dia inginkan.
Itu sangat mudah!
Tapi, Naren justru memilih mempertahankan anak yang hadir tanpa sengaja di perutnya itu.
Entah ini keberkahan atau cobaan, bersama dengan Naren sama dengan dia berada dalam otoritas Naren, namun lepas dari Naren Ervina harus kemana?
Sendirian dalam masa kehamilan?
Atau mencari ayahnya yang sudah menjualnya?
Rasanya jauh lebih tidak mungkin, Ervina sudah membuang Candra sebagai ayahnya saat Ayahnya telah lebih dulu menjualnya. Ervina menganggap dirinya sebagai anak yatim piatu.
"Nak, Mommy harus apa? Kamu senang dekat dengan Daddy? Atau kita berdua aja ya, Nak?' batinnya sambil mengusap perutnya.
Dengan memejamkan mata, Ervina mulai memikirkan keputusan terbaiknya hingga tanpa sadar Ervina menyusul Naren ke dalam dunia mimpi.
Dan pagi indah membangunkan mereka berdua, dengan suasana yang lebih baik!
Ervina yang terharu suaminya rela tidur duduk menunggunya dan Naren yang semalaman memegang perut Ervina! Keduanya sama-sama sedang salah suasana hati yang bagus.
"Mau ke kamar mandi?" tanya Naren datar namun tidak dingin.
Itu ekspresi terbaik yang bisa Naren berikan, karena laki-laki dominan, egois dan kejam itu bahkan melupakan cara tertawa atau tersenyum sudah sangat lama.
Bersama putrinya, Calisha, saja dia bahkan hanya bisa mempersembahkan senyum tipis.
Ervina hanya mengangguk menjawab pertanyaan Naren yang datar itu...
Dan Naren kemudian membantu memapah Ervina menuju kamar mandi, mendudukkan di closed, sedang dirinya kemudian berbalik memberikan privasi pada Ervina.
"Keluar, Tuan, saya mau buang air!" ucap Ervina.
"Tidak apa!"
Jawaban singkat, padat, dan seolah tak bisa dibantah.
Ervina kemudian melanjutkan hajatnya hingga bersih dan mencuci mukanya setelah itu, "Sudah, Tuan!"
Naren berbalik dan dengan sigap memegangi Ervina kembali.
"Saya sudah kuat berjalan sendiri, Tuan!" ucapnya risih.
"Saya bantu, tidak ada bantahan!" ucapnya.
Membuat Ervina menyeringai, 'Seperti laki-laki yang sangat mencintai istrinya saja, hingga posesif! Dasar otoriter!" batinnya tertawa.
"Calisha bagaimana, Tuan!" tanyanya.
"Dengan Bi Arum!" jawab Naren dengan singkat sambil menarik tatakan untuk meja makan Ervina.
"Saya gak mau sarapan, Tuan!" jawab Ervina.
"Harus makan!" tegas Naren sambil meletakkan nampan berisi sarapan Ervina dari Rumah sakit.
Sontak Ervina langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya, perutnya bergejolak setelah menghirup aroma nasi di depannya.
"Kamu kenapa?" tanya Naren bingung.
Ervina menggelengkan kepalanya sambil menahan mual yang luar biasa dan satu tangannya menunjuk ke arah kamar mandi mencoba untuk turun dari ranjangnya.
"Apa, Na?" tanya Naren bingung menoleh ke arah kamar mandi.
Dan berbalik menatap istrinya lagi, namun sesaat kemudian hadiah cinta dari sang anak menanti Naren.
Huek!
Byur!
Bersambung...
syukurin🤣🤣🤣
Aduh gak kebayang ekspresi Naren, apa masih bisa dingin dan datar🤣🏃♀️🏃♀️
PUAS banget🤣
Jangan lupa follow author ya, like, komen, dan vote ❤ biar author semangat nulisnya 😍😍🥰
pasti kelakuan nya si Candra itu