Tuhan, Ku Inginkan Dia
Tuk...tuk...tuk...
Suara langkah kaki bersepatu menuruni tangga. Sosok gadis cantik berperawakan mungil menghampiri anggota keluarganya yang sedang sarapan.
"Pagi...Abi, umi...adikku Rista de Tata....!"
Gadis itu mencubit pipi Rista dengan gemas.
"Kakak ih....sakit!", pekik gadis berseragam abu-abu putih tersebut.
"Ica....?!", tegur sang umi. Yang di tegur hanya cekikikan.
"Sarapan dulu Ca, jangan ganggu adik mu terus!", pinta abinya. Ica mengangguk pelan dan menuruti perintah abinya. Gadis itu menarik sebuah kursi di samping abinya.
"Masih ada acara di kampus, jam segini udah rapi?", tanya abinya.
"Udah beres sih, Bi. Cuma mau kumpul aja sama temen-temen."
Setelah itu, suasana pun hening.
"Kenapa tuh muka di tekuk kak? Mau minta duit?", ledek Tata.
Ica mendelik tajam pada sang adik yang sekarang meledeknya.
"Udah-udah Ta. Ujung-ujungnya beranteman lagi lho!", lerai uminya.
"Tahu tuh bocil?!", sahut Ica.
Abinya tersenyum lalu mengeluarkan ponsel dari sakunya dan menekan salah satu aplikasi di ponselnya.
Tak berapa lama, ponsel Ica yang ada di atas meja pun berdenting. Gadis itu pun langsung meraihnya. Spontan, ia pun berteriak kegirangan.
"Ah...Abi...makasihh...Abi emang paling pengertian! Tahu aja kalo anak kesayangan Abi nih, butuh belanja-belanja buat wisuda besok! Uuummm....sayang Abi!", Ica memeluk abinya dengan begitu erat.
Tata yang melihat kakaknya seperti itu hanya memutar bola matanya dengan malas.
"Padahal udah di transferin sama Aa Ganesh, Om Galih dan Eyang Kakung. Masih aja kurang! Ngga ada bersyukurnya emang nih anak!", sindir sang adik.
Abi dan umi hanya menggeleng pelan karena hal seperti itu sudah sering terjadi. Tapi...ya...sebagai orang tua, mereka tahu kalau kedua putrinya saling menyayangi.
"Ngiri bilang bos....?!", sahut Ica.
"Ih...sorry ye...! Maap-maap kate, Tata mah biasa dapat hadiah karena memang banyak prestasinya. Emang kakak, malak mulu kerjaannya?!"
"Eh...nglunjak lama-lama nih bocah ya!", Ica bangkit dari bangkunya dan menghampiri Tata.
Tata sudah siap berlari tapi karena badannya yang sedikit gendut, ia tak segesit Ica.
Ica langsung menangkapnya dan menggelitiki adiknya tersebut sampai tertawa terpingkal-pingkal.
"Udah Ica....Tata....!", abinya mau tak mau turun tangan melerai mereka berdua.
"Tata nih...Bi!", adu Ica. Tata hanya mencebikkan bibirnya.
"Ayo Tata, berangkat sama Abi sana!", pinta uminya.
"Iya umi...!", jawab gadis yang badannya cukup berisi. Tidak gendut banget tapi juga tidak terlalu kurus. Cuma memang tak seideal Risya.
Tata dan abinya pun berpamitan pada umi juga Ica. Tinggallah Umi dan Ica di ruangan itu.
"Lagi nunggu jemputan Gendhis?", tanya umi. Ica mengangguk pelan. Jarinya terlampir memainkan ponselnya.
"Yah...mobilnya Gendhis mogok Mi!", kata Ica manyun.
"Ya udah, tinggal bawa mobil sendiri kenapa? Mau umi anterin?"
Risya menggeleng.
"Ngga usah, Mi. Naik ojol aja."
Gadis itu membenarkan hijabnya sebelum benar-benar beranjak dari sana.
"Kamu tuh Ca...Ca...! Udah umi beliin gamis yang nyaman, malah masih suka pakai celana jeans sama kemeja flanel begini!", ujar Umi.
"Umi ku yang cantik manjalita riang gembira di mana-mana! Nanti ada saatnya Ica pake gamis kaya umi! Tapi ngga sekarang-sekarang heheheh!"
Ica meraih punggung tangan uminya untuk di kecup.
"Dasar! Ya udah, hati-hati!", pinta umi.
"Siap Mi, assalamualaikum !", pamit Ica.
"Walaikumsalam;", jawab Uminya.
Sepeninggal suami dan anak-anaknya beraktfitas di luar, umi pun melanjutkan pekerjaannya di rumah yang sudah ia tinggali selama bertahun-tahun dengan suami dan anak-anaknya.
Di sisi lain, Ica yang sedang memesan ojol pun di buat celingukan. Masalahnya, tak ada satupun ojol yang nyangkut di aplikasinya.
"Tuh abang-abang pada kemana sih? Pada ngga mau duit kali ya??", monolog Ica. Ia melihat jam di ponselnya.
"Hah! Tahu gini tadi nebeng Abi. Mau balik ngambil mobil, kok males banget!",Ica kembali ngoceh sendiri.
Ia memilih berjalan keluar pintu gerbang perumahan tempat tinggalnya. Mungkin ia akan naik taksi konvensional karena tak ada Ojol yang nyangkut di hp nya.
"Pagi...neng Ica!", sapa pak sekuriti di pos.
"Pagi pak Monopoli?!", balas Ica.
"Mono aja neng, ngga pake Poli!", protesnya.
Risya tertawa lepas mendengar protesan pak sekuriti yang selalu seperti itu.
"Nunggu taksi ya neng?", tanya Pak Mono. Ica mengangguk.
''Iya, pak!", sahutnya.
"Neng Ica mah aneh. Mobil ge punya, malah milih naik ojol, naik taksi! Aneh si neng mah!"
"Ishhh...pak Mono. Pakai kendaraan umum itu salah satu cara kita untuk mengupayakan alias mencegah kemacetan. Ngerti ngga??", tanya Ica.
Sekuriti itu hanya menganggukkan kepalanya.
"Tapi ya pak, kalo yang ngga pake kendaraan pribadi cuma Ica, yang lain pake mah...sama aja ya hehehehe??!"
"Neng Ica...neng Ica...!", sekuriti itu hanya menggeleng pelan karena kerandoman gadis yang ceria ini.
Selang beberapa detik kemudian, sebuah kendaraan roda dua berhenti tepat di hadapan Ica.
Ica saja sampai memundurkan badannya takut kakinya tergilas roda depan motor itu. Sosok itu membuka sedikit kaca helm full facenya.
"Yuk?!", ajaknya pada Ica sambil menyerahkan helm.
Ica memundurkan badannya lagi. Karena reaksi Ica seperti itu, terpaksa pengendara roda dua itu melepaskan helm nya.
Setelah helm tersebut terbuka sempurna, mata Ica melebar dan spontan menghambur memeluk sosok itu.
"Kenapa ngga bilang udah sampai sini??!", tanya Ica sambil memukul-mukul lengan sosok itu.
Bukannya menjawab, pemuda itu terkekeh dan membiarkan Ica memukulinya. Pak Mono hanya menonton adegan itu sekilas. Di pikirnya, Ica tidak dalam bahaya lelaki itu pun kembali masuk ke dalam pos.
Ica menangis tersedu-sedu hingga terpaksa pengendara motor itu pun turun.
Setelah benar-benar berdiri tegap, sosok itu kini memeluk Ica dengan begitu erat.
"Aku kan mau kasih kejutan buat kamu. Besok wisuda kan?", tanyanya.
Ica memberengut!
"Jahat!", Ica kembali memukul lengan pemuda itu.
"Iya...iya...jahat! Tapi gini-gini juga om kamu lho?!"
Risya tersenyum dan kembali memeluk pemuda itu yang tak lain Rishaka, adik dari uminya Ica.
Pemuda itu memang melanjutkan pendidikannya tingkat SMA di Jerman bersama kakak lelakinya, Shakiel yang memang tinggal di sana.
Begitu juga kedua orang tua Shaka yang juga eyangnya Ica, mereka memutuskan untuk tinggal di negara itu.
Sejak pindah ke sana, mereka memang tak pernah pulang. Bukan karena tak ada uang, tapi mereka sibuk dengan berbagai urusan di sana.
Jadi, selama ini mereka hanya berkomunikasi lewat dunia maya.
"Ayo, om antar ke kampus!", kata Shaka. Ica tertawa pelan. Shaka menghapus air mata di pipi gadis yang seumuran dengannya tersebut.
"Traktir es krim!", pinta Ica.
"Heum!", gumam Shaka sambil memasangkan helm di kepala Ica. Setelah itu, keduanya pun menaiki kendaraan roda dua itu dan melesat membelah jalanan ibu kota.
Pak Mono memandangi dua pemuda pemudi itu yang menjauh.
Padahal mereka cocok, sayang sekali ya hubungan mereka om dan keponakan!?! Batin pak Mono.
💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜
Hai....ketemu lagi sama Mak othor. Baru tiga hari mo hibernasi ,kagak bisa ternyata 😂. Noveltoon sudah terlalu melekat dalam keseharian ku 🤣🤣🤣
Btw...ini kisahnya...siapa ya??? Ngga tahu lah nanti pemeran utamanya siapa 🤭
Pokoknya pantengin wae nyak 🤭
Haturnuhun 🙏🙏🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Zahbid Inonk
ini rishaka nya udah gede thor ah att moal aya bahasa planet nu kdh nganggo penerjemah deui
2024-11-04
1
🌷💚SITI.R💚🌷
ica udh mau wisuda aja dan adey sdh Smu jd anaky risya cewe dua²y ya..pasti cerita gado2 nih ga ambil satu tokoh aja..soaly ada ica ada shaka ada GGS
wah berarti shaka sm ortuy tinggal di jerman jg ya..El udah punya anak brp nih,..2G udh nikah mak..dah nyimak aja de..lanjuuut
2024-11-04
1
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈
mak makasih mak... ya allah anak anak udah pada gede... surprise banget lho... dapet notif ntoon,,, pokoknya aku tungguin kelanjutannya...
2024-11-04
2