Apa hal tergila yang terjadi di hidup Jessica kecuali saat suaminya berselingkuh selama tiga tahun dengan istri Noel, sahabatnya sendiri. Sementara itu di saat dia menyandang status janda cantik berkarir cemerlang, ada beberapa kandidat yang bersedia menggantikan posisi mantan suaminya:
1. Liam, sahabat sekaligus pernah menjadi pacarnya saat kuliah selama dua tahun. Greenflag parah! Jessica belum ngomong aja dia udah paham saking pekanya!
2. Noel, sahabat yang jadi korban sama seperti Jessica. Istrinya diembat suami Jessica loh!! plusnya dia punya anak cantik dan menggemaskan bernama Olivia. Jessica ngefans berat sama nih bocil~♡
3. Ferro, pengusaha kaya raya, tajir melintir, suka sama Jessica dari pandangan pertama. Rela apa aja demi membuat senang Jessica, tentunya dengan uang, uang dan uaaaang ^^
4. Delon, cinta pertama Jessica di saat SMP. Dulu Jessica saat masih aura gerhana diputusin saat lagi bucin-bucinnya. Sekarang tuh cowok balik lagi setelah Jessica punya aura subuh!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon agen neptunus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18: Saingan Cinta
Pagi ini Liam tidak bersemangat seperti hari sebelumnya. Semua karena tidak ada kabar dari Jessica. Dengan kopi di tangan, Liam masuk ke gedung firma dengan langkah lesu.
“Permisi,” panggil seseorang di belakang Liam.
Liam berhenti dan menoleh. Ia melihat seorang lelaki memakai tshirt putih dilapisi outer berwarna biru langit. Wajahnya seperti orang yang sedang kebingungan.
“Ya?” tanya Liam dengan kening berkerut.
“Anda temannya Jessica, kan?”
Liam mengangguk. “Anda siapa?”
“Saya Delon, temannya Jessica juga. Salam kenal,” kata Delon mengulurkan tangan.
“Ah, saya kenal kamu,” jawab Liam membalas jabatan tangan Delon. Sekarang dia tidak merasa penasaran lagi seperti apa wujud lelaki yang sempat berkencan dengan Jessica itu.
“Saya sering lihat foto kamu ada di media sosialnya Jessica,” aku Delon menceritakan bagaimana dia bisa tahu dengan Liam.
“Iya. Ngomong-ngomong ada perlu apa?”
“Jessica … dia tidak ada kabar. Makanya saya kesini mau tanya apakah saya ada salah dengannya sehingga dia mengabaikan saya seperti ini,” cemas Delon.
Well, ternyata bukan hanya Liam saja yang merasa diabaikan oleh janda cantik bertalenta merebut hati setiap lelaki itu. Sekarang ada korban baru yaitu Delon.
“Hm … mungkin dia sengaja melakukan itu,” kata Liam. “Bukan berarti karena kamu ada salah. Jessica sekarang sedang cuti, jadi kamu tidak mungkin bisa bertemu dengannya.”
“Cuti? Kok mendadak?”
“Dia kan gak harus selalu ngasih tau semua rencananya ke orang lain,” sindir Liam dengan tenang.
Delon hanya tersenyum masam. Dia sendiri tak sengaja melontarkan kalimat itu karena memang dia bingung.
“Kalau boleh tau—”
“Nggak!” potong Liam masih dengan senyum yang menyebalkan.
“Tapi, saya belum ngomong apa-apa.” Delon berusaha sabar.
“Kamu mau tahu kemana Jessica pergi kan?”
Delon mengangguk.
“Tidak ada yang tahu kemana Jessica pergi. Makanya saya potong ucapanmu. Maaf.”
“Hm … baiklah.” Delon memilih untuk tidak bicara apapun lagi. Sebaliknya dia langsung pamit daripada terus bicara dengan Liam.
Liam tersenyum formal ketika Delon pergi. Kemudian menarik napas panjang dan mengembuskan dengan pelan setelah Delon menghilang dari balik pintu utama lobby.
“Ternyata itu sainganku?” gumamnya lalu kembali menuju lift.
***
Seasort, pukul 09.30 pagi.
Jessica baru saja bangun dan tentu saja dia ketinggalan sarapan. Tidak apa-apa. Dia lebih butuh istirahat daripada makanan saat ini.
“Ahh!” Jessica memegang kepalanya yang mendadak nyeri ketika bangun dari tidurnya.
Separah apa dia mabuk tadi malam sampai tidak sadar kalau pagi ini disuguhkan pemandangan kamar yang berantakan. Apakah dia mengamuk atau memang tadi malam ada badai angin di dalam kamarnya.
“Damn!” gerutunya menatap seisi kamar yang seperti kapal pecah. Sepertinya dia harus mengganti rugi atas beberapa kerusakan di dalam kamar.
“Sial! Ngapain aja aku tadi malam?” tanya Jessica pada dirinya sendiri.
Ia memijat keningnya dan berusaha bangun. Pengaruh alkohol tadi malam membuat kepalanya seperti mengangkat beban berat dan besar.
Di waktu bersamaan tiba-tiba telepon kamar resort berdering di atas nakas samping tempat tidur.
Jessica meraba atas nakas dengan tangan kanannya, kemudian meraih gagang telpon dan menempelkan ke telinganya.
“Ya?” tanya Jessica dengan suara serak khas bangun tidur.
“Selamat pagi, Nona Jessica. Kami dari resepsionis.”
Jessica tersenyum samar. Dia lumayan kenal dengan pemilik suara tersebut. Yap, siapa lagi kalau bukan Fero.
“Ya, ada apa?”
“Anda sudah melewatkan sarapan pagi ini. Jadi, kami menawarkan untuk mengantar sarapan anda ke kamar,” tawar Fero dengan formal.
“Sepertinya bukan ide yang bagus,” lirih Jessica masih dengan mata tertutup.
“Hm … apa anda malu dengan kondisi kamar anda saat ini?” tanya Fero dengan nada menggoda.
Jessica tersentak kaget. “Bagaimana kamu tahu?” tanya dia dengan cepat.
Terdengar tawa kecil dari ujung telepon. “Itu sudah menjadi hal biasa dengan tamu hotel yang malamnya habis bersenang-senang. Mereka hangover lalu tak ingat kejadian apapun. Bangun tidur dengan kondisi kamar yang … ya, kurang lebih seperti kamar anda,” jelasnya panjang lebar.
Jessica ikut tertawa mendengar itu. “Kalau anda sudah terbiasa dengan kondisi kamar seperti ini, tolong antarkan saja sarapan saya,” ujarnya.
“Baik kalau begitu. Sarapan segera diantar ke kamar anda. Maaf mengganggu waktunya,” ucap Fero sopan.
Jessica hanya tersenyum lalu meletakkan gagang telepon kembali.
Perempuan itu menggeliat di atas tempat tidur. Meregangkan otot-otot badannya yang terasa kaku. Bahkan kakinya saja terasa sangat sakit sekarang. Entah apa yang dilakukannya tadi malam.
Sekuat tenaga Jessica bangkit dari rebahannya. Ia memasang sandal dan menuju meja rias. Diperiksanya kondisi wajah. Tampak eyeliner di matanya luntur di bawah mata sehingga membuat matanya seperti mata panda.
“Ish! Bisa-bisanya kondisiku sekacau ini,” gumamnya lalu menghapus luntur eyeliner dengan ujung jari. Tak mungkin dia menunjukkan wajah mengenaskan ini pada Fero nantinya.
Tok, tok, tok. Pintu kamar diketuk dari luar. Masih dengan kondisi membersihkan eyeliner dengan jari, Jessica membuka pintu.
Tampak Fero berdiri di balik pintu sambil mendorong troli makanan yang tertutup. Ia tersenyum hangat dan ramah.
“Selamat pagi, Nona.”
Jessica hanya tertawa kecil lalu membuka pintu lebih lebar agar Fero bisa membawa sarapannya masuk ke dalam.
“Permisi,” ucap Fero lalu masuk.
Jessica menutup pintu kembali. Matanya memerhatikan ekspresi Fero yang begitu tenang. Lelaki itu tidak terlihat kaget sama sekali dengan situasi kamar yang super berantakan.
“Kamu benar-benar gak masalah karena kamar ini jadi begini?” tanya Jessica tidak yakin.
“Gak masalah,” jawab Fero tenang. “Sudah kubilang kalau ini sering terjadi. Dan membereskan ini semua adalah bagian cleaning service. Kalau ada yang rusak, kami tinggal masukkan ke bill tamu,” jelasnya profesional.
“Hm. Syukurlah.” Jessica mengangguk. Ia duduk di atas sofa sambil memperhatikan Fero yang membuka penutup hidangan satu persatu.
“Apa menu hari ini?” tanya Jessica basa basi.
“Omelet seafood,” jawab Fero menunjukkan satu piring. “Omelet ini diisi dengan udang, kepiting dan sayuran segar.”
“Wow! Terlihat sangat enak,” pujinya tersenyum senang. “Lalu ada apa lagi?” Jessica melihat masih ada beberapa hidangan lainnya.
“Toast alpukat dan telur … kemudian, croissant with tropical jam, selainya kita pakai buah nanas segar.”
Jessica semakin naik nafsu makannya mendengar menu sarapannya kali ini. Apalagi ia melihat ada segelas smoothie pisang bercampur madu. Jelas inu khusus untuk dirinya yang masih pengar.
“Sepertinya kamu lebih tau apa yang aku butuhkan,” puji Jessica.
Fero tersenyum dan mengangguk. “Aku hanya berusaha memberikan yang terbaik kepada para tamu di Seasort.”
“Menarik.”
“Kalau begitu … silakan menikmati sarapannya. Aku permisi keluar dulu,” ucapnya pamit.
“Ng— sebentar!” Jessica bangun dari duduknya dan menghampiri Fero yang sudah hampir mencapai pintu sambil mendorong trolinya.
“Ya?”
“Aku … boleh tanya sesuatu?” tanya Jessica dengan ragu.
“Tentu saja, silahkan.”
Jessica menggigit bibir bawahnya. Tangannya bergerak gelisah. Kakinya juga tidak bisa diam sekarang.
“Ada apa, Jess?”
“Soal tadi malam—” Jessica menggantungkan kalimatnya.
Tampak ekspresi Fero begitu kaget. Terbukti matanya yang membulat sempurna dan tiba-tiba saja ada semburat merah muda di pipinya.
Jessica melihat perubahan ekspresi Fero itu mendadak jadi sangat cemas. Ia benar-benar tidak ingin terjadi apa yang sudah dia takutkan selama ini.
“Kamu ingat apa yang terjadi tadi malam?” tanya Fero terkejut.
Mampus! Sepertinya lagi-lagi aku berbuat bodoh! apa aku sudah tidur dengan Fero? Gawat nih!!
***