Alya, seorang sekretaris dengan kepribadian "ngegas" dan penuh percaya diri, melamar pekerjaan sebagai sekretaris pribadi di "Albert & Co.", perusahaan permata terbesar di kota. Ia tak menyangka akan berhadapan dengan David Albert, CEO tampan namun dingin yang menyimpan luka masa lalu. Kehadiran Alya yang ceria dan konyol secara tak terduga mencairkan hati David, yang akhirnya jatuh cinta pada sekretarisnya yang unik dan penuh semangat. Kisah mereka berlanjut dari kantor hingga ke pelaminan, diwarnai oleh momen-momen lucu, romantis, dan dramatis, termasuk masa kehamilan Alya yang penuh kejutan.
[REVISI]
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zaraaa_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34. Pertemuan Keluarga
Malam Hari di Rumah Ibu David
"Jadi, bagaimana persiapan pernikahannya?" tanya Ibu David sambil menuang teh ke cangkir Alya.
David menyengir. "Masih dalam proses, Bu. Kami baru memutuskan tema, tapi undangan belum semua terkirim."
"Ah, aku ingat saat menikah dengan ayahmu," kata Ibu David. "Semua terasa begitu cepat, tapi penuh kebahagiaan. Kau yakin sudah mengirim undangan ke kerabat jauh, David?"
David mengangguk. "Tentu, Bu. Aku sudah menghubungi mereka melalui pesan juga."
Alya tersenyum, memperhatikan David yang tampak cekatan menjawab semua pertanyaan ibunya. "Kami juga sedang memilih katering, Bu. Masih bingung soal menu."
"Kalau soal makanan, jangan ragu konsultasi denganku," jawab Ibu David sambil tersenyum lebar. "Kau tahu, keluarga kita penyuka makanan tradisional. Jangan lupa tambahkan menu ayam rica-rica."
Alya tertawa kecil. "Terima kasih masukannya, Bu. Saya juga ingin memastikan semua tamu merasa nyaman."
---
Keesokan Harinya di Restoran Favorit Keluarga Alya
"Kalian mau pesan apa?" tanya pelayan sambil berdiri di samping meja. Alya memesan sop buntut favorit keluarganya, sementara David memilih nasi goreng kampung.
Setelah pelayan pergi, Ayah Alya menatap David serius. "David, aku hanya ingin tahu satu hal. Apakah kau yakin bisa membahagiakan Alya?"
David menegakkan punggungnya. "Tentu, Pak. Saya mencintai Alya dan berjanji akan selalu berusaha membahagiakannya."
Ibu Alya tersenyum. "Kami sudah lama melihat betapa bahagianya Alya saat bersamamu. Kami percaya padamu, David."
Alya merasa lega mendengar dukungan dari orang tuanya. "Terima kasih, Ayah, Ibu. Restu kalian sangat berarti bagi kami."
"Jadi, kapan tepatnya pernikahan ini?" tanya adik Alya yang duduk di sebelahnya.
"Sebulan lagi," jawab David sambil tersenyum. "Kami sedang memastikan semua berjalan lancar."
"Kalau butuh bantuan, jangan sungkan-sungkan, ya," kata Ibu Alya. "Keluarga besar kita pasti akan mendukung."
---
Malam Itu di Rumah Alya
Setelah makan malam bersama keluarga, Alya dan David duduk di ruang tamu rumah Alya. Mereka membahas detail pernikahan yang masih perlu diselesaikan.
"Alya, bagaimana dengan lagu untuk saat kita masuk ke aula?" tanya David.
Alya berpikir sejenak. "Aku ingin sesuatu yang klasik, tapi tetap bermakna. Mungkin 'Canon in D'?"
David mengangguk setuju. "Bagus, itu akan membuat suasana menjadi sangat sakral."
Mereka terus membahas detail kecil lainnya, seperti dekorasi meja tamu dan susunan acara. Tiba-tiba, ponsel Alya berdering. Itu sahabatnya, Rani.
"Alya! Aku baru lihat undangan pernikahanmu. Desainnya cantik sekali!" seru Rani dari telepon.
"Terima kasih, Ran. Aku senang kau menyukainya," jawab Alya dengan senyum di wajahnya.
"Kalau butuh bantuan apa pun, kau tahu aku selalu siap, kan?" kata Rani dengan semangat.
"Pastinya, Ran. Aku akan kabari kalau ada yang perlu," jawab Alya sebelum menutup telepon.
David tersenyum melihat Alya berbincang dengan sahabatnya. "Kau punya orang-orang yang sangat peduli padamu, Alya."
Alya menatap David dengan penuh kasih. "Dan sekarang aku juga punya kamu."
---
Hari Berikutnya di Toko Kue
"Kita mau memilih kue seperti apa?" tanya Alya sambil memegang katalog yang diberikan oleh pemilik toko kue.
David memandangi foto-foto kue yang dipajang. "Bagaimana dengan yang tiga tingkat, dengan desain sederhana tapi elegan?"
Pemilik toko mengangguk. "Kami bisa menambahkan hiasan bunga segar di tiap tingkatnya. Mau mencoba beberapa rasa dulu?"
"Tentu," kata Alya dengan antusias. "Aku ingin mencicipi cokelat dan stroberi."
David mengangguk setuju. "Dan mungkin tambahkan satu rasa vanila."
Setelah mencicipi, mereka akhirnya memilih kombinasi cokelat dan stroberi untuk kue utama, dengan cupcake kecil beraneka rasa untuk para tamu.
"Kue ini sempurna," kata Alya sambil menggenggam tangan David. "Aku tidak sabar melihatnya di hari pernikahan kita."
David tersenyum. "Aku juga tidak sabar melihatmu berjalan di altar."
---
Sore Hari di Studio Foto
"Jadi, konsep prewedding kalian seperti apa?" tanya fotografer sambil menyiapkan kamera.
David menatap Alya. "Kami ingin sesuatu yang sederhana, tapi menonjolkan kepribadian kami. Mungkin tema alam?"
Fotografer mengangguk. "Bagus. Kita bisa mengambil foto di taman bunga atau di tepi danau."
Alya tersenyum lebar. "Aku suka ide itu. Warna-warna alami akan membuat hasil fotonya terlihat indah."
Pemotretan berlangsung dengan penuh tawa dan kebahagiaan. Mereka berpose di bawah pohon rindang, berjalan-jalan di antara bunga, dan duduk berdua di tepi danau sambil tertawa.
"Kalian pasangan yang sangat serasi," kata fotografer sambil tersenyum. "Aku yakin pernikahan kalian akan luar biasa."
---
Malam Hari di Rumah David
Setelah semua persiapan hari itu, David dan Alya duduk berdua di ruang tamu rumah David. Mereka berbicara tentang segala hal yang telah mereka capai sejauh ini.
"Alya, aku tahu ini belum sempurna," kata David. "Tapi aku yakin pernikahan kita akan menjadi hari yang paling indah."
Alya menggenggam tangan David. "Yang penting kita bersama, David. Semua ini adalah awal dari perjalanan panjang kita."
David tersenyum dan memeluk Alya erat. "Aku mencintaimu, Alya."
"Aku juga mencintaimu," jawab Alya dengan penuh keyakinan.
Mereka duduk berdua, menikmati kebersamaan mereka, sambil menatap ke masa depan yang penuh harapan.