"Simpanan Suamiku selama ini ... MAM4?!!! nggak mungkin, nggak mungkin mam4 tega melakukan ini padaku. Aarrgghhh!!!"
Ungkapan kekecewaan Kimberly terdengar melalui jeritan kerasnya setelah menemukan kebenaran yang tersembunyi di ponsel suaminya. Mam4 yang selama ini dihormatinya dan sangat disayanginya, ternyata adalah simpanan dari suaminya sendiri.
Bagaimana jadinya jika orang yang kau anggap sebagai mam4 tiri yang begitu kau cintai melebihi siapapun, dan kau perlakukan dengan penuh kasih sayang seperti mam4 kandungmu sendiri, tiba-tiba menjadi sumber konflik dalam pernikahanmu?
Di depannya ia terlihat begitu baik, namun di belakangnya ia bermain peran dengan licik. Penasaran dengan kisahnya? Segera simak perjalanan emosional Kimberly hingga akhir cerita!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Grace caroline, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 8. Sangat Dekat di Masa Lalu
Setelah kesunyian menyelimuti rumah yang sepi karena semua orang telah pergi, Dania menemukan dirinya sendirian di ruang tamu. Dengan langkah ringan, ia menuju sofa yang nyaman dan memilih untuk menghabiskan waktu dengan ponselnya. Dengan jemari yang lincah, Dania mulai merangkai kata-kata dalam pesan yang ditujukan pada seseorang di ujung sana.
Ekspresi wajahnya mencerminkan sedikit kegelisahan saat ia dengan seksama mengetik setiap huruf pada layar ponselnya, mengekspresikan perasaan dan pikirannya melalui pesan yang dikirimkan.
(Sayang, bener kan ucapanku semalam, Kimberly tau kita main. Dia udah bangun. Astaga, untuk aja tadi dia percaya, kalo nggak bisa gawat kita. Apa yang bakal kita jelasin ke Kimberly entar kalo dia tau.)
(Kemaren waktu denger suara langkah kakinya aku langsung duga itu dia. Kok bisa sih dia bangun kemaren, biasanya dia suka bangun pagi kan?)
(Sayang, nanti malam kamu kalo mau ke kamar aku pastiin bener-bener ya, istri kamu dah tidur atau belum. Aku takut dia bakal tau dan lebih curiga dari hari ini,)
(Oh iya, tadi cidi kamu masih ketinggalan di kamar aku. Cidi kamu yang basah hari itu. Aku sembunyiin di kolong kasur.)
(Aku mo cuci tapi kok nggak rela ya. Tangan aku terus elus-elusin hehe)
(Wangi banget, ada lengket-lengketnya gitu,)
Setelah beberapa saat tidak ada balasan dari William, Dania memutuskan untuk mengakhiri pengiriman pesannya.
(Yaudah aku off ya, semangat kerjanya sayangg. Muacchhhh,)
Dengan sedikit kekonyolan, Dania mengirimkan stiker ciu-man dan bibir merah kepada William. Bahkan jari-jemarinya yang lentik pun tak dapat menahan diri untuk tidak ikut serta dalam pesan civman yang dikirimkan.
"Kalo sampe Kimberly tau bakal gawat. Dia pasti bakal marah banget sama aku. Dari dulu dia kan sayang banget sama aku. Udah anggap aku mamanya dia. Tapi kalo seumpama dia tau aku dan William pacaran, bukannya dia bakal kecewa banget sama aku?
"Ini kali pertama aku ngecewain dia setelah hampir sembilan tahun aku jadi mama tirinya dia. Huh, kalau aja suami Kimberly itu bukan William pasti aku nggak akan kayak gini ke dia. Kalo dia tau siapa William di masa lalu, apa dia tetap marah kalo tau aku ada hubungan sama dia?
"William itu hubungannya sangat deket sama aku. Astaga, Dan, rumit banget hidupmu. Lebih baik aku masak saja buat makan siang. Nyiapin Tasya makanan dan jemput dia nanti," gumam Dania panjang lebar.
Tanpa disadari, ia melontarkan semua itu, mengungkap betapa erat hubungannya dengan William di masa lalu. Namun, jika hal itu benar, mengapa saat Kimberly menikahi William, Dania tidak terkejut? Apakah sebenarnya ia sudah mengetahuinya sebelumnya?
Setelah berakhirnya aliran kata-kata yang tak kunjung usai, Dania bangkit dari duduknya dengan cepat dan melangkah menuju dapur untuk memasak. Ingin membuatkan makan siang untuk putri kecilnya, Tasya yang akan pulang sekolah pukul dua belas nanti.
.............................
Di tempat yang berbeda, Kimberly terlihat sedang duduk termenung di sebuah kafe seorang diri setelah di beritahu bosnya jika kerjaan hari ini sedang kosong. Dia yang bingung untuk akan kemana segera pergi ke kafe favoritnya dan menikmati secangkir kopi seperti biasa.
Tiba-tiba, tanpa disadarinya, seorang gadis yang lumayan cantik terlihat mendekati Kimberly dari kejauhan setelah memperhatikan keberadaannya. Dia terlihat kaget melihat Kimberly disini.
"Kim, Lo disini?" tanya wanita tersebut, dan saat Kimberly mendongak, kejutan terpancar dari wajahnya ketika melihat wanita itu ada tepat di hadapannya.
"Jen, Lo disini juga, yaampun kangen banget tau gak sama Lo," Kimberly segera bangkit dari duduknya dan pergi memeluk wanita itu yang ternyata adalah teman baiknya, Jennifer.
Kimberly dengan ramah mempersilahkan temannya untuk duduk, lalu memanggil pelayan untuk memesan. Setelah pelayan datang dan Jennifer memberikan pesanannya, Kimberly kembali membuka suaranya.
"Lo dari mana Jen, tumben kesini," tanya Kimberly dengan ramah sambil tersenyum manis.
Jennifer, yang juga sangat merindukan Kimberly, dengan cepat memberikan balasan. Ekspresi matanya penuh antusiasme.
"Gue habis dari butik gue tadi, ngecek-ngecek. Lo sendiri dari mana, tumben nggak sibuk? biasanya tiap jam segini Lo sibuk banget kan? nggak biasanya Lo ngopi-ngopi gini,"
Jennifer merasa agak heran melihat Kimberly santai menyeruput kopi di kafe pada jam segini. Meskipun baru setengah sembilan pagi, Kimberly terlihat begitu menikmati waktu di kafe tanpa terburu-buru. Pikir Jennifer, mungkinkah Kimberly memang sedang tidak ada kerjaan saat ini?
"Iya, gue lagi kosong hari ini. Nggak ada pembeli yang mo ngecek dan tertarik. Dari semalem gada yang ngechat. Bos gue tadi juga bilang katanya lagi sepi sekarang jadi gue di bolehin buat rehat ...,"
"Ehm, kabar Lo gimana Jen? setelah Lo nikah dan katanya pindah ke California Lo dah nggak pernah hubungin gue lagi loh. Lo kek dah lupa gitu sama temen Lo ini. Lo dan suami Lo yang bule itu apa kabar?" tanya Kimberly basa-basi.
"Oalah lagi kosong, pantesan bisa ngopi disini. Ehm, suami gue baik-baik aja. Dia udah berangkat ke California kemarin. Mertua gue lagi sakit, jadi dia datang ngejenguk." Jeda Jennifer. Ia meraih tangan Kimberly sambil tersenyum manja ke arahnya, sementara matanya berkedip entah dalam maksud apa.
"Kim, sorry ya, gue sejak menikah itu emang lost contact sama semuanya. Suami gue minta gue buat fokus sama dia, jadi ya nomor gue yang lama sempet gue off. Gue ganti nomor sekarang. Tapi baru-baru ini suami gue bolehin gue buat contakan lagi, kata dia biar gue nggak gabut sendirian Mulu hehe." ucap Jennifer sembari tertawa.
"Yaampun segitunya ya. Protektif banget suami Lo," balas heran Kimberly.
"Hooh, tapi sekarang udah nggak terlalu. Dia lebih terbuka sekarang. Udah bolehin gue bebas berteman," sahut Jennifer.
Kimberly yang bingung untuk akan bicara apa lagi segera memalingkan wajahnya kearah lain, untuk mencari bahan pembicaraan.
Jennifer, yang peka terhadap kecanggungan Kimberly, dengan ramah mengambil inisiatif untuk memulai percakapan. "Lo kenapa canggung gitu sih Kim? biasa aja kali. Gue temen Lo, bukan orang lain. Kek ngobrol sama siapa aja Lo."
Rasa canggung yang Kimberly rasakan karena lama tidak bertemu dengan Jennifer masih terus menghantuinya. Dahulu, kecanggungan seperti ini tidak pernah dirasakannya ketika bersama Jennifer atau teman-temannya yang lain.
Namun, sejak jalinan komunikasi dengan Jennifer mulai jarang, Kimberly merasa canggung setiap kali berhadapan dengannya.
"Kita jarang ketemu, Jen. Bahkan baru kali ini ketemu lagi. Gue bingung mo ngomong apa lagi. Lo adalah temen gue yang paling gue rindukan selama ini. Setelah Lo pergi gue kesepian. Gada temen. Tapi lihat Lo akhirnya ada di hadapan gue gini rasanya gue seneng banget." balas Kimberly sembari tersenyum haru.
Jennifer yang melihat ekspresi wajah Kimberly dan ucapannya yang lumayan ngena di hatinya segera membalas dan tersenyum lebar.
"Gue juga tau. Lo adalah temen gue yang paling baik. Setelah gada chat-an sama Lo rasanya gue kesepian banget. Tapi seneng akhirnya bisa ketemu gini. Kim, kabar suami Lo gimana? baik-baik aja kan? anak-anak Lo juga gimana kabarnya, dah punya anak berapa?" tanya Jennifer penasaran, wajahnya terlihat excited dan penuh senyuman.
Kimberly segera menghela napas panjang, wajahnya terlihat sedih. "Kabar suami gue baik. Keluarga gue juga baik, tapi soal anak, gue belum punya anak. Gue terlalu sibuk kerja jadi nggak sempet buat punya anak. Dari lama suami gue pengen punya anak, tapi gue selalu gada waktu buat bikinnya ...,"
"Tiap malem gue selalu kecapean terus langsung tidur. Gada waktu buat itu. Lo sendiri gimana, anak Lo berapa? kayaknya Lo lagi bunting ya?" ujar Kimberly sambil tersenyum, dan tebakannya yang begitu akurat membuat Jennifer tersenyum tipis.
"Tau aja Lo. Hooh. Gue lagi bunting satu bulan. Anak gue sama suami gue udah mau tiga sekarang. Yang pertama dah sd kelas dua, yang kedua masih TK, terus yang terakhir masih ada di perut gue ini ...,"
"Suami gue rajin banget kasih gue vitamin, jadi ya kesempatan gue buat bisa h4mil ya sangat-sangat besar. Tiap hari loh dia suntikin gue. Setelah pulang kerja langsung gas. Ehm, Lo kurang-kurangin lah waktu sibuk Lo itu. Luangin waktu buat keluarga ...,"
"Jangan kerjaan Mulu yang Lo pikirin. Keluarga dan suami juga harus Lo pikirin. Lo nggak mau kan kalo sampe suami Lo kepincut sama cewe lain gegara Lo sibuk Mulu dan gada waktu buat dia? kayak Serena waktu itu. Suaminya kepincut sama pembantunya sendiri dan cerain Serena. Lo gak mau hal itu terjadi sama Lo kan?
"Dulu hal itu terjadi sama Serena gegara kesibukan dia sama kerjaan dia sebagai model. Dia gada waktu buat suaminya sampai akhirnya suaminya kepincut sama pembantunya sendiri dan selingkuh di belakangnya ...,"
"Kim, Lo harus kurangin kesibukan Lo, jangan sampai suami Lo oleng ke orang lain gegara kesibukan Lo itu. Lo sama suami Lo dah nikah dari sesaat kuliah kan? dah lama.
Tapi Lo belum juga bunting. Haduh, Lo apa mau gue kasih resep gue?" jelas Jennifer panjang lebar kali tinggi seperti jalur rel kereta api yang tak berujung.
Kimberly hanya menatap fokus ke arah Jennifer dan mendengarkan penjelasannya. Hingga setelah penjelasan atau nasihat Jennifer berakhir Kimberly segera menganggukkan kepalanya tanpa ada satupun ekspresi di wajahnya.
"Thank buat nasehat Lo, Jen. Gue akan coba buat kurang-kurangin kesibukan gue. Gue coba buat family time lain kali. Btw resep yang Lo maksud apaan?" tanya Kimberly penasaran. Kedua alisnya mengerut dan pandangannya tertuju pada Jennifer, yang sedang menatap Kimberly dengan senyum misterius.
"Gue mo kasih Lo resep gue biar Lo cepetan hamidun. Lo pasti mau kan Kim bikin suami Lo bahagia liat Lo bunting?" balas Jennifer.
Kimberly segera menganggukkan kepalanya tanpa ragu. "Iya lah. Gue pengen banget. Tapi apa resep Lo? kalo cuma main gue bisa sendiri, nggak usah resep dari Lo."
Jennifer segera tersenyum dan membalas ringan. "Gue ada cara Kim. Lo dengerin gue dulu. Ehm, cara gue ini emang pusatnya main. Tapi ini jauh lebih dahsyat ketimbang cara main Lo. Lo mau tau cara permainan gue sama suami gue makanya gue cepetan bunting?" tanya Jennifer lagi.
Kimberly sudah tidak sabar. Dia sangat penasaran, namun juga ragu. Apakah cara yang Jennifer berikan benar-benar bagus.
"Iya, gue pengen. Cepetan kasih tau gue apa caranya. Gue penasaran banget ini." ucap Kimberly dengan penuh antusiasme dan tidak sabar.
Jennifer mendekatkan wajahnya ke arah Kimberly, ingin membisikkan sesuatu padanya. Kimberly dengan cepat menundukkan wajahnya, siap menerima kata-kata dari Jennifer yang akan disampaikan di telinganya.
"Caranya adalah Lo sering-sering main sama suami Lo. Keluar di dalem bukan di luar. Mainnya pun juga ada banyak cara. Nanti gue kasih tau lengkapnya di wa. Ada banyak banget yang pengen gue kasih sama Lo dan semua cara yang bakal gue kasih tau itu adalah cara termanjur. Gue yakin Lo bakal segera punya anak setelah pake cara itu,"
Begitulah bisikan dari Jennifer sebelum dia menegakkan tubuhnya kembali dan menyeruput minumannya.
Kimberly terdiam sejenak, mencerna kata-kata Jennifer. Dia merasa sedikit terkejut dengan saran yang diberikan temannya itu. Namun, di sisi lain, Kimberly juga merasa tertarik untuk mencoba cara-cara yang disarankan Jennifer. Setelah semua, dia memang menginginkan kebahagiaan untuk dirinya dan suaminya.
"Makasih, Jen. Gue akan mempertimbangkan saran Lo itu," ucap Kimberly akhirnya, dengan senyum tipis di wajahnya.
Jennifer tersenyum puas mendengar jawaban Kimberly. Mereka pun melanjutkan obrolan mereka dengan topik-topik yang lebih ringan. Kimberly merasa lega bisa berbicara dengan Jennifer lagi setelah sekian lama tidak bertemu.
.....................
Tepat pukul dua belas siang, Dania bersiap-siap untuk pergi ke sekolah putrinya, Tasya untuk menjemputnya.
Saat tiba di sekolah, Dania melihat Tasya sedang bermain dengan teman-temannya di halaman sekolah. Tasya terlihat begitu bahagia dan ceria, membuat hati Dania hangat melihatnya. Dengan senyum lebar, Dania memanggil Tasya yang langsung berlari ke arah mamanya.
"Ma, Mama! Aku sudah selesai belajar hari ini!" seru Tasya sambil melompat-lompat di depan Dania.
Dania hanya bisa tertawa melihat tingkah polah Tasya yang begitu enerjik. Mereka berdua pun berjalan pulang ke rumah sambil bercerita tentang kegiatan sekolah Tasya hari itu. Tasya menceritakan tentang pelajaran matematika yang bikin pusing dan cerita lucu tentang temannya yang mengompol di kelas.
Sesampainya di rumah, Dania dan Tasya langsung menuju ke dapur untuk makan siang. Tasya bercerita dengan antusias tentang rencananya untuk mengikuti lomba lari di sekolah. Dania mendengarkan dengan penuh perhatian sambil sesekali tertawa melihat ekspresi ceria Tasya.
Setelah makan siang, Dania dan Tasya duduk bersama di ruang tamu sambil menonton acara kartun favorit Tasya. Mereka berdua tertawa terbahak-bahak melihat tingkah konyol karakter kartun tersebut.
Bersambung ...