pernikahan merupakan impian setiap wanita. apalagi mengadakan perayaan layaknya negeri dongeng. namun hal tersebut pupus bagi seorang wanita bernama nadin.
nadin merupakan seorang gadis cantik berusia 22 tahun, kuliah nya harus terhenti disaat majikan orang tuanya memaksa nya untuk menikah dengan putranya yang bernama Andreas.
Baca cerita lengkapnya yaaa...
stay tune sayangkuu🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yaya genza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 10
Nadin tak menghiraukan ucapan bu ayu ia tetap melanjutkan perjalanan nya menuju rumah orang tua nya yang sudah tidak terlalu jauh lagi.
"nadin... " Panggil seorang wanita paruh baya.
Nadin menoleh ke sumber suara.
"bi yani.. " ucap nadin berhenti menatap wanita tersebut.
Bi yani adalah bibi nya andreas. Ia adalah kakak dari alm. Papa nya andreas. meskipun bi yani adalah bibi nya andreas, ia tak begitu dekat dengan keluarga andreas. Karena menurut bi yani mereka orang yang sombong dan suka merendahkan orang lain.
"kamu mau kemana nak? kenapa kamu bawa bawa tas besar ini? " tanya bi yani.
"aku mau pulang ke rumah orang tua ku bi, ini aku bawa baju baju ku" jawab nadin.
"loh, kenapa begitu? Kamu bertengkar dengan andreas? "
"enggak bi.. Aku udah diceraikan mas andreas bi" ucap nadin.
"Ya Allah.. Andreas menceraikan kamu? Kenapa bisa nadin? " bi yani terlihat sedih melihat nadin.
"sebenarnya sudah lama bi. aku sudah berusaha sabar dan ikhlas menerima pernikahan kami. Namun mas andreas tak pernah mencintaiku, bahkan ia juga selalu bersikap kasar. Dia juga suka main wanita lain dibelakang ku bi, sering pulang malam. Dan hari ini dia bawa wanita itu kerumah, bahkan mama dan mba dea juga ada. Mereka tak pernah menganggap dan menghargai ku bi" jelas nadin.. Bi yani langsung memeluk erat nadin dengan mata berkaca kaca.
"maafkan bibi ya nak. Meskipun bibi adalah bagian dari keluarga mereka, tapi bibi tak bisa membantu kamu. Bahkan bibi tidak tau jika mereka berbuat begini sama kamu" ucap bi yani.
"sudah lah.. Aku tak apa apa. Bagiku semua ini ku anggap sebagai pelajaran hidup, anggap saja ini ujian. Mungkin ini juga yang terbaik buat aku. Bibi nggak perlu merasa tak enak, ini semua sudah takdir.. " jawab nadin.
"bibi antar kamu pulang ya nak, biar nanti bibi bicara sama orang tua mu" ucap bi yani.
"terima kasih bi. Maaf merepotkan bibi" jawab nadin.
Lalu mereka melanjutkan pulang ke rumah orang tua nadin.
"assalamu'alaikum.. " ucap bi yani dan nadin.
"wa'alaikumsalam.. " jawab bu arum.
Bu arum kaget melihat nadin dan bi yani datang bersamaan, ditambah lagi nadin membawa tas besar.
"looh.. Kamu nak.. mbak yani.. " ucap bu arum.
"ayo masuk" ajak nya.
"siapa bu? " tanya pak tarno dari dalam kamar. Saat ia kedepan, pak tarno juga kaget melihat nadin dan bi yani.
"ada apa nak? Kenapa kamu bawa tas besar? apa yang terjadi? " tanya pak tarno dengan perasaan yang sudah tak enak.
nadin dan bi yani menjelaskan apa yang terjadi di rumah andreas. Pak tarno yang mendengar cerita nadin dan bi yani kesal dan langsung berdiri hendak menemui andreas. Ia tak terima putri nya diperlakukan seperti itu.
"ayaaah.. Sudah cukup.. Nadin nggak apa apa yah.. Nadin nggak mau memperpanjang masalah lagi. Percuma ayah marah tidak ada gunanya, sudah yah. Ini sudah menjadi takdir hidup nadin yah. Biarkan nadin menata hidup nadin kembali agar nadin lebih baik lagi" ucap nadin yang menahan ayah nya untuk menemui andreas.
"ayah nggak terima anak ayah dikhianati, dihina dan direndahkan oleh andreas dan keluarganya" ucap pak tarno dengan muka merah.
"sabar yah.. Kita sebagai orang tua hanya bisa mendo'akan dan menjaga anak kita agar kelak tidak diperlakukan seperti ini oleh orang lain" ucap bu arum menenangkan pak tarno.
"maafkan keluarga andreas pak tarno, bu arum.. Saya sebagai keluarga juga sangat marah dan kecewa dengan sikap mereka terhadap nadin. Tapi saya tak bisa berbuat apa apa, karena keluarga mereka itu kasar dan sombong" ucap bi yani.
"tak apa bi yani. Ini juga bukan kesalahan bi yani. Terima kasih sudah mengantarkan aku. Meskipun aku bukan lagi istrinya andreas, aku harap bibi tidak berubah dan masih mau bersilaturrahmi dengan keluarga kami.. " ucap nadin.
"tentu saja nak.. Bibi tidak akan berubah pada kamu, pak tarno dan bu arum" jawab bi yani memeluk nadin.
Setelah bi yani pulang, nadin masuk ke kamar nya yang hanya berukuran 2x2 m itu. Kamar yang hanya berdindingkan kayu dan ber alaskan karpet plastik serta kasur kapuk yang terletak di lantai. Ia menjatuhkan tubuhnya di atas kasur tersebut, ia memilih untuk ber istirahat sejenak untuk menghilangkan beban pikirannya.
****
Malam hari.
Kini nadin sudah kembali berkumpul dengan kedua orang tuanya.
"ibu, ayah.. Maafkan nadin. Nadin sudah mempermalukan ibu dan ayah, apalagi sekarang dengan status nadin sebagai janda" ucap nadin memeluk ibunya
"nak.. Kami sebagai orang tua tidak akan pernah malu dengan status kamu apapun itu. Bagaimana pun juga kamu adalah anak kami" jawab pak tarno.
"iya nak.. Buat apa kamu mempertahankan hubungan kamu dengan mereka kalo kamu sendiri tidak bahagia. Lebih baik kita berkumpul sama sama lagi,
Walaupun kita susah dan sering dihina sana sini, tapi kita bisa lewati itu semua. Semoga kamu cepat bangkit dari keterpurukan ini ya nak" kata bu arum mengurai pelukan nya dengan nadin dan mengelus kepala nadin dengan lembut.
"ayah janji nak, ayah tidak akan mengorbankan kamu lagi dalam keegoisan ayah. apapun itu. " bathin pak tarno.
Kehidupan nadin dan keluarga nya memang sangat sederhana. Bahkan mereka selalu dihina karena mereka orang miskin tapi punya khayalan yang tinggi. Apalagi saat nadin memilih untuk kuliah, padahal ia kuliah karena mendapatkan beasiswa.
"hidup miskin tapi sok sok an pengen kuliah. mending kerja bantu orang tua noh biar ga miskin miskin mulu" kata kata tetangga yang sering nadin dengar.
Padahal nadin adalah anak yang rajin. disela sekolah nya ia sering membantu bu arum. Kadang jualan sayur dari ladang orang dan dibagi hasilnya. Dulu orang tua nadin punya ladang, walaupun hanya beberapa meter saja. Namun sudah di jual untuk biaya hidup dan sekolah nadin.
Malam harinya, nadin membuka ponsel miliknya. Ia kembali mencoba mencari info loker yang bisa untuk seusia nya. Nadin terus me scroll scroll namun belum mendapatkan yang ia cari. Hingga akhirnya ia ketiduran dengan ponsel yang masih menyala di tangannya.
Pagi pagi sekali, nadin sudah dibangunkan oleh ibunya. Selesai melaksanakan ibadahnya, nadin membantu bu arum membuat dan menyiapkan sarapan untuk mereka bertiga. Setelah itu ia menyapu rumah yang masih beralaskan semen dan belum di keramik tersebut, bahkan atapnya ada beberapa yang bocor kalo hujan tiba.
"kapan ya nak, kita punya rumah yang nyaman ditempati dan juga tidak bocor atapnya kalo hujan" ucap bu arum pada nadin yang sedang menyapu.
HAPPY READING♥
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK SAYANGKU♥