Kisah cinta seorang pria bernama Tama yang baru saja pindah sekolah dari Jakarta ke Bandung.
Di sekolah baru, Tama tidak sengaja jatuh cinta dengan perempuan cantik bernama Husna yang merupakan teman sekelasnya.
Husna sebenarnya sudah memiliki kekasih yaitu Frian seorang guru olahraga muda dan merupakan anak kepala yayasan di sekolah tersebut.
Sebenarnya Husna tak pernah mencintai Frian, karena sebuah perjanjian Husna harus menerima Frian sebagai kekasihnya.
Husna sempat membuka hatinya kepada Frian karena merasa tak ada pilihan lain, tapi perlahan niatnya itu memudar setelah mengenal Tama lebih dekat lagi dan hubungan mereka bertiga menjadi konflik yang sangat panjang.
Agar tidak penasaran, yuk mari ikuti kisahnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tresna Agung Gumelar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
Tama pun berjalan menuju jalan raya dan berdiri di trotoar jalan, setelah beberapa saat mobil sedan merah berhenti tepat di depannya. Kaca mobil depan pun terbuka secara perlahan.
"Eh anak ganteng mama. Ayo masuk sayang!" Saut perempuan paruh baya di dalam mobil itu yang tidak lain adalah mamanya Tama.
"Hmmm." Tama hanya menjawab dengan menghela nafas sambil merapatkan mulutnya kemudian dia masuk ke dalam mobil dan duduk di samping mamanya.
Perlahan mobil pun berjalan.
"Kamu bawa apa sayang?" Tanya mama sambil melirik ke arah Tote bag yang Tama simpan di atas pahanya.
"Oh ini lukisan Mah."
"Lukisan?" Mama sedikit heran kenapa anaknya membawa lukisan.
"Aku tadi nggak sengaja pecahin lukisan temenku. Jadi aku bawa pulang deh aku berniat mau mengganti piguranya." Tama coba menjelaskan.
"Kamu ini ya, baru saja sehari udah merusak barang orang." Mama sedikit menggelengkan kepala.
"Kan nggak sengaja Mah. Nanti mampir dulu ya Mah ke toko yang jual pigura kaya gini, soalnya besok aku harus balikin lukisan ini sama pemiliknya."
"Dasar. Yaudah sekarang kita sekalian cari. Tapi gimana kira-kira kamu bakal betah nggak sekolah di situ?"
"Ya betah aja sih kayanya. Malah di sini enak nggak usah pake AC juga adem ruangannya nggak kaya di Jakarta kalau nggak ada AC lembab nya minta ampun."
"Ah kamu, tapi kan kamu di sini cuma setahun sayang, setelah lulus kamu juga pasti ke Jakarta lagi buat kuliah."
"Hmm. Bosen Mah aku di Jakarta, enakan di sini suasananya selalu bikin hati tenang. Kalaupun aku nanti kuliah di Jakarta aku seminggu sekali mau pulang ke sini ah."
"Yaudah ah terserah kamu. Yang penting kamu sekolah yang bener, kamu kan anak mama sama papa satu-satunya."
"Iya tenang aja Mah."
Sementara suasana di tempat lain.
"Kamu tadi Jalan sama siapa?" Tanya Frian lelaki yang membonceng Husna saat pulang sekolah.
"Oh dia Tama namanya. Dia anak baru pindahan dari Jakarta. Baru hari ini dia masuk, dia juga satu kelas sama aku." Jawab Husna sembari memandang ke atas langit terbayang-bayang wajah Tama saat mereka bertabrakan tadi di kelas.
"Ko bisa pulang bareng gitu kamu?" Frian bertanya dengan nada sedikit curiga.
Suasana menjadi sunyi saat Frian bertanya hanya terdengar suara knalpot motor, karena Husna kini sedang melamun sambil tersenyum tipis.
"Hey. Malah bengong aku nanya juga." Frian menepuk dengkul Husna dengan tangan kirinya.
"Eh iya iya. Maaf kak, tadi kakak nanya apa?" Husna sedikit kaget dan sedikit salah tingkah.
"Kamu ini ya, tadi aku nanya kenapa kamu bisa pulang bareng sama dia?" Frian bertanya dengan Nada sedikit kencang.
"Oh, tadi Tama nggak sengaja jatuhin lukisan aku sampe kaca piguranya pecah. Terus dia mau ganti katanya. Jadi deh tadi pulang bareng sampe gerbang soalnya aku sama dia jadi terakhir pulangnya." Husna menjelaskan apa adanya kepada Frian.
"Hebat juga itu anak baru. Berani-beraninya mecahin barang kamu." Frian sedikit marah sambil menggesek-gesekkan giginya.
"Eh dia nggak sengaja Kak, lagian dia mau ganti kok. Udah ah ya nggak usah di bahas. Lagian lukisan itu di kumpulin nya lusa ko jadi masih ada waktu." Husna coba menenangkan Frian sambil mengusap pundaknya.
"Hmm yaudah kalau gitu. Tapi kalau anak baru itu berani macem-macem sama kamu, bilang langsung ya sama aku. Biasanya kan anak Jakarta suka rada tengil gayanya."
"Apa sih Kak ah, udah ya tenang aja semua akan baik-baik aja kok." Husna kembali menenangkan kekasihnya itu.
Di tengah Frian yang sebenarnya sedang kesal dan sedikit cemburu di sepanjang perjalanan mengantar Husna pulang, Husna malah asyik sendiri melamun sambil terbayang terus wajah Tama di benaknya.
"Kok aku jadi kepikiran Tama terus ya? Ah apa sih aku ini harusnya aku kan kesal sama dia karena sudah merusak lukisanku. Ko aku malah inget dia terus hmm." Gumam Husna dalam hatinya sambil memukul-mukul pelan kepalanya karena terbayang-bayang terus wajah Tama.
Di tempat lain, Tama dan mamanya kini berada di tempat Fotocopy. Karena dari dalam mobil Tama melihat banyak sekali figura yang di pajang di kios fotocopy tersebut jadi mereka menghampiri kios itu.
Tama menyuruh orang fotocopy untuk mengganti figura di lukisan itu. Sementara mamanya menatap serius lukisan itu setelah di keluarkan dari tote bag.
"Gambar apa sih itu? Imam Bonjol ya?" Mama bertanya sambil memicingkan matanya ke arah lukisan.
"Haha mama gimana sih. Ini bukan gambar Imam Bonjol Mah tapi Teuku Umar. Ah mama kayanya nilai sejarahnya jelek nih waktu sekolah." Tama sedikit mentertawakan mamanya yang salah menebak.
"Hmm. Mama kan lupa ah. Tapi bagus loh lukisannya. Ini bener temen kamu yang buat?" Mama kembali melihat lukisan itu dengan teliti di campur perasaan sedikit tak percaya bahwa temannya Tama yang membuatnya.
"Iya Mah benar. Husna namanya yang buat lukisan ini. Aku juga nggak nyangka sih sebelumnya."
"Oh perempuan yang punya lukisan ini. Kasihan pasti dia sedih udah kamu rusak lukisannya." Mama sedikit mengusap-usap lukisan itu.
"Ya mau gimana lagi orang aku nggak sengaja. Tadi powerbank aku ketinggalan jadi aku balik lagi ke kelas sambil lari. Aku kira kan udah nggak ada orang di kelas, eh pas sampai pintu kelas, tiba-tiba ada dia sambil pegang lukisan. Jadi deh jatuh."
"Dasar ya kamu ini nggak pernah hati-hati suka teledor gitu. Besok sambil kasih lukisannya kamu harus minta maaf lagi ya sama dia. Untung saja lukisannya nggak rusak cuma figuranya saja."
"Iya Mah, besok aku minta maaf lagi deh sama dia."