Tuhan menciptakan rasa cinta kepada setiap makhluknya. Jika cinta itu tak bersambut atau tak terbalaskan, apakah itu salah cintanya?
Akankah sebuah hubungan yang terlalu rumit untuk di jelaskan akan bisa bersatu? Atau....hanya mampu memiliki dalam diam?
Hidup dan di besarkan oleh keluarga yang sama, akankah mereka mengakhiri kisah cintanya dengan bahagia atau....menerima takdir bahwasanya mereka memang tak bisa bersatu!
Mak Othor receh datang lagi 👋👋👋👋
Rishaka dll siap menarik ulur emosi kalian lagi 🤭🤭🤭
Selamat membaca ✌️✌️✌️
Kalau ngga suka, skip aja ya ✌️ jangan kasih rate bintang 1
makasih 🥰🥰🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ibu ditca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 08
Shaka berhenti di depan sebuah rumah yang berpagar hitam. Tak lama kemudian, sesosok gadis cantik dengan rambut panjang di bawah bahu menghampirinya.
"Hai, belom lama kan?", tanyanya.
Shaka menggeleng dan tersenyum.
"Udah ijin sama mami Lo?", tanya Shaka.
"Udah, santai aja!", jawabnya sambil duduk di samping Shaka.
"Mau nonton lagi?", tanya Shaka.
Cyara terkekeh mendengar pertanyaan Shaka.
"Memangnya kalau hangout harus nonton, ngga kan?", tanya Cyara balik.
"Heheh iya sih, jadi...ke mana kita?", tanya Shaka.
"Ada pameran buku sih Gr*****. Tertarik?",tanya Cyara.
Shaka melihat pergelangan tangannya. Jam sepuluh lewat beberapa menit.
"Boleh juga! Habis itu tinggal makan siang di salah satu resto, masih punya kerabat kakak iparku juga sih!"
"Oh ya? Ya udah, habis dari pameran kita makan siang di sana!"
Mobil Shaka pun melesat menuju ke tempat pameran buku. Banyak sekali penulis-penulis hebat yang menelurkan berbagai judul dan genre.
Kebetulan, Cyara penikmat novel. Jadi ia sangat menyukai aktifitas membaca selagi senggang.
"Ini...bagus! Dari sinopsisnya menarik!", kata Cyara menunjukkan salah satu buku pada Shaka.
"Huum!", gumam Shaka sambil membaca ringkasannya. Keduanya kembali berjalan mengitari ruangan itu yang cukup ramai. Mungkin memang masih banyak yang minat dengan novel atau buku cetak meski banyak sekali berseliweran yang online. Tapi kembali lagi, semua tergantung selera ya ...
Shaka dan Cyara berpisah. Gadis itu mencari novel romance sedang Shaka hanya iseng-iseng membaca judulnya.
Matanya tertuju pada sebuah judul yang cukup menggelitik pandangannya.
Salahkah aku mencintainya?
Shaka meraih buku itu dan membaca sinopsisnya. Buku itu berisi curahan hati seorang adik laki-laki yang mencintai kakak tirinya.
"Astaghfirullah....memang cuma tulisan, tapi kalau benar-benar terjadi...sungguh keterlaluan!", monolog Shaka.
Shaka meletakkan kembali buku itu. Dia kembali berkeliling melihat-lihat. Tapi tanpa sengaja ia justru menubruk bahu seseorang.
"Eh....maaf!", kata Shaka spontan. Sosok yang di tabrak itu pun mengangguk tipis.
"Ngga masalah!", katanya. Shaka mengernyitkan alisnya.
"Gilang kan? Sendiri? Gendhis mana?", tanya Shaka.
Pemuda itu tersenyum.
"Gendhis di rumah sama Gilang, saya Galang kembaran mereka."
Shaka membulatkan mulutnya.
''Kalian kembar tiga?", tanya Shaka. Galang mengangguk.
"Oh ya kenalin, Shaka!", Shaka mengulurkan tangannya. Galang menyambut uluran tangan Shaka.
"Sendiri ?", tanya Galang pada Shaka.
"Nggak, sama....?!"
"Shaka!", Cyara menghampiri Shaka.
"Oh ya Cya, ini Galang. Saudara kembarnya Gendhis dan Gilang!", Shaka memperkenalkan Cyara pada Galang.
"Pantesan, mirip banget sama Gilang ternyata kembar. Jadi kalian kembar tiga dong!?", tanya Cyara yang memang mudah akrab. Gilang mengangguk.
"Masih nyari atau udah nemu buku yang di incer?", tanya Shaka pada Galang.
"Huum! Udah, ini!", jawabnya sambil mengangkat beberapa buku.
"Lumayan ya?!", kata Shaka.
"Buat hadiah seseorang!",jawab Galang. Shaka melihat lima buah buku yang di tumpuk menjadi satu.
Entah kenapa tiba-tiba terpikir olehnya. Setiap awal huruf dari ke lima judul itu membentuk inisial RISYA.
"Buat...Risya?", tanya Shaka. Galang cukup terkejut mendengar tebakan Shaka. Padahal ia sendiri tak menyebut nama gadis itu.
Cyara sedikit kesal karena Shaka masih saja menyebut nama keponakannya. Padahal kemarin sore, mereka cukup lama berdebat gara-gara Shaka yang selalu saja menyebut Ica. Tapi pagi harinya, setelah moodnya sama-sama membaik akhirnya mereka pun kembali seperti biasa.
"Tahu dari mana?", tanya Galang yang merasa aneh.
"Itu, susunan huruf masing-masing awal judul !", kata Shaka. Galang menggeleng pelan.
"Hanya orang-orang tertentu yang berpikir sampai sejauh itu!", kata Galang tersenyum.
"Jadi, benar itu buat Ica?", tanya Shaka. Galang mengangguk pelan.
"Kamu kenal dengan Risya eum ...maksudnya Ica? Sampai lupa, kalian satu kampus!?"
"Ica itu anak kakak sulungku!", jawab Shaka.
Galang sampai melongo mendengar jawaban Shaka.
"Begitu!", kata Galang. Cyara mulai dongkol karena lagi-lagi yang di bahas Ica.
Shaka meraih pinggang Cyara. Pemuda itu cukup peka jika Cyara masih menyimpan cemburu pada keponakannya itu.
"Btw...kamu ngga kuliah di tempat yang sama dengan si kembar?"
Galang menggeleng.
"Aku...kerja! Tapi insyaallah besok aku datang ke acara wisuda kembaran ku dan...Ica!", kata Galang.
"Keren, kerja di mana?", tanya Shaka.
"Cuma supir!", jawab Galang. Shaka menggeleng tak percaya.
"Supir kereta! Tapi masih awal-awal lah!", lanjut Galang sambil tersenyum tipis.
Shaka cukup kagum mengetahui pekerjaan Galang. Mereka seumuran, tapi Shaka masih bergantung pada orang tuanya sedang Galang sudah mandiri.
Obrolan itu pun usai saat Galang berpamitan dari keduanya. Dan akhirnya, Cyara yang sudah badmood pun tak jadi membeli buku.
"Cya...please! Jangan kaya anak kecil dong!", kata Shaka membujuk Cyara pelan-pelan.
"Udah lah...Ka! Lagian memang gue sadar kok, emang punya hak apa sama Lo? Gue bukan siapa-siapa Lo?", kata Cyara yang sudah duduk di dalam mobil.
Shaka menarik Cyara agar menghadap ke arahnya.
"Lo yang ngga mau berkomitmen sejak awal Cya! Sekarang Lo mau gue gimana heum?", tanya Shaka sambil mengusap pipi mulus Cyara.
Sepasang mata Cyara menatap wajah tampan pemuda itu beberapa saat tapi setelah itu ia melengos.
"Anterin gue balik!", pinta Cyara. Shaka menghela nafas dalam-dalam. Tapi setelahnya ,ia benar-benar mengantar Cyara. Gadis itu sudah kehilangan mood nya. Jadi tidak mungkin Shaka akan mengajaknya ke kafe.
Dari awal kita tahu. Tembok kita terlalu tinggi! Tapi kita saja yang terlalu nyaman seperti ini!
Shaka menoleh pada Cyara. Dalam hati pemuda itu, ia pun bingung menanggapi hubungan keduanya.
Bisa di bilang teman tapi mesra, hubungan tanpa status...atau....entah lah! Shaka sendiri tak tahu!
💜💜💜💜💜💜💜💜
"Oma....??!", Ica menghampiri perempuan yang sudah mendekati kepala tujuh namun masih terlihat sangat cantik dan awet muda. Bahkan mungkin orang pikir usianya di bawah enam puluhan.
"Ica....kok ngga bilang mau ke sini sayang?", sapa Oma nya.
"Surprise dong Oma...!", kata Ica memeluk perempuan yang sudah sepuh itu.
"Untung Oma lagi di sini, kalo Oma di rumah kamu yang ngga ketemu dong?!", katanya.
Ica terkekeh pelan.
"Lagian Oma, bukannya istirahat di rumah! Malah masih suka sidak di kantor. Udah ada Abi iniiiii....!", Ica memijat bahu Oma nya.
"Bau-baunya ada yang punya kemauan nih!", sindir Oma Helen.
"Kok Oma tahu....cenayang ya..??", tanya Ica.
"Sembarangan!", Oma Helen menyentil hidung Ica yang masih terlihat jelas kalau keturunan dari Syam juga suaminya.
"Hehehe to the poin deh, Oma! Besok kan Ica wisuda, eum...habis itu boleh dong Ica magang di sini. Tenang aja Oma, Ica bisa kok jadi redaktur atau apa aja bisa kok!", katanya semangat.
"Ya...ya...ya...tanpa kamu minta pun, nantinya kamu yang bakal nerusin semua ini Ca!", kata Oma Helen mengelus lengan Ica yang mengalung di lehernya.
"Makasih Oma, sayang....Oma!", Ica mengecup pipi Omanya dengan sayang. Lalu keduanya pun mengobrol banyak hal sampai Ica melupakan sesuatu yang memang sudah sepantasnya ia lupakan.
💜💜💜💜💜💜💜
Terimakasih 🙏✌️
kasian deh lo dianggap besti... 🤣🤣🤣🤣🤣
gilang said kena deh gue sama emak emak julid...
..