Istri Kedua Pria Lumpuh

             "Tumben tuan jam segini buru buru pulang"? ucap Johan sambil menyiapkan kebutuhan Raka di kamar nya.

         " Aku hanya ingin istirahat saja"

Badan terlihat segar setelah mandi dan menganti baju.

         "Apa ada yang perlu disiapkan lagi tuan"?

         " Tidak perlu, biar nanti Rania yang menyiapkan.

         " Bail tuan, kalau begitu saya permisi "

Johan meninggalkan tuan nya yang sedang santai bersandar di sofa kamar nya.

Hampir satu jam Raka duduk di sofa itu, namun Rania tak kunjung datang.

          "Ngapain saja dia, kenapa belum juga pulang"! gerutunya.

   Cekrek..

          " Astaga"!

Rania terperanjat kaget, melihat Raka duduk bersandar di sofa.

          "Kemana saja kamu"?

           "Dari mall tuan"!

Raka mengamati Rania dari ujung kaki hingga ujung kepala, ia terlihat berbeda.

Rania terlihat begitu segar.

           " Kemarilah"!

Raka menghirup aroma tubuh Rania yang sangat wangi. Membuat sesuatu di bawah sana berontak ingin keluar.

         "Ah,, soal" batin Raka.

         "Habis dari mall kamu kemana saja"?

     " Maaf tuan, saya cuma dimall selama dua jam"

     "Berarti dia habis dari salon, tapi kenapa kartu yang aku beri tidak dipakai"

Rania masih berdiri mematung, takut Raka akan marah.

Raka menarik tangan Rania hingga gadis itu jatuh di pangkuan nya.

Rania yang tak menduga akan perlakuan Raka hanya bisa membeku.

        "Jangan memberinya apa pun yang aku lakukan" bisik Raka.

Hembusan nafas Raka bisa Rania rasakan, hingga membuat bulu Rania terasa berdiri.

Raka mendekatkan bibir nya pada Rania,

   Cup

Raka mengecup bibir Rania. Seketika mata Rania langsung membulat terkejut.

Raka menarik Rania lebih dekat ke dalam pemukaan nya.

           "Jangan memberontak"

Wira melumat bibir Rania dengan lembut, lama lama pangutan keduanya semakin dalam.

Rania semakin terbuai, nafas Rania tersengal sengal.

         "Bernafas lah"

Setelah memberikan sedikit waktu untuk Rania bernafas, Raka kembali menarik tekuk Rania dan menyusuri seluruh lidah Rania.

Tangan Raka pun tak bisa diam, ia mulai bergulirnya kemana manamana.

Menyentuh apa saja yang membuat nya candu.

Bahkan Raka meningalkan beberapa tanda di leher Rania.

 Raka melepaskan pangutan nya, ia tersenyum saat mengetahui Rania begitu kaku.

Raka yakin ini adalah pengalaman pertama bagi Rania .

Wajah Rania merah merona, ia begitu tersipu ingin sekali rasanya ia bersembunyi menghilang dari pandangan Raka.

  Pagi hari nya, Rania harus melakukan aktivitas seperti biasa nya.

Ya itu melayani semua kebutuhan Raka, mulai dari mandi, ganti baju dan menyiapkan keperluan ke kantor.

Setelah Raka sudah siap, giliran Rania yang bersiap untuk mandi.

cekrek..

Raka dan Rania menoleh ke arah pintu.

"Aku sudah bang jika masuk ke kamar ku harus ketuk pintu dulu" bentak Raka.

"Aku kan istri mu sayang"

"Aku tidak perduli, siapa pun yang masuk kesini harus ketuk pintu dan seijin ku"

"Sayang jang begitu"

Gea langsung mendekat ke arah Raka.

"Mau apa kamu kesini"?

" Sayang, kenapa kamu sekarang berubah. kenapa tidak selembut dulu, apa semua ini gara gara gadis itu"? Gea menunjuk ke arah Rania yang masih berdiri di belakang Raka.

"Apa kamu ingin dia pindah kamar, lalu kamu yang ada di kamar ini melayani ku setiap saat"

Raka tersenyum dan nada nya melembut.

"Mmmmm.... mmmmm... bukan begitu sayang"

"Bukan nya kamu iri dengan Rania yang bisa kapan saja masuk kamar ku"? kamu juga bisa mengantikan dia disini kalau kamu mau"

"Eemmmm,,, tidak sayang"

"Lantas kenapa kamu protes"

"Aku cuma merasa kamu tidak adil saja, kenapa aku harus ijin dulu untuk masuk ke kamar suami ku sendiri, sedangkan dia tidak"!

" Kenapa"?

"Aku cemburu sayang"

"Haa.. ha.. ha...

Untuk apa kamu cemburu, aku juga tidak bisa menyentuh nya. aku juga lumpuh tidak bisa melakukan apa apa padanya"

Gea tersenyum bahagia mendengar ucapan Raka"

Sementara Rania, ia justru teringat dengan kejadian kemarin. kejadian dimana Raka bisa melakukan apa apa pada Rania.

"Sayang kapan kamu sembuh? aku rindu sentuhan mu"

"Kamu sabar saja"

"Tapi aku sudah tidak sabar" rengek Gea.

Raka hanya tersenyum tipis.

"Suatu saat aku pasti sembuh. sekarang sebaiknya kamu jalan jalan saja, aku akan transfer uang ke rekening mu"

Gea kegirangan bahagia.

"Keluar lah, sebentar lagi aku juga keluar"

"Sayang, terima kasih banyak kamu memang selalu memanjakan ku" ucap Gea sambil melirik sinis ke arah Rania.

"*Ternyata dia masih cinta dengan ku" batin Gea*.

Gea pun segera pamit untuk pergi.

Cup

Gea mengecup pipi Raka sebelum meningalkan kamar Raka.

Setelah kepergian Gea, Rania masih mematung di belakang Rak.

"Ngapain kamu masih berdiri disitu, kamu mau telat kuliah" bentak Raka.

Rania terperanjat kaget, ia segera berlari masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Gea masuk ke dalam lift untuk segera turun, dia masuk ke kamar langsung menyambar HP dari dalam tas untuk menghubungi seseorang.

"Ayo kita bersenang-senang, aku tunggu di restoran biasa" ia menutup panggilan telepon nya.

Gea segera pergi menemui seseorang.

Di sebuah hotel mewah, sepasang kekasih sedang memadu cinta. Suara desahan mengema di dalam ruangan itu.

"Ayo sayang"

"Tahan sayang"

"Sebentar lagi"

"Ayo sayang"

"Iya sayang"

Suara mereka terengah-engah sehabis bergulung panas.

"Kita habiskan hari ini untuk bersenang-senang sayang"

"Pasti"

"Bagaimana dengan laki laki lumpuh itu"

"Pria itu begitu bodoh, dia kira aku benar-benar mencintai nya. mana ada wanita yang betah hidup dengan pria lumpuh seperti dia yang tak guna. ingin rasanya aku berpisah dari nya, aku sudah gak tahan sayangnya" ujar Gea.

"Tunggal sebentar lagi sayang, pria itu tidak lama lagi pasti akan hancur. Aku yakin obat itu sebentar lagi akan membuat nya semakin menjadi pria tak berguna. dengan begitu kita bisa menguasai semua harta nya" ujar pria itu.

"Baik lah sayang"

Keduanya merebahkan tubuh nya di atas ranjang panas itu. dan kembali bermain main hingga berulang-ulang kali.