Shin adalah siswa jenius di Akademi Sihir, tapi ada satu masalah besar: dia nggak bisa pakai sihir! Sejak lahir, energi sihirnya tersegel akibat orang tuanya yang iseng belajar sihir terlarang waktu dia masih di dalam kandungan. Alhasil, Shin jadi satu-satunya siswa di Akademi yang malah sering dijadikan bahan ejekan.
Tapi, apakah Shin akan menyerah? Tentu tidak! Dengan tekad kuat (dan sedikit kekonyolan), dia mencoba segala cara untuk membuka segel sihirnya. Mulai dari tarian aneh yang katanya bisa membuka segel, sampai mantra yang nggak pernah benar. Bahkan, dia pernah mencoba minum ramuan yang ternyata cuma bikin dia bersin tanpa henti. Gagal? Sudah pasti!
Tapi siapa sangka, dalam kemarahannya yang memuncak, Shin malah menemukan sesuatu yang sangat "berharga". Sihir memang brengsek, tapi ternyata dunia ini jauh lebih kacau dari yang dia bayangkan!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arifu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kebangkitan yang terburu buru
Di dalam ruangan penyembuhan, suasana yang tenang tiba-tiba terganggu oleh suara keras yang menggema. Pecahan kaca bertebaran di lantai, mengalihkan perhatian semua orang yang berada di Akademi Sihir. Suara hancurnya jendela itu bukan hanya mengejutkan, tetapi juga menimbulkan gelombang kecemasan yang langsung menyebar ke seluruh penjuru gedung.
Alaric yang berada di luar ruangan segera berlari masuk, diikuti oleh Leo yang terlihat sangat terkejut. Mereka berdua langsung menghampiri tempat yang semula dipenuhi dengan ketenangan, hanya untuk menemukan ruangan itu kosong, tidak ada satu pun tanda bahwa Shin masih berada di sana.
“Tidak... tidak mungkin!” Alaric berkata, suaranya bergetar. “Shin—Shin pergi?”
Leo memandang ke sekeliling ruangan dengan panik, tubuhnya tegang. “Apa yang terjadi? Kaca ini... hancur. Ini... ini tidak mungkin dilakukan oleh Shin dalam kondisinya sekarang.”
“Dia pasti dibawa pergi,” ujar Alaric, menatap kaca yang hancur itu dengan tatapan khawatir. “Hanya ada satu kemungkinan. Penyihir Terlarang... mereka pasti yang melakukannya. Tidak ada alasan lain.”
Leo mengangguk cepat, meskipun wajahnya tampak cemas. "Kita harus segera melapor ke Kepala Sekolah. Mereka pasti sudah mengetahui ini."
Mereka berdua bergegas keluar dari ruangan, melintasi lorong-lorong Akademi dengan langkah cepat. Ketegangan di udara begitu terasa. Semua orang yang melihat mereka berlarian segera menyadari ada yang salah, dan kebingungannya semakin meningkat saat mereka melihat betapa paniknya Leo dan Alaric.
Sesampainya di ruang Kepala Sekolah, mereka langsung masuk tanpa mengetuk. Kepala Sekolah yang sedang sibuk dengan dokumen terkejut melihat kedatangan mendadak mereka.
“Alaric? Leo? Apa yang terjadi?” Kepala Sekolah bertanya dengan nada serius.
“Shin hilang!” Leo langsung berbicara tanpa basa-basi, suaranya penuh kegelisahan. “Pecahan kaca di ruangan penyembuhan adalah tanda bahwa sesuatu yang buruk telah terjadi. Shin—dia sudah tidak ada di sana. Kami berpikir... dia mungkin telah diculik oleh Penyihir Terlarang.”
Kepala Sekolah terdiam sejenak, wajahnya menjadi lebih serius. “Penyihir Terlarang... Mereka akhirnya bergerak.”
Alaric merasakan gelombang ketakutan yang tak tertahankan. “Kepala Sekolah, kita harus segera melakukan sesuatu! Jika mereka berhasil mengambil Shin, mereka akan menggunakannya untuk tujuan mereka! Kita harus menyelamatkannya sebelum terlambat!”
Kepala Sekolah berdiri dari kursinya dan berjalan ke jendela, melihat ke luar dengan tatapan penuh kecemasan. “Aku sudah menduga ini akan terjadi. Shin bukan orang biasa. Kekuatan yang dia miliki bisa menarik perhatian banyak pihak. Bahkan Penyihir Terlarang yang telah lama menghilang bisa kembali muncul hanya untuk mendapatkan kekuatannya.”
Leo meremas tangannya, tampak sangat gelisah. “Jadi mereka menculiknya... untuk memanfaatkan kekuatan sihir Shin, kan? Tapi kenapa sekarang? Kenapa baru sekarang?”
“Karena dia sudah cukup kuat. Dua tahun dalam keadaan koma mungkin telah mengubah tubuhnya, mengubah kekuatannya. Mereka tahu itu,” Kepala Sekolah menjawab dengan tenang, meskipun ada keresahan yang jelas di wajahnya. “Jika mereka berhasil mengendalikan Shin, dunia akan terancam.”
Alaric menggertakkan giginya, kepalanya berputar memikirkan berbagai kemungkinan. “Bagaimana jika mereka sudah jauh? Bagaimana kita bisa mengejar mereka?”
“Tidak ada waktu untuk ragu,” jawab Kepala Sekolah, berbalik dan memandang mereka dengan tatapan tegas. “Kita akan segera mengirimkan tim pencarian. Kita harus menemukannya sebelum mereka menguasai Shin sepenuhnya.”
Sementara itu, di Pegunungan
Sementara panik melanda Akademi, Shin yang baru saja sadar dari koma, melayang di udara, menuju tujuan yang telah lama tertanam dalam pikirannya—pegunungan yang menjadi saksi masa kecilnya. Ada dorongan kuat dalam dirinya yang memaksanya untuk bergerak, melepaskan dirinya dari segala belenggu yang menahannya.
Shin melaju dengan kecepatan yang luar biasa, tubuhnya kini jauh lebih kuat dari sebelumnya. Energi sihir yang mengalir dalam dirinya memunculkan dorongan yang sulit untuk dikendalikan. Setiap helaan napasnya terasa seperti energi yang menyatu dengan dunia, dan setiap gerakan yang dilakukannya menghasilkan ledakan kekuatan.
Namun, meskipun tubuhnya begitu kuat, Shin merasa terisolasi. Dia tahu bahwa Akademi pasti mencari-carinya, dan mungkin ada bahaya yang mengintainya, tetapi saat itu, satu-satunya hal yang penting baginya adalah mengendalikan kekuatannya. Dia tidak ingin menjadi beban bagi siapapun.
Setelah beberapa saat, Shin akhirnya tiba di kaki pegunungan yang sudah lama tidak ia kunjungi. Tempat ini begitu familiar. Rumah masa kecilnya, tanah yang dulu dia kenal, kini sepi dan penuh dengan kenangan yang tak bisa dihapus.
Dia berdiri di sana, memandang sekeliling dengan tatapan kosong, menyadari bahwa tidak ada yang bisa membantunya. Tidak ada yang bisa mengajarinya bagaimana mengendalikan kekuatannya yang kini semakin besar.
Namun, Shin tahu satu hal: Dia harus belajar sendiri. Di sini, di tempat yang dulu menjadi rumahnya, dia akan menemukan cara untuk mengendalikan energi sihir dalam dirinya. Dia tidak akan kembali ke Akademi—setidaknya, tidak sampai dia siap.
Kembali ke Akademi
Di dalam ruangan Kepala Sekolah, suasana semakin tegang. Semua orang yang ada di Akademi kini sadar akan bahaya yang mengintai. Mereka tahu bahwa Penyihir Terlarang telah kembali dengan tujuan yang jelas—menguasai Shin dan kekuatan yang ada dalam dirinya.
Leo dan Alaric, meskipun cemas, bertekad untuk tidak membiarkan Shin jatuh ke tangan musuh. Kepala Sekolah segera memerintahkan untuk mengumpulkan tim pencarian terbaik dan mempersiapkan semua yang diperlukan untuk mengejar Shin.
Namun, di luar pengetahuan mereka, ada sosok lain yang juga mengawasi pergerakan Shin. Arvin—dengan amarah yang membara, siap mengambil tindakan dengan cara yang berbeda.
“Shin, kau akan segera tahu apa yang sesungguhnya terjadi,” kata Arvin dalam bisikan penuh kebencian.