Jika tak percaya adanya cinta pada pandangan pertama, Rayyan justru berbeda, karena semenjak melihat Mbak Tyas, dia sudah langsung menjatuhkan hati pada perempuan cantik itu.
Dan dia Rayyan Asgar Miller, yang jika sudah menginginkan sesuatu dia harus mendapatkannya dengan cepat.
"Ngapain masih ngikutin? Kan tadi udah aku bayarin minumannya tah!?"
"Bayarannya kurang Mbak!" Rayyan menyengir lalu menunjukkan sebelah pipinya. "Kiss sepuluh kali dulu, baru aku anggap impas."
"Astaghfirullah!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DB DUA
"Kamu ini penjahat ya?!"
Tyas melampiaskan amarahnya pada dada bidang Rayyan yang pasrah menerima. Tak ayal, perempuan itu baru saja mendapatkan pengkhianatan dan tiba-tiba saja pemuda asing meminta kiss padanya.
"Kenapa semua cowok sama ajah?! Sudah aku bilang aku nggak mau ciuman sebelum halal, aku mau jadi istri dulu baru mau!" racau Tyas sambil menangis.
Kemarin, kemarin, dan kemarinnya lagi Ervan terus meminta bukti cintanya. Menginginkan keperawanannya, bahkan sebelum menikah.
Sekarang, Ervan selingkuh, mungkin alasannya tidak jauh dari itu. Karena Tyas tak mau memberikan tubuh sebagai baktinya.
Ternyata di mana mana cowok sama saja, hanya kiss dan seputar itu yang mereka mau, termasuk pemilik wajah tampan ini.
"Kalian pikir cewek itu budak napsu kalian para cowok apa hah?!" teriak Tyas histeris.
Hal yang membuat Rayyan akhirnya memeluk gadis itu. Tidak, itu terjadi sebentar sebelum dua anak lelaki, kira kira masih SMP kelas tiga menghampiri keduanya dengan gugup.
"Mbak?!"
"Mbak Tyas!"
Tyas menatap kaget dua pemuda itu, salah satu dari mereka ada Dimas, adik kandung Tyas dari Semarang, tapi kenapa bocah ini bisa ada di kota ini?
"Loh, kalian kok di sini?" tanyanya.
"Kita disuruh nyusul Mbak, di rumah Bapak manggil manggil Mbak terus, makanya Dimas disuruh ngikutin Mbak pagi tadi, tapi Mbak malah nggak denger panggilan Dimas!"
Tyas menyesalinya, bagaimana jika terjadi apa apa dengan dua bocah ini? Tyas dengan lembut memeluk adiknya. "Maafin Mbak."
Dimas menatap Rayyan yang kelihatannya kenal dekat dengan kakaknya. "Ini pacar Mbak Tyas ya?"
"B-buk..." Belum selesai bicara Tyas, Rayyan sudah lebih dulu menimpalinya. "Saya memang pacar Mbak kalian, kenapa?"
Tyas mendelik, apa apaan ini? Kenal saja tidak, tiba-tiba mengaku pacarnya. Jelas Tyas terus menggeleng menepisnya.
"Wah, Bapak pasti seneng banget ee punya mantu ganteng begini!" Dimas tampak sumringah melihat calon iparnya setampan aktor terkenal di Jakarta.
"Buk..." Tyas ingin mengatakan tidak, tapi lagi lagi Dimas menyerobot cepat. "Ya udah Mbak, cepetan pulang, biar Bapak sembuh bisa liat pacar Mbak sekarang!"
Karena tujuan Tyas ke sini untuk membujuk Ervan agar mau melamarnya, dia perlu menikah demi memenuhi keinginan terakhir sang ayah. Tapi apa, Ervan berkhianat.
"Bapak sakit apa?" Rayyan penasaran, kalau sebegitu takutnya anak lelaki itu mencari Mbak nya, mungkin penyakit ayah mereka memang lumayan parah.
"Paru kronis, Mas!" jawab Dimas. "Makanya dia merasa hidupnya sudah nggak lama lagi, sekarang, Mas ganteng mau ya dateng ke rumah kami buat lamar Mbak Tyas."
"Iya Mas. Biar Bapak temen saya seneng, kasihan," imbuh pemuda di sebelah Dimas, namanya Fakhri Ramadhan yang ikut ikutan memasang wajah memelas.
"Kalian apa-apaan sih?" Tyas ingin bicara, tapi tidak pernah memiliki kesempatan yang baik.
Pertama, dia bingung harus bicara dari mana dahulu, karena kenyataannya Ervan sudah tidak mungkin dia bujuk datang ke Semarang untuk menikahinya.
Dua, Tyas malu karena sudah menghabiskan cukup uang yang seharusnya bisa dipakai untuk berobat Bapak hanya demi menyusul Ervan dan memberikan kejutan pada pria yang ternyata tidak pantas diperjuangkan.
"Tunggu apa lagi?" Rayyan menarik lengan Tyas, mereka lantas berjalan beriringan menuju jalan raya. "Rumah kalian di mana?"
"Semarang, Mas. Masa Mas lupa asal usul pacarnya sendiri tah?" Dimas cekikikan ala anak seumurannya.
Rayyan sempat terbengong, jadi gadis bodoh ini sudah jauh-jauh datang dari Semarang hanya untuk menemui kekasih yang sedang berkencan dengan wanita lain?
Padahal dilihat dari mukanya, wanita itu wanita baik- baik, cantik, berpakaian sopan, bicaranya lembut, juga memiliki banyak keunggulan lain yang entah kenapa bagi Rayyan begitu menarik.
Sedari sebelum Tyas mendatangi mejanya, Rayyan sudah memantapkan tatapan ke arah wanita itu. Dan dia merasa pertemuan mereka bukan hanya kebetulan saat Tyas memilih untuk berpura- pura mendatangi mejanya.
"Dimas, dia ini bukan pac..."
"Kita pake kereta mau?" pangkas Rayyan.
Geram membuat Tyas nekad menarik Rayyan untuk bicara empat mata tanpa Dimas.
Rayyan tampak menyukainya, bisa dilihat dari senyum tipis yang dia kembangkan. Senyum yang bagi Tyas mirip para tokoh di film psikopat.
"Masnya, kamu ini siapa saya nggak kenal ya Mas, jadi tolong jangan ikut campur urusan saya ya Mas, please!" Tyas menyatukan dua tangannya memohon.
"Kamu lupa, aku pacar kamu!"
"Sejak kapan!?"
"Hari ini!" putus Rayyan.
Tidak ada yang kebetulan di dunia ini, sedari pertama kali melihat, Rayyan suka wanita itu, lalu apa salahnya jika dia memutuskan untuk menjadi pacarnya? Lagi pula, pacar Mbak Mbak ini juga berkhianat. Sudah tidak pantas lagi diharapkan.