Demi mendapatkan biaya pengobatan ibunya, Arneta rela mengorbankan hidupnya menikah dengan Elvano, anak dari bos tempat ia bekerja sekaligus teman kuliahnya dulu.
Rasa tidak suka yang Elvano simpan kepada Arneta sejak mereka kuliah dulu, membuat Elvano memperlakukan Arneta dengan buruk sejak awal mereka menikah. Apa lagi yang Elvano ketahui, Arneta adalah wanita yang bekerja sebagai kupu-kupu malam di salah satu tempat hiburan malam.
"Wanita murahan seperti dirimu tidak pantas diperlakukan dengan baik. Jadi jangan pernah berharap jika kau akan bahagia dengan pernikahan kita ini!"
Follow IG @shy1210_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3 - Jangan Sentuh Aku!
Arneta selalu dibuat sakit hati setiap kali mendengar hinaan Elvano yang mengatakan dirinya adalah wanita murahan. Namun, walau rasa sakit itu semakin menjalar di hatinya, tak lagi membuat Arneta membantah tuduhan itu. Pasalnya, setiap kali dia berusaha menjelaskan jika hal tersebut tidaklah benar, Elvano selalu memakinya habis-habisan.
"Aku harus tidur dimana?" Arneta dilanda rasa gundah. Dia menatap satu persatu kamar yang ada di rumah itu. Hanya ada satu kamar kosong lagi yang berada di lantai dua. Selebihnya ada di lantai satu. Sepertinya kamar yang berada di lantai satu diperuntukkan untuk tamu yang datang menginap di sana.
Tanpa pikir panjang, Arneta lekas masuk ke dalam kamar yang berada di lantai dua. Untung saja kondisi kamar tersebut sudah berisi beberapa barang perabotan seperti kasur dan lemari sehingga membuatnya tidak pusing harus tidur dan meletakkan barang bawaannya dimana.
Seusai menyalin barang-barang yang ia bawa ke dalam lemari, Arneta merebahkan tubuhnya yang terasa lelah sejenak di atas ranjang. Semebari mengistirahatkan tubuhnya, Arneta kembali mengingat sikap buruk yang acap kali ia dapatkan dari Elvano sejak awal mereka menikah.
"Kenapa Elvano begitu sangat membenciku? Apa karena sikapku di masa lalu yang terlihat sangat buruk di mata orang-orang, membuat mereka termasuk Elvano jadi tidak suka kepadaku?" Arneta jadi bertanya-tanya sendiri.
Jujur saja, Arneta tidak bisa menyangkal jika sikapnya di masa lalu sangatlah buruk. Dia menjalin hubungan dengan para pria kaya hanya untuk memorot harta mereka saja. Dan hal itu sudah menjadi rahasia umum di kampusnya. Namun, dari sekian banyak pria kaya yang pernah menjadi kekasih atau sekedar dekat dengan dirinya, tidak ada nama Elvano yang terdaftar sebagai salah satu pria yang pernah menjalin hubungan dengan mereka.
Bukan tanpa alasan, saat kuliah dulu, Arneta memang tidak tertarik untuk mendekati Elvano. Selain pria itu terlihat sangat cuek pada orang-orang di sekitarnya, di mata Arnet, Elvano juga bukanlah pria yang kaya karena pria itu selalu pandai menutupi kekayaannya dari banyak orang termasuk Arneta. Dan kini, di saat ia sudah mengetahui siapakah Elvano sebenarnya, Arneta sungguh terkejut karena Elvano adalah keturuan dari keluarga ningrat yang memiliki bisnis dimana-mana.
"Aku tidak tahu kehidupan pahit seperti apa yang akan aku lewati ke depannya. Aku hanya berharap, aku bisa melewati semuanya. Dan untuk Ibu, aku berharap Ibu segera sembuh dan bisa kembali berkumpul bersama denganku." Untuk saat ini, hanya harapan sederhana yang diinginkan oleh Arneta. Biarlah pernikahan yang ia jalani bersama Elvano membuatnya tidak bahagia. Yang terpenting, ibunya bisa dioperasi dan sembuh seperti sedia kala.
Malam harinya. Seperti biasanya Arneta akan pergi ke rumah sakit untuk menjenguk ibunya. Semenjak menikah dengan Elvano, pria itu hanya memberikan waktu terbatas untuk dirinya keluar dari rumah. Elvano pun tidak peduli kemana Arneta pergi. Yang terpenting untuk dirinya, Arneta harus pulang di waktu yang sudah ia tentukan.
"Aku pergi dulu." Walau selalu berpamitan pada Elvano kemana pun ia pergi, tak membuat Elvano menghiraukan dirinya. Arneta pun sudah terbiasa dengan sikap acuh suaminya itu dan tidak ingin ambil pusing.
"Awas saja kalau dia berkeliaran dengan pria lain di luar sana!" Gumam Elvano seraya menatap kepergian Arneta. Walau terkesan tidak peduli dengan Arneta, namun Elvano tetap tidak akan terima jika wanita itu berdekatan dengan pria lain. Elvano tidak ingin namanya tercoreng karena kelakuan Arneta yang buruk itu.
Beberapa saat berlalu, Arneta telah tiba di rumah sakit menggunakan ojek online. Mengingat waktunya sangat terbatas untuk menemui Bu Maria, membuatnya bergegas menuju ruangan dimana ibunya berada.
"Arneta..." kedatangan Arneta disambut dengan senyum haru di wajah Bu Maria. Walau hampir setiap hari Arneta datang mengunjungi dirinya, namun Bu Maria tetap saja merindukan putrinya itu.
Arneta membalas senyuman di wajah pucat ibunya itu. Kemudian mengalihkan pandangan pada seorang perawat yang ditugaskan untuk menjaga ibunya selama dia tidak ada di rumah sakit.
"Ibu, ini aku bawain buah-buahan buat Ibu. Dimakan ya, Bu. Biar Ibu cepat sehat." Kata Arneta seraya menahan diri agar tidak menangis melihat keadaan ibunya yang terlihat masih saja mengkhawatirkan.
Bu Maria melukis senyum di wajahnya kemudian meminta Arneta duduk di kursi yang berada di samping ranjang. Tidak banyak hal yang Bu Maria dan Arneta bicarakan selama Arneta berada di rumah sakit. Bu Maria hanya mempertanyakan bagaimana kehidupan rumah tangga Arneta setelah putrinya itu menikah, dan Arneta lagi-lagi membohongi ibunya jika pernikahan yang ia jalani bersama Elvano baik-baik saja.
"Kalau Ibu sudah dibolehkan pulang nanti, Ibu boleh kan tinggal sama kamu dan suami kamu?" Pertanyaan dari Bu Maria beberapa waktu lalu membuat Arneta terus kepikiran hingga akhirnya ia kembali pulang ke rumah suaminya.
"Apa yang harus aku katakan pada Ibu. Elvano sudah pasti tidak akan mengizinkan Ibu tinggal di sini." Lirih Arneta. Masih teringat jelas di dalam benaknya, bagaimana kemarin Elvano menentang dengan keras jika ia membawa ibunya yang sedang sakit tinggal bersama dengan dirinya. Entah apa alasan pasti Elvano melarangnya, yang Arneta ketahui, pria itu tidak ingin kehidupan rumah tangga mereka diikutcampuri urusannya oleh Bu Maria nantinya.
Setibanya di kediamannya kembali malam itu, Arneta tidak melihat keberadaan mobil suaminya di depan rumah. Entah kemana lagi suaminya itu pergi. Padahal, belum sehari mereka tinggal di rumah yang baru. Namun Elvano sudah pergi begitu saja tanpa mengabari dirinya.
"Apa begini rasanya menjadi istri yang tidak dianggap?" Terkadang pertanyaan itu terbesit di benak Arneta. Namun, agar pemikirannya tidak dibuat penuh karena memikirkan hal tersebut, Arneta berusaha untuk tidak memikirkannya.
Saat waktu sudah beranjak tengah malam, Arneta yang tengah terlelap di dalam kamarnya merasa terganggu saat mendengar suara teriakan Elvano dari lantai bawah rumah. Akibat rasa kantuk yang masih terasa mendera, membuat Arneta dengan susah payah keluar dari dalam kamar untuk melihat keributan yang diperbuat oleh Elvano.
"Sheina... Sheina... kamu dimana, Sayang?" Elvano berteriak dengan kedua bola mata yang nampak memerah. Sesekali dia menabrak perabotan yang berada di lantai bawah akibat pengaruh alkohol yang sedang menguasai dirinya.
Arneta menatap suaminya itu dengan mata terbelalak. "Dia mabuk?" Tanpa berpikir panjang, Arneta segera menghampiri Elvano saat melihat pria itu terjatuh akibat menabrak sofa di ruangan tengah rumah.
"Elvano!" Dengan gerakan spontan, Arneta hendak membantu Elvano berdiri kembali. Namun, niat baiknya itu tidak disambut dengan baik oleh Elvano.
"Hei wanita murahan, apa yang kamu lakukan?!" Elvano segera mendorong kasar tubuh Arneta saat Arneta hendak membantunya bangkit dari posisi duduk.
*Gedegbgntsamael*
tapi penasaran sama hubungan el dan evan.apa el merasa orang tuanya bertindak tidak adil padanya yaa karena emang anak angkat,, semoga kedepan mereka berdua selalu rukun dan saling menjga