Runa seorang gadis cantik yang sudah lelah menjalin hubungan dengan kekasihnya yang posesif memilih mengakhiri sepihak. namun apakah Abi akan membiarkan gadis yang sudah di claim sebagai miliknya lolos dari genggamannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wattped Love, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mulai Beraksi
Kringgggg
Suara bel pulang sudah terdengar.
Runa dan sahabatnya masih di rooftop. Mereka malas untuk kembali ke kelas. Jadilah tetap di sana sampai di jam pulang datang.
" Turun yuk, pulang." ajak Cika.
" Yuk, tapi jangan lewat pintu depan. Pasti Abi udah stay nungguin lo di parkiran." ucap Amel.
Hampir saja runa lupa dengan mantannya yang posesif itu.
" Terus?" tanya runa, bukannya semua pintu itu menghadapnya ke parkiran dan gerbang yah.
" Ikut gue." ucap Amel berjalan lebih dulu.
Runa dan Cika mengikuti di belakangnya.
Tempat yang mereka datangi lebih dulu tentu saja kelas mereka. Karena tas dan
barang-barangnya masih di sana.
Di kelas sudah banyak murid yang pulang. Hanya tinggal anak-anak yang memiliki jadwal piket kelas.
Setelah mengambil tasnya, Amel menyuruh runa dan cika mengikutinya. Amel berjalan sampai di ujung kelas 10 lalu masuk ke lorong panjang ukuran satu meter.
Cika dan runa berjalan mendempet ke arah Amel takut karena keadaan lorong yang sepi juga sedikit gelap. Banyak kursi dan meja yang sudah di gunakan di taruh di pinggir-pinggir lorong itu.
Tentu saja sepi, pasti banyak anak-anak yang tidak mau melewati jalan ini. Dan sejak kapan di antariksa ini terdapat lorong panjang. Perasaan selama hampir tiga tahun runa sekolah di sini tidak pernah tau.
Apa karena saking besarnya SMA antariksa sampai runa lupa dengan bangunan-bangunan yang ada. Maklum SMA antariksa termasuk SMA favorit di jakarta.
Di sini terdapat empat gedung yang menjulang tinggi. Untuk keperluan fasilitas bagi siswa-siswi SMA antariksa.
Amel mengentikan langkahnya.
" Kenapa sih lo berdua?" tanya Amel saat tubuhnya di himpit runa dan Cika membuat jalannya sedikit susah.
" Takut anjir." balas Cika melihat-lihat ke samping takut ada hewan-hewan aneh yang nemplok ke tubuhnya. Untungnya lantainya cukup bersih. Mungkin karena sering di sapu tukang kebun sekolah.
" Horor banget sih mel." rengek runa menggerak-gerakkan kakinya kebiasaan jika sedang takut.
Amel mendengus pelan melihat kedua lengannya yang di pegang erat kanan-kiri. Kalo ngebully orang aja maju pertama, tapi sama setan aja takut.
" Ini kapan sampainya sih?" gerutu runa yang melihat lorong masih terlihat panjang. Atau mungkin karena efek gelap.
" Jawab dong mel jangan diem aja."
" Runa Liliana Mahendra lo tuh udah nanya hampir seratus kali yah." kesal Amel berdecak pinggang.
Pasalnya hampir setiap jalan lima langkah runa akan selalu bertanya kapan sampai terus. Capek bibir Amel menanggapi sahabatnya itu.
" Hehe soalnya panjang banget nih lorong rahasia." ujar runa cengengesan.
" Bener banget, lo juga mel dapet dari mana info jalan ini. Perasaan kalo kita pergi ngga pernah sampe sini?" tanya Cika curiga.
" Rahasia dong." balas Amel tersenyum misterius.
" Liat noh kita udah nyampe." ucap Amel menunjuk ke depan.
" Ini di mana?" tanya runa bingung.
Si depannya hanya ada tembok besar juga satu warung jajanan yang sepertinya tempat nongkrong anak-anak cowok. Terlihat dari beberapa murid cowok antariksa yang berkumpul di sana. Tidak banyak hanya sekitar sembilan orang. Mungkin karena sudah jam pulang sekolah.
Amel menarik tangan runa dan cika melewati warung yang itu. Tepat saat melewati anak-anak Antariksa, bisik-bisik terdengar di telinga mereka.
Runa menghentikan langkahnya, mau tak mau sahabatnya pun ikut berhenti. Amel dan Cika memutar bola matanya malas, Keduanya sudah tau apa yang akan terjadi.
Dengan langkah anggun runa menghampiri para siswa cowok yang duduk berderet menatap padanya.
Runa berdiri di depan salah satu cowok itu yang terlihat paling tampan. Ia berdiri menyamakan dengan tinggi cowok yang duduk itu.
" Sebastian candra Gunawan. Sebelas IPA 1" runa membaca name tag di baju sebelah kanan dengan anda manja andalannya. Bibirnya tersenyum manis menatap cowok bernama candra atau siapa itulah nama panggilannya, runa tidak peduli.
Sedangkan yang di tatap hanya terbengong dengan mulut sedikit terbuka. Siapa yang tidak mengenal runa, cewek cantik primadona antariksa yang sering jadi perbincangan siswa-siswa cowok. Karena sumua tipe wanita idaman mereka ada di diri runa.
Selain cantik, bodinya pun sangat sempurna bak model. Menonjol di tempatnya. Apalagi runa sering menggunakan seragam yang ketat. Membuat pemandangan indah bagi cowok-cowok mata keranjang.
Runa mendekatkan wajahnya agar puas memandang wajah tampan itu. Cowok bernama canda itu menahan napasnya gugup. Ia tidak percaya bisa sedekat ini dengan kakak kelasnya itu yang terkenal.
" Haii tampan." sapa runa mengedipkan satu matanya genit.
" Ha-hii juga?" jawab candra terbata.
Matanya berkedip-kedip lucu membuat runa gemas dengan adik kelasnya itu.
" Kamu tau ngga kenapa kalo siang ngga ada bulan ?" tanya dela.
" Ng-gga tau kak. Emang apa kak?" tanya Candra balik.
" Karena udah ada kamu yang nemenin hari-hariku." gombal runa
Candra dan teman-temanya terbengong terpesona mendengar tawa runa yang sangat merdu. Pantas saja banyak yang jayuh cinta dengan runna. Baru mendengar tawanya saja mereka sudah ingin pingsan.
Tidak heran banyak cowok-cowok yang mengemis cinta agar di jadikan pacarnya. Bahkan mereka mau hanya di jadikan selingkuhannya.
" Ka-Kakak runa cantik banget! Ehh" Candra menutup mulutnya keceplosan.
" Hahaha..... thank you atas pujiannya." balas runa mengibaskan rambutnya sombong.
Cewek cantik bebas.
" Btw kalo boleh tahu 08 berapa?" tanya runa memutar-mutar hpnya di tangan kanannya.
Belum sempat Candra menjawab, tangan runa di tarik Amel lebih dulu.
" Lama lo!" semprot amel yang sudah tidak tahan dengan sikap jelalatan sahabatnya. Setiap ada cowok ganteng bawaannya suka nemplok kata cicak di dinding.
" Eh eh tunggu dulu, bentar lagi gue dapat nomornya nih." Protes runa, jalanya terseok-seok mengikuti langkah panjang Amel yang masih memegang tangannya.
" Ngga ada nomor-nomoran, mending sekarang pikiran nasib hidup lo kedepannya." sewot Amel yang gemas dengan runa jika penyakitnya playgirlnya kambuh.
" Yahh gagal deh." ucap runa sedih. Nasib punya sahabat yang kesabarannya setipis tisu.
Cika mengangkat tangannya yang mengepal di atas memberi semangat pada runa.
" Cepet masuk." suruh Amel membuka pintu ukuran sedang yang di turuti runa dan Cika.
Amel tersenyum lebar melihat reaksi sahabatnya yang terbengong setelah melewati pintu itu.
" Wah kita sudah bebas." ucap runa polos saat dirinya tiba-tiba sudah di luar gedung SMA antariksa. Banyak pohon-pohon mangga yang sedang berbuah lebat yang mengelilingi mereka.
Runa sekarang paham, mereka berdiri tepat di sebelah kiri gedung SMA antariksa. Di depannya terdapat jalan raya.
" Sejak kapan kita di kurung?" tanya Cika heran. Sahabatnya itu memang ada-ada saja.
" Terus kita ngapain di sini?" tanya Cika pada Amel.
" Kita tunggu mobil gue di ambil, terus pulang deh." balas Amel santai. Ia sedang menunggu mobil miliknya di ambil dari parkiran sekolah oleh salah satu kenalannya.
Tit
Tit
Sebuah mobil berwarna kuning cerah menyilaukan mata yang memandang berhenti di depan mereka. Seorang perempuan cukup cantik keluar dari balik kemudi.
" Haii nunggu lama yah?" tanya citra melambaikan tangannya menyapa ketiganya.
" Ngga kok, santai." balas Amel.
Runa tebak gadis bernama citra itu bukan berasal dari sekolahnya. Terlihat jelas dari seragambmnya yang berbeda.
" Yuk masuk buruan, sebelum ada yang tau." ajal Amel cepat buat masuk ke dalam mobil.
Runa dan Cika duduk di bangku belakang sedangkan Amel yang menyetir dengan citra di sampingnya. Yang pertama kali di antar tentu runa karena jarak rumahnya yang berlawanan arah.
Sampai di rumah runa langsung ke atas untuk mandi agar tubuhnya kembali sebelum menjalankan misi besar. Rumahnya sepi karena tadi pagi Hendra dan Laras memberitahu runa akan menjenguk neneknya yang masih di rumah sakit.
Jadilah sekarang ia hanya bersama para pelayan di rumah. Entah kapan kedua orangtuanya itu balik.
***
Malam hari
~Butterfly klub~
Runa membaca nama tempat yang terpampang jelas di pintu masuk.
" Ini yakin kita masuk?" tanya runa sedikit ragu. Sejak dulu ia tidak pernah menginjakkan kakinya di tempat haram ini.
Dengan kompak Amel dan cika menganggukan kepalanya. Mereka sudah siap dengan rencana yang matang. Demi tuhan runa sangat berharap Hendra dan Laras tidak tau jika ia sampai di tempat yang paling terlarang bagi keluarganya.