Shin adalah siswa jenius di Akademi Sihir, tapi ada satu masalah besar: dia nggak bisa pakai sihir! Sejak lahir, energi sihirnya tersegel akibat orang tuanya yang iseng belajar sihir terlarang waktu dia masih di dalam kandungan. Alhasil, Shin jadi satu-satunya siswa di Akademi yang malah sering dijadikan bahan ejekan.
Tapi, apakah Shin akan menyerah? Tentu tidak! Dengan tekad kuat (dan sedikit kekonyolan), dia mencoba segala cara untuk membuka segel sihirnya. Mulai dari tarian aneh yang katanya bisa membuka segel, sampai mantra yang nggak pernah benar. Bahkan, dia pernah mencoba minum ramuan yang ternyata cuma bikin dia bersin tanpa henti. Gagal? Sudah pasti!
Tapi siapa sangka, dalam kemarahannya yang memuncak, Shin malah menemukan sesuatu yang sangat "berharga". Sihir memang brengsek, tapi ternyata dunia ini jauh lebih kacau dari yang dia bayangkan!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arifu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perjalanan yang tak terduga
Waktu terus berjalan, dan sudah beberapa hari sejak Shin jatuh koma setelah pertarungan yang mengerikan dengan Dewa Naga Kegelapan. Meskipun tubuhnya tidak bergerak, ada sesuatu yang tetap terasa hidup di dalam dirinya—sebuah kekuatan besar yang belum bisa dipahami sepenuhnya.
Leo duduk di sisi ranjang Shin, matanya terpaku pada wajah temannya yang pucat. Setiap detik yang berlalu terasa lebih berat. Hatinya diliputi kecemasan yang mendalam. "Shin, saya tidak bisa membiarkanmu begini... Anda harus bangun," katanya dengan lembut, meskipun nada suara itu terdengar penuh keraguan. Namun, ada keteguhan yang tersembunyi dalam kata-katanya.
Di luar ruangan, suara langkah kaki terdengar mendekat, langkah yang tenang dan mantap. Alaric, sang guru terbaik Akademi Sihir, muncul di ambang pintu dengan ekspresi serius. "Leo, kita perlu berbicara," katanya dengan suara rendah namun penuh wibawa, seolah-olah setiap kata yang keluar dari mulutnya memiliki kekuatan.
Leo mengangkat wajahnya, terkejut. "Ada apa, Alaric?"
Alaric melangkah masuk, menutup pintu dengan pelan, dan duduk di kursi di dekat Shin. "Ada hal yang perlu kamu ketahui, Leo," katanya, matanya tidak pernah lepas dari tubuh Shin yang terbaring lemah. "Shin bukanlah sembarang pemuda. Kekuatan yang ada dalam dirinya lebih besar dari yang kita duga."
Leo menatap Alaric dengan tatapan tajam, lebih fokus pada kata-kata yang keluar dari mulut sang guru. "Apa maksud Anda, Alaric? Shin sudah berusaha dengan segenap tenaga, dan meskipun kekuatannya luar biasa, saya yakin dia bisa bangun. Saya tidak akan membiarkan dia jatuh begitu saja."
Alaric mengangguk pelan, menatap ke arah jendela sejenak sebelum kembali berbicara. "Saya tahu, Leo. Kamu tidak akan menyerah begitu saja. Tetapi, apa yang terjadi di pertarungan melawan Dewa Naga Kegelapan... itu lebih dari sekadar pertarungan biasa."
Leo terdiam, merasakan ada sesuatu yang lebih besar dari sekadar pertarungan fisik. "Apa yang Anda maksudkan? Shin berhasil mengalahkan Dewa Naga Kegelapan, bukan? Bukankah itu sudah cukup membuktikan betapa kuatnya dia?"
Alaric menatap Leo dengan mata yang penuh kebijaksanaan, seolah ingin memastikan bahwa Leo benar-benar memahami konsekuensi dari apa yang terjadi. "Mengalahkan Dewa Naga Kegelapan adalah sebuah prestasi besar, memang. Namun, itu juga menunjukkan betapa berbahayanya kekuatan yang ada dalam dirinya. Shin... Shin adalah pemuda yang terpilih. Kekuatan sihirnya bukanlah kekuatan biasa. Itu adalah kekuatan yang telah membunuh para penyihir legendaris di masa lalu."
Leo tercengang. "Maksud Anda, Shin bisa menjadi ancaman bagi kita semua?"
Alaric menggelengkan kepalanya, suaranya tetap tenang namun penuh perhatian. "Bukan hanya kita. Dunia ini. Kekuatan Shin bukan sesuatu yang mudah untuk dikendalikan. Dan jika dia tidak dapat mengendalikan kekuatannya, dia bisa menjadi bencana besar. Kamu tahu apa yang terjadi ketika seseorang tidak mampu mengendalikan energi sihir yang begitu kuat."
Leo merasakan cemas yang tiba-tiba melanda hatinya. "Tapi... Shin tidak bisa seperti itu, kan? Dia teman saya. Saya tahu dia tidak akan membiarkan kekuatannya menghancurkan semua orang."
Alaric menghela napas panjang, tampak berpikir sejenak sebelum menjawab. "Shin memiliki kemampuan yang luar biasa, dan itu adalah anugerah besar. Namun, dia juga harus belajar untuk mengendalikan kekuatannya. Jika dia tidak bisa, dunia ini akan menghadapi konsekuensi yang lebih besar dari yang bisa kita bayangkan. Itu adalah tanggung jawab yang harus kita bantu bimbingkan."
Leo menggigit bibirnya, merasa cemas sekaligus terhimpit oleh tekanan besar yang ada di depan mereka. "Lalu, apa yang harus kita lakukan? Apa yang bisa saya lakukan untuk membantu Shin?" suaranya sedikit bergetar, meskipun dia mencoba tetap tenang.
Alaric menatap Leo dengan tatapan penuh keyakinan. "Kamu sudah melakukan yang terbaik, Leo. Kamu adalah teman yang baik bagi Shin. Tapi sekarang, kita harus memastikan bahwa dia bisa mengendalikan kekuatannya. Itu akan menjadi perjalanan yang panjang dan sulit."
Leo mengangguk, matanya berkaca-kaca, namun dia mencoba menahan emosinya. "Saya akan membantu Shin. Apa pun yang diperlukan."
Di luar, langit tampak semakin gelap, seolah-olah menyimpan sesuatu yang menakutkan di balik awan yang tebal. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Yang jelas, ancaman yang lebih besar sedang mendekat.
Sementara itu, di luar Akademi, kabut hitam mulai menyelimuti dunia di sekitar mereka. Sosok-sosok misterius muncul dari dalam bayang-bayang, bergerak cepat dan tanpa suara. Satu di antaranya, mengenakan jubah panjang berwarna hitam, tampaknya tahu persis apa yang terjadi di dalam Akademi. Dia berhenti di depan gerbang utama, dan mengangkat tangannya. Sebuah kekuatan gelap mulai berkumpul di udara di sekitar mereka.
"Semua sudah sesuai rencana," kata suara yang dalam dan mengerikan. "Shin tidak akan bisa menghindari nasibnya. Kekuatan yang ada dalam dirinya akan membuka jalan bagi kami."
Di dalam ruangan, Leo berdiri di sisi Shin, menggenggam tangannya dengan penuh harapan. "Saya akan melindungimu, Shin. Kami akan menemanimu melalui semua ini," bisiknya.
Di luar, langit yang gelap tampak semakin menakutkan, seolah menunggu sesuatu yang lebih buruk untuk terjadi. Dunia ini sedang berada di ambang kehancuran, dan Shin adalah kunci yang akan menentukan takdir mereka semua.