Mamaku Simpanan Suamiku
Suatu kebetulan yang terjadi secara berulang. Kejanggalan yang tidak hanya sekali dirasakan dan dilihat oleh wanita ini. Ya, Avelya Wizzy Kimberly, atau biasa dipanggil Kimberly oleh orang-orang di sekitarnya, selalu merasakan sesuatu yang aneh setiap kali pulang dari bekerja.
Kimberly adalah seorang agen properti di sebuah perusahaan ternama yang berlokasi di pusat kota. Setiap hari, kesibukan selalu menemani langkahnya, membuatnya jarang bisa menikmati waktu di rumah.
Waktu yang paling sering dia habiskan di rumah adalah malam hari, atau saat tidak mendapatkan panggilan dari calon pembeli yang tertarik dengan rumah atau tanah yang ditawarkannya melalui media sosial.
Ketika ada calon pembeli yang tertarik untuk membeli rumah atau tanah yang ditawarkan, Kimberly selalu sibuk wara-wiri ke segala tempat, menemani pembeli itu, hingga saat kerjaannya selesai dan pulang ke rumah, ia selalu mendengar suara-suara aneh dari kamar mama tirinya.
Meskipun begitu, Kimberly tetap acuh dan tidak menghiraukannya, sampai telinganya mendengar suara yang cukup menji-jik-kan yang si4lnya ia tau suara apa itu.
Dengan langkah hati-hati, Kimberly mendekati kamar mama tirinya, Dania, dan mendekatkan telinganya ke pintu untuk mencoba mendengarkan. Namun, ketika ia sedang fokus mendengarkan, tiba-tiba ponselnya berdering, membuatnya panik dan segera meninggalkan tempat tersebut.
Di dalam kamarnya, Kimberly mengangkat telepon yang ternyata berasal dari seorang pembeli yang sebelumnya telah memberikan penawaran harga untuk rumah yang ditawarkan oleh Kimberly di akun media sosial pribadinya.
Pembeli tersebut terlihat sangat tegas dalam negosiasi, sehingga terjadi beberapa momen di mana keduanya berdebat panjang.
"Ini sudah harga pas pak. Saya hanya mengikuti instruksi yang diberikan oleh perusahaan. Ruko ini lokasinya ada di sekitar perempatan jalan besar loh. Sekitar metropolitan. Dalam bangunannya juga bersih, atap nggak bocor dan semuanya masih bagus.
Saya tadi sudah kirim detailnya ke bapak. Bapak bisa lihat jika bapak masih meragukan ucapan saya." jelas Kimberly panjang lebar.
Dari seberang, terdengar suara helaan napas yang cukup nyaring. Sepertinya pria yang sedang bernegosiasi untuk membeli ruko yang ditawarkan oleh Kimberly sudah mulai lelah. Sebelumnya, dia gigih menawar harga agar bisa diturunkan, merasa bahwa harganya terlalu tinggi.
"Saya sudah bilang ke bos saya dan bos saya juga sudah menurunkan harganya pak. Ini sudah sangat di bawah nominal yang kami berikan. Kami tidak bisa menurunkannya lagi.
Jika bapak berminat bisa bapak ambil dengan harga segitu, tapi jika tidak mohon maaf sepertinya bapak harus mencari ruko lain yang mungkin sesuai dengan apa yang bapak minta," balas Kimberly.
Setelah beberapa percakapan yang cukup panjang, pria yang awalnya tertarik untuk membeli ruko dan telah melakukan tawar-menawar dengan keras tiba-tiba membatalkan pembeliannya dan menutup telepon tanpa memberikan penjelasan.
Peristiwa ini membuat Kimberly menghela napas frustasi dan tanpa sadar mengelus dadanya dengan perlahan. Pria berusia empat puluhan tersebut terus menawar dengan gigih, menyebabkan rasa kesal dalam dirinya.
Berulang kali Kimberly ingin berkata k4sar dan mem4ki pria itu, jika saja tidak ingat dengan pekerjaannya.
Setelah cukup lama bercakap-cakap di telepon, Kimberly merasa haus dan langsung melangkah ke dapur untuk mengambil minum. Namun, begitu sampai di ujung tangga yang menuju ke dapur, dia terkejut melihat Dania, mama tirinya, sedang sibuk mencuci piring di sana.
Dania terlihat agak berantakan, dari pakaiannya hingga rambutnya. Seperti baru bangun tidur atau sedang melakukan sesuatu yang mencurigakan.
Kimberly segera menghampiri mamanya itu. Dia mengambil minuman dari teko dan menyapa seperti biasa. "Cuci piring Ma," sapanya basa-basi.
Dania yang melihat keberadaan Kimberly segera menoleh kearahnya. "Iya, Kim. Kamu baru pulang?" tanya Dania. Ia kembali memfokuskan pandangannya kearah cucian piringnya.
Kimberly segera meletakkan gelas kosongnya di meja, lalu mendekati Dania dan berdiri di sampingnya. "Iya, barusan. Habis nganterin beberapa pembeli tadi, sampai akhirnya ada satu dari mereka yang deal terus langsung bungkus.
Ya akhirnya setelah itu selesai aku langsung laporan ke pusat dan boleh pulang." balas Kimberly yang langsung di jawab oh dari Dania.
Dania tidak menjawab banyak, sibuk dengan tugas mencuci piring. Namun, karena air cuciannya dari kran mengalir dengan deras, tak sengaja air tersebut mengenai bajunya. Dengan santai, Dania mengusap-usap bagian bawah lehernya dan sekitar perutnya untuk mengeringkan air yang menempel di sana.
Disana Kimberly tidak sengaja melihat kearah yang Dania usap dan karena usapannya Kimberly mengerutkan keningnya. "Ma, mama tadi habis ngapain?" tanya Kimberly sembari tetap mengarahkan pandangannya kearah Dania. Ehm, maksudnya bajunya.
Dania yang mendapati pertanyaan dari Kimberly segera menatap sekilas kearahnya dan membalas. "Habis bersihin rumah sama nonton, Kim. Kenapa?" tanya balik Dania.
Kimberly yang mengetahui jawaban itu sontak mengerutkan keningnya. "Nonton apaan Ma, kok tadi pas aku pulang aku denger suara des-ahan dari kamar mama. Mama lagi nonton orang tabur b3nih ya?" tebak Kimberly sembari tersenyum jahil.
Ia bermaksud mengerjai mamanya, hanya bercanda. Namun, Dania yang seperti sudah menyiapkan jawaban dan seakan tahu jika Kimberly akan bertanya demikian segera membalas santai, tanpa menoleh.
"Kok tau sih Kim. Mama emang lagi nonton gitvan tadi, sekalian praktekin sama mainan mama. Udah kangen banget tau mama sama permainan itu. Pengen ngerasain lagi. Semenjak papamu meningg4l, mama kangen banget. Kim, besok kamu sibuk nggak?"
Dania dengan santai mengatakan bahwa ia memang menonton film itu. Tanpa ragu atau malu sedikitpun, Dania mengungkapkannya.
Setelah selesai dengan urusan mencuci piring dan mengeringkan tangannya yang basah, Dania dengan cepat memalingkan pandangannya ke arah Kimberly.
"Nggak terlalu Ma, kenapa?" tanya Kimberly, tidak terlalu memperhatikan atau mempedulikan perkataan Dania. Bagi Kimberly, itu hanya hal biasa.
Dania sering mengungkapkan hal yang sama sebelumnya. Kimberly tidak terlalu memperhatikan karena sibuk dengan urusannya sendiri.
Dania segera tersenyum dan membalas. "Kamu bisa jagain Tasya bentar nggak besok. Mama mau ada keluar bentar. Jenguk temen, lagi sakit di rumah sakit. Kamu tolong jagain Tasya di rumah ya. Siapin makannya dia sama temenin dia belajar. Besok mama agak sore pulangnya," ucap Dania sembari tersenyum manis seperti biasa.
Senyumnya yang menawan selalu membuat Kimberly atau siapapun yang melihatnya merasa terpesona dan tak bisa menolak permintaannya.
"Iya besok aku jagain kalo kerjaan aku dah beres. Mama nggak mau aku anterin aja jenguk temennya?" tanya Kimberly menawarkan, namun Dania yang melihat niat baik Kimberly langsung menggelengkan kepalanya.
"Nggak usah, mama bisa pergi sendiri. Kamu urus saja kerjaan kamu dan jagain Tasya. Mama pergi sendiri naik taksi besok. Kamu nggak usah khawatir," Dania segera pergi dari sana, menuju ke kamarnya di lantai atas. Meninggalkan Kimberly yang masih berada di tempatnya. Terdiam, tidak bergerak atau, memalingkan wajahnya.
" ... tadi aku nggak sengaja lihat br4 mama sedikit kebuka, kancing bajunya juga kebuka dua yang paling atas. Mama bener-bener deh. Rasa pengen gitvannya masih gede banget. Masih pengen di tvsuk mama itu sebenarnya, tapi kalo aku suruh nikah lagi kok ya nggak mau ...,"
"Hadeh, pusing deh. Setiap hari nvsuk goa nya pake mainan itu apa nggak capek ya. Teriak-teriak nggak guna di kamar sambil nontonin orang coblosan," gumam Kimberly, merasa lelah sendiri dengan tingkah Dania yang menurutnya sangatlah lucu.
Dania masih ingin merasakan kasih sayang dan bel4ian seorang lelaki, namun setiap kali pikiran itu muncul, ia merasa takut. Takut untuk terluka lagi, takut untuk membuka hatinya pada orang lain. Meskipun umurnya masih sangat muda, kisaran tiga puluh tahunan, tidak jauh umurnya dari Kimberly.
Gair4h dan semangatnya untuk menikah lagi seketika lenyap tidak berbisa, sirna bersamaan dengan kepergian suaminya. Kini, bayang-bayang pernikahan yang baru tak lagi menyala di hatinya, dan keinginan untuk merajut hubungan baru pun memudar.
Dalam percakapannya dengan Kimberly, Dania selalu menegaskan hal tersebut, menyatakan bahwa keinginannya untuk kembali ke pelaminan telah memudar dari pikirannya.
Meski begitu, dari ekspresi wajahnya, Kimberly masih merasa ragu dan tidak sepenuhnya percaya akan pernyataan Dania. Semua kata-katanya terasa melayang di benak Kimberly, meninggalkan keraguan yang mengendap di dalam pikirannya.
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments