menceritakan tentang seorang gadis yang berpindah ke dunia asing yaitu dunia kultivasi.
seperti apa kelanjutannya silahkan di baca
maaf sebelumnya banyak typo berterbangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sunali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 28
Keesokan harinya, saat sang Yara membuka matanya kembali, hal pertama yang dilihatnya adalah sepasang mata emas yang menatapnya dengan sendu.
Sang Yara tahu betul apa arti tatapan itu. Ingatannya hampir pulih seutuhnya. Kini, ia tidak lagi memandang pria di hadapannya sama seperti saat pertama kali mereka bertemu.
Namun, dia pun bingung harus bereaksi seperti apa, sebab...
Ingatannya mengungkapkan kenyataan bahwa ia dan Long Shen adalah sepasang suami istri. Bukan sekadar pasangan biasa, tetapi pasangan suami istri Surga. Tubuh dan jiwa mereka terikat satu sama lain.
Sampai kapan pun, di kehidupan masa lalu, masa kini, dan masa depan, mereka akan selalu menjadi pasangan. Sebab, jika salah satu dari mereka berkhianat, hukuman Surga akan berlaku.
Bukan hanya tubuh, bahkan jiwa pun akan ikut hancur.
Setelah terdiam beberapa saat, sang Yara akhirnya memecahkan keheningan.
"Aduh... perutku!"
Benar saja, Long Shen langsung teralihkan dan menjadi khawatir kembali.
"Ra'er, apa yang terjadi?" tanya Long Shen cemas.
"Em, aku lapar," ucap sang Yara sambil tersenyum.
Long Shen: "..."
Mendengar keluhan gadisnya, Long Shen langsung berteriak ke arah luar, "Yingzi Yi!"
Dalam sekejap, muncul seorang pria berbaju hitam yang langsung memberi hormat dan berlutut dengan satu kaki.
"Apa perintah Yang Mulia?"
"En, ambilkan makanan segar untuk Nyonya."
Yi tidak terkejut dengan ucapan Long Shen. Dia tahu betul bahwa Tuan mereka tidak pernah main-main, dan Yi sendiri adalah orang yang sangat rasional.
"Baik, Yang Mulia," ucap Yi, lalu berbalik pergi.
Sementara itu, saat mendengar dirinya disebut sebagai Nyonya, wajah sang Yara memerah. Dia langsung memelototi Long Shen sambil mencubit lengannya.
"Apa? Bukankah kita suami dan istri? Mengapa Ra'er marah dan malu?" ucap Long Shen menggoda.
Jika bukan karena usia tubuhnya saat ini, Long Shen pasti sudah menerkam gadis kecil di hadapannya ini.
"Heeh, benar-benar melon yang belum matang," keluh Long Shen dalam hati.
Tak butuh waktu lama, Yi kembali dan menyerahkan interspatial ring kepada Long Shen, lalu menghilang. Long Shen mengeluarkan meja kecil dari cincin itu, menata makanan di atasnya, dan meletakkannya di samping tempat tidur sang Yara.
Melihat begitu banyak makanan mulai dari sup, daging, hingga buah-buahan perut sang Yara semakin membuncah.
"Gruuuk... grukk..."
Mendengar suara itu, sang Yara hanya bisa tersenyum kaku. Long Shen, yang sudah paham, mulai menyuapi gadis kecilnya itu tanpa canggung.
Awalnya sang Yara merasa sedikit kaku, tetapi setelah mendapatkan sebagian ingatannya, ia merasakan keakraban dari masa lalu. Hal seperti ini rupanya sudah sering mereka lakukan sebagai pasangan.
Setelah sesi makan selesai, Long Shen menyimpan peralatan makan ke dalam interspatial ring dan menyerahkan saputangan putih kepada sang Yara untuk membersihkan mulutnya.
Sang Yara kemudian berkata bahwa ia harus kembali ke kediaman tuannya untuk menyelesaikan pelajaran Array.
Mendengar hal ini, wajah Long Shen langsung kusut. Ia ingin protes, tetapi sang Yara segera menyela, "Aku tahu apa yang kamu pikirkan. Namun, di kehidupan ini, aku ingin menikmati kehidupan sebagai manusia fana dan mencapai puncak dengan kekuatanku sendiri. Setelah kekuatanku cukup, mari kita kembali ke Alam Atas, bagaimana?"
Setelah merenung sejenak, Long Shen menganggukkan kepala tanda setuju.
Senang dengan persetujuan suaminya, sang Yara spontan memeluk dan mengecup bibir Long Shen singkat.
"Cup. Terima kasih, suamiku," ucapnya dengan nada nakal.
Sebelum Long Shen sempat merespons, Yara sudah menghilang.
---Membanting pintu kediaman, lalu Patriarch Yun berteriak,
"Xiao'Tu, awasi tuan kecilmu di mana pun dan kapan pun, dan laporkan segera padaku!!!"
Yara: *_*
Mendengar teriakan sang Tuan, sang Yara berpikir, Sepertinya aku harus melakukan hal lain selain merusak isi Akademi ini. Ia pun segera berlari pergi.
"Tentu saja hanya bercanda! Siapa yang mau mengalami penyiksaan bersama Xiao'Tu," pikir Yara sambil berlari.
Masih ingat Xiao'Tu? Itu adalah hewan peliharaan Patriarch Yun, seekor Beast Sigung yang jika kentut akan mengeluarkan asap hijau yang membuat orang pingsan.
Setelah cukup berlari, sang Yara memutuskan untuk kembali ke asramanya dan memasuki Dunia Kecilnya.
Namun, saat ini Jade Slip milik sang Yara yang berada di interspatial ringnya bergetar, menandakan bahwa ada informasi yang masuk.
Jade Slip adalah sebuah token yang bisa menyimpan atau merekam informasi dan juga digunakan sebagai pengirim pesan.
Sang Yara mengambil Jade Slipnya dan menyuntikkan energi spiritual ke dalamnya untuk membaca pesan yang masuk.
Pesan itu berasal dari Li'Mei:
"Tuan Muda, sesuai dengan perintah Tuan Muda kepada J'08, mereka menemukan lokasi penyusup di dalam Hutan Kabut di lingkar kedua. J'08 mendapati lubang gua yang panjang di lingkaran kedua, tetapi untuk masuk ke sana diperlukan sebuah token. Jadi, J'08 menunggu arahan dari Tuan Muda untuk rencana selanjutnya."
Yara segera mengirimkan balasan:
"Ikuti salah satu dari mereka saat keluar dari gua, kemudian culik salah satunya. Bunuh dan gantikan mereka untuk menyusup. Kirim J'03 untuk menjadi penyusup, ya."
Tak lama kemudian, balasan dari Li'Mei tiba:
"Baik, Tuan Muda. Akan kami laksanakan."
Setelahnya, Yara menyimpan kembali Jade Slipnya dan berjalan masuk ke kamar asramanya.
Memasuki Dunia Kecil, Yara memutuskan untuk pergi ke ruang kultivasi di tingkat bawah. Tiba di depan sebuah pintu berwarna-warni, sang Yara memasuki Ruang Kultivasi Elemen Air.
Sesampainya di dalam ruangan yang kaya akan elemen air, elemen air dalam tubuhnya mulai berontak, ingin menyatu dengan aura di sekitarnya.
Menyadari hal itu, sang Yara melepaskan elemen airnya. Benar saja, seperti seorang anak kecil yang menemukan mainan kesukaannya, berbagai buliran air melayang-layang di udara dan berputar di sekitarnya.
Tanpa menunggu lama, Yara mulai bermeditasi, menyerap dengan rakus elemen air yang ada di dalam ruangan tersebut.
Waktu berlalu dengan cepat. Sang Yara telah menyerap 20% aura di dalam ruangan itu. Cahaya biru muda menyala-nyala di tubuhnya, menandakan tingkat elemen airnya meningkat pesat.
Setelah membuka matanya, senyum puas terlihat di wajah cantiknya. Saat ini, elemen air dalam tubuhnya telah seimbang dengan elemen api.
Namun, Yara tidak berhenti di situ. Ia melangkah memasuki Ruang Elemen Es.
Saat memasuki ruangan tersebut, seketika bulu kuduknya berdiri karena suhu ruangan yang sangat dingin. Namun, tak mau ambil pusing, seperti elemen air sebelumnya, elemen es dalam tubuh sang Yara pun langsung keluar, bermain riang di dalam ruangan itu.
Memosisikan tubuh dengan postur lotus, sang Yara kembali bermeditasi.
Dua jam berlalu, sang Yara pun berhasil menyerap sebagian besar aura yang berada di dalam ruangan itu.
Yara pun mengulangi hal yang sama hingga mencapai ruangan terakhir, yaitu Elemen Cahaya.
Saat memasuki ruangan tersebut, ia merasa seluruh tubuhnya seakan dibaptis dengan aura yang suci. Sensasi itu membuat pembuluh darahnya menjadi rileks. Memasuki lebih dalam, ruangan itu hanya berupa ruang putih bercampur keemasan. Di tengah ruangan, Yara mulai bermeditasi.
Seiring waktu, tubuh sang Yara mulai memancarkan cahaya putih keemasan. Rambut hitamnya berubah menjadi warna perak keemasan, dan bola matanya yang semula gelap kini menjadi biru muda bersinar dengan lingkaran emas di dalamnya. Cinabar di dahinya pun mengeluarkan aura yang agung.
Tubuhnya juga berubah menjadi tubuh dewasa, menampilkan lekuk tubuh seorang wanita yang sangat ideal. Gaun yang ia kenakan menghilang tanpa menyisakan sehelai benang pun.
Jika saja ini terjadi di tempat terbuka, siapapun yang melihatnya pasti akan mimisan atau bahkan pingsan. Bagaimana tidak? Sang Yara dalam mode dewasa ini bak Dewi yang turun dari kayangan.
Namun, ada hal yang lebih mengejutkan dari perubahan bentuk tubuhnya. Kedua telinga Yara kini berubah menjadi sedikit lancip, dan sepasang sayap berwarna putih dengan pola emas muncul di punggungnya.
*Sangat cantik!*
Inilah bentuk asli sang Yara. Menyadari perubahan tubuhnya, Yara merasa sedikit bingung dan penasaran. Ia menutup matanya dan seketika menghilang, muncul kembali di kamar asramanya. Melangkah ke kamar mandi, ia memandang bayangannya di cermin dan terkejut.
“Ini… ini peri? Apakah aku seorang peri?” gumamnya.
Namun, dari memori yang ia miliki, ia adalah seorang Dewi dari Dunia Atas. “Lalu, mengapa aku menjadi seorang peri? Mungkinkah ini karena tubuh fana ini… dan darah dari Ibu?”
Jika benar, itu berarti Yara memiliki darah peri.
Setelah puas mengagumi kecantikannya, Yara tersadar dan mulai panik. “Tidak, aku tidak bisa seperti ini. Bagaimana nanti aku bertemu orang lain?”
Saat sedang berpikir, suara Xiao’Bai terdengar, “Tuan, apa yang terjadi pada Anda?”
Berbalik, Yara melihat dua bola kecil berbulu yang berlumuran lumpur terperangah melihat penampilannya.
“Ya Dewa, aku mengira Wawa adalah Dewi tercantik di Alam Atas, tapi Tuan sekarang jauh lebih cantik! Ini sangat cantik!” seru keduanya serempak.
“Tuan,” lanjut Xiao’Zi, “saya merasakan aura suci seorang Ratu. Ini adalah aura yang sama seperti Ratu elf yang pernah saya temui di Hutan Kabut.”
“Tuan, apakah Anda keturunan langsung dari Ratu elf? Saya pernah melihat lukisan Ratu elf di ruang tamu dan itu sangat mirip dengan Anda. Perbedaannya hanya, saat bertemu Xiao’Zi, wanita itu memiliki sayap emas, tanda statusnya sebagai seorang Ratu elf.”
Mendengar penjelasan itu, Yara berpikir, "Mungkinkah nenek ‘An adalah Ratu elf? Apakah dia tidak menghilang atau meninggal, melainkan kembali ke Alam Peri?"
Banyak pertanyaan muncul di benaknya, tetapi kepada siapa ia harus bertanya? Ia memutuskan untuk menunggu kembalinya ayah, ibu, dan kakeknya untuk mendapatkan jawaban.
Setelah merenungkan semua yang dialaminya, Yara berbalik dan bertanya kepada kedua bola berbulu itu yang sedang berendam nyaman di bathtub miliknya.
“Bagaimana cara menghilangkan sayap di punggungku? Kalau tidak, aku tidak akan bisa memakai pakaian.”
Ia benar-benar frustrasi dan hampir menangis saat itu.
Melihat ekspresi sang Tuan, kedua bola bulu itu ingin menertawakannya, tetapi mereka menahan diri.
“tuan,” ujar Xiao’Zi, “Anda hanya perlu memakai pakaian, maka sayap itu akan spontan menghilang dan muncul kembali saat dibutuhkan. Namun, jika Tuan ingin menghilangkannya sepenuhnya, cukup gunakan indra spiritual Anda untuk memerintahkan dengan akal sehat, maka sayap itu akan menghilang.”
“Baiklah kalau begitu,” balas Yara.
Ia segera berkonsentrasi untuk menghilangkan sayapnya. Benar saja, sayap itu menghilang dengan sendirinya. Untuk memastikan tidak muncul tiba-tiba, Yara mencoba lebih dari 10 kali hingga ia benar-benar yakin.
Setelah itu, ia mengenakan jubah putih polos, lalu keluar dari Istana Kecilnya. Yara berencana menikmati waktu duduk di tepi kolam spiritualnya.
Beberapa saat kemudian, kedua bola bulu itu keluar setelah membersihkan diri. Mereka berlari ke pelukan sang Tuan. Melihat penampilan Yara, mereka kembali teringat pada Wawa di masa lalu.
Namun, mereka menyadari jiwa yang berada di hadapan mereka adalah jiwa yang sama dengan Wawa di masalalu. Bagi mereka, itu tidak masalah. Menggelung manja di pelukan sang Tuan, ini adalah momen yang telah mereka rindukan sejak lama.