Judul : Jantung kita yang ajaib
Kisah perjalanan hidup sepasang insan yang kehilangan keluarganya. Sang pria memiliki jantung lemah, sementara sang wanita mengalami kecelakaan yang hampir merenggut nyawa nya di tambah dia tidak memiliki kaki sejak lahir.
Keduanya menjalani operasi transplantasi jantung. Pendonor jantung mereka adalah sepasang suami istri yang misterius dan meninggalkan memori penyesalan suami istri itu di dalam nya, jantung mereka mendorong mereka untuk mencari satu sama lain kemudian menyatukan mereka.
Inilah kisah perjuangan dua insan yang menjadi yatim piatu karena keadaan, mereka hanya saling memiliki satu sama lain dan keajaiban jantung mereka yang terus menolong hidup mereka melewati suka dan duka bersama sama. Baik di dunia nyata maupun di dunia lain
Remake total dari karya teman saya code name the heart
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dee Jhon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 30
Keduanya kembali ke rumah mereka dan masuk ke dalam, namun ketika Adrian ingin melangkah masuk ke dalam portal, tiba tiba tangannya di tarik Elsa,
“Ntaaaaar, mandi dulu, bau,” ujar Elsa.
“Oh tapi mandi di mana ?” tanya Adrian.
“Ada bak kan di belakang,” jawab Elsa.
“Oh ya udah, eh tapi kita ga bawa baju ganti kan ?” tanya Adrian.
“Coba cari di kamar, kali aja ada baju, pinjem dulu trus nanti balikin,” jawab Elsa.
Keduanya masuk ke dalam kamar dan membuka lemari, di dalamnya ada satu set baju zirah dan pelindung dari kulit, Adrian mengambilnya dan menaruhnya di atas ranjang, begitu juga Elsa yang mengambil satu set gaun ala penyihir lengkap dengan topinya, setelah itu mereka ke belakang dan melihat bak mandi di belakang yang dalam keadaan kosong.
“Hmm...ga ada airnya,” ujar Adrian.
“Dri sini deh,” ujar Elsa.
Adrian mendekati Elsa yang menunjuk ada sebuah batu di sebelah bak mandi dengan kristal merah, putih dan biru di tengahnya.
“Ini apa ya ?” tanya Elsa.
“Ga tau, ga ada keterangannya,” jawab Adrian.
Karena melihat keindahan kristal itu, Elsa menjadi penasaran, dia menekan kristal merah dan “srrrr,” air mulai mengalir dari dasar bak besar dan mengeluarkan kabut yang artinya air itu sangat panas, Adrian langsung mengerti kalau batu itu adalah alat untuk mengisi bak seperti jaman modern namun menggunakan sihir. Dia menekan kristal biru dan air dingin keluar, setelah bak besar yang bisa muat dua orang itu penuh, keduanya berdiri.
“Ok siapa duluan,” ujar Adrian.
Elsa menoleh melihat hutan di depannya yang nampak mengerikan ketika sedang malam hari, dia menggandeng lengan Adrian,
“Um...kalau sendirian aku takut, bareng aja gimana ?” tanya Elsa.
“Hah...bareng ? kamu ga salah ?” tanya Adrian.
“Kan ga ada yang tau ini,” jawab Elsa.
“Tapi emang kamu ga malu apa ?” tanya Adrian.
“Um...malu sih, makanya kamu duluan masuk trus tutup mata, baru aku masuk,” ujar Elsa.
“Haduh....kenapa ga sendiri sendiri aja sih,” balas Adrian.
“Takut lah, liat tuh,” ujar Elsa sambil menunjuk ke arah hutan.
“Haah...ya udah,” ujar Adrian membuka kausnya.
Elsa langsung berbalik, kemudian “cbuur,” Adrian masuk ke dalam bak, Elsa menanggalkan pakaiannya dan ketika dia sudah telanjang,
“Dri, merem,” ujar Elsa.
“Udah dari tadi,” jawab Adrian.
Elsa masuk dan mencelupkan kakinya, “aw panas,” dia menarik lagi kakinya dan kembali mencelupkannya, akhirnya Elsa turun ke dalam bak dan langsung berjalan ke arah Adrian kemudian memunggungi Adrian.
“Udah ?” tanya Adrian.
“Hehe udah,” jawab Elsa.
“Tapi ga ada sabun nih,” balas Adrian.
“Hmm iya juga ya,” balas Elsa.
“Kalau kristal putih ini apa ya,” ujar Adrian.
Adrian menekan kristal putih di depannya dan “blup...blup...blup,” bak langsung di penuhi busa yang beraroma harum.
“Haha sabun,” ujar keduanya sambil menggerakkan tangan mereka.
Akhirnya keduanya mandi saling memunggungi agar tidak melihat satu sama lain, namun mereka curi curi melihat bekas jahitan di dada satu sama lain, kemudian setelah selesai, Elsa keluar duluan dan masuk ke dalam kamar, setelah berganti pakaian, Adrian keluar dan berlari masuk ke dalam kamar. Setelah keluar, Adrian berpenampilan seperti ksatria yang memakai baju zirah dengan pakaian kulit di baliknya, sementara Elsa mengenakan jubah penyihir yang lengkap dengan topinya.
“Yuk pulang,” ujar Adrian.
“Iya, udah puas hari ini,” balas Elsa.
Adrian menggendong Elsa dan masuk ke dalam portal, kemudian mereka menutup portal namun tiba tiba “tok...tok...tok,” pintu unit apartemen Elsa di ketuk, Adrian menoleh melihat ke arah pintu, dia melihat Yuni berdiri di balik pintu,
“Dah aku aja yang buka,” ujar Adrian berjalan ke pintu.
“Eh...tunggu Dri,” teriak Elsa.
Terlambat, Adrian sudah membuka pintu dan “praak,” Yuni menjatuhkan kantung plastik yang di pegangnya dengan mata membulat dan mulut ternganga ketika melihat Adrian.
“Dri, lo pake apa itu ?” tanya Yuni menunjuk ke arah Adrian.
“Hah ?”
Adrian menoleh ke bawah, dia masih memakai baju besi lengkap dengan pakaian kulitnya, “oh,” Adrian menoleh ke belakang melihat Elsa yang masih memakai pakaian ala penyihir dan duduk di kursi rodanya sambil menggelengkan kepala.
“Nah kan,” ujar Elsa.
“Ah....masuk Yun,” ajak Adrian.
Yuni melangkah masuk dan Adrian langsung menutup pintunya, Adrian mendorong Yuni dan mendudukkannya di sofa.
“Lo berdua....ngapain ?” tanya Yuni.
“Panjang ceritanya haha....aku ganti baju dulu,” jawab Adrian.
Dia langsung melangkah ke kamar dan menutup pintunya, “greeeek.” “jgleg,” terdengar suara di dalam kamar,
“Itu apaan Sa ?” tanya Yuni.
“Oh biasa, dia lepas baju hehe,” jawab Elsa santai.
“Serius, lo berdua ngapain sih ?” tanya Yuni.
“Enggak kok, lagi ngepas baju aja hahahaha,” jawab Elsa.
“Yang satu pakai armor lengkap gitu yang satunya gaya penyihir seksi, lo berdua seneng main kayak gitu ya ?” tanya Yuni.
“Main apaan ? rese lo, lagian ada apa nih lo kemari ?” tanya Elsa.
“Ini, gue di minta bawain donat buat kalian ama yang laen, paling ga sebagai ucapan terima kasih karena udah traktir tadi,” jawab Yuni sambil menyerahkan bungkusannya.
“Oh ok, makasih ya,” ujar Elsa.
“Gue masih belom ngerti nih, lo berdua ngapain sih sebenernya ?” tanya Yuni.
“Jegleg,” “klap,” Adrian yang sudah berganti pakaian membuka pintu kamar, kemudian dia menghampiri Elsa,
“Aku udah ganti, sekarang giliran kamu,” ujar Adrian sambil memutar kursi roda Elsa.
“Iya, kamu temenin Yuni bentar ya, bajunya kamu taruh di tempat ku yang itu kan ?” balas Elsa.
“Iya, dah ku masukin semuanya,” balas Adrian.
“Gue boleh ikut ?” tanya Yuni.
“Lah ngapain ?” tanya Elsa.
“Mau liat kamar lo aja,” jawab Yuni.
“Ng....dah kamu tutup belom ?” tanya Elsa.
“Belom sih, ga apa apa kalau dia mau lihat,” jawab Adrian.
Elsa menoleh melihat Adrian, kemudian Adrian mengangguk, dia mendorong Elsa masuk ke dalam kamar dan melambai kepada Yuni, setelah Yuni masuk, Adrian keluar dan menunggu di luar. Sementara itu, Elsa turun dari kursinya dan masuk ke dalam ruang rahasianya di ikuti Yuni,
“Whooaaah....ini semua punya lo Sa ?” tanya Yuni yang matanya mendadak berbinar melihat deretan gaun dan pakaian exotis lainnya.
“Iya, makanya gue cobain tadi,” jawab Elsa.
“Keren, gue boleh coba ga ?” tanya Yuni antusias.
“Silahkan aja hehe, oh tapi ini rahasia ya, jangan kasih tau yang lain, gue ga mau hobi gue di ketahui orang lain, cukup lo aja yang tau,” jawab Elsa.
“Sip tenang aja, mulut gue rapet, janji,” balas Yuni senang.
Yuni mulai menjelajah dan melihat lihat gaun gaun yang tergantung di dalam ruang rahasia yang memang sudah terbuka sebelumnya. Dia mengambil beberapa setel gaun dan membawanya keluar, dia masuk lagi dan menoleh melihat ke sebelah kanan,
“Wah Adri juga punya banyak ya ? gila tuxedo nya keren keren, semua ini mahal kan ?” tanya Yuni.
“Ya gitu deh, kebeneran aja hobi kita sama hahaha,” jawab Elsa.
“Gila, kalian beneran pasangan milenial hahaha,” balas Yuni.
“Hahahaha, bisa aja lo,”
Elsa merasa sedikit lega karena ruangan rahasianya lebih mirip seperti toko pakaian daripada ruang rahasia.
“Untung dia ga liat yang di unit Adrian....bisa pingsan berdiri di tempat dia,” ujar Elsa dalam hati.