Di usianya ke 32 tahun, Bagaskara baru merasakan jatuh cita untuk pertama kalinya dengan seorang gadis yang tak sengaja di temuinya didalam kereta.
Koper yang tertukar merupakan salah satu musibah yang membuat hubungan keduanya menjadi dekat.
Dukungan penuh keluarga dan orang terdekat membuat langkah Bagaskara untuk mengapai cinta pertamanya menjadi lebih mudah.
Permasalahan demi permasalahan yang muncul akibat kecemburuan para wanita yang tak rela Bagaskara dimiliki oleh wanita lain justru membuat hubungan cintanya semakin berkembang hingga satu kebenaran mengenai sosok keluarga yang selama ini disembunyikan oleh kekasihnya menjadi ancaman.
Keluarga sang kekasih sangat membenci seorang tentara, khususnya polisi sementara fakta yang ada kakek Bagaskara adalah pensiunan jenderal dan dirinya sendiri adalah seorang polisi.
Mampukah Bagaskara bertahan dalam badai cinta yang menerpanya dan mendapatkan restu...
Rasa nano-nano dalam cinta pertama tersaji dalam cerita ini.
HAPPY READING.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julieta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PDKT
Didalam mobil, suasana akward kembali dirasakan, kini Audry tengah duduk manis didalam mobil bersama dengan Bagaskara yang dipkasa untuk mengantar gadis itu oleh maminya.
Selama perjalanan, tak ada percakapan karena keduanya sibuk dengan pemikiran mereka masing-masing.
Audry yang masih bingung akan sikap keluarga Purnomo kepadanya yang terlihat seolah-olah dia seperti pacar Bagaskara, padahal kenyataannya bukan seperti itu.
Sementara Bagaskara sendiri saat ini sedang bingung harus berkata apa karena jujur ini pertamakalinya dia merasakan perasaan seperti ini terhadap seorang perempuan.
Kata-kata peringatan dari sang kakak kembali terngiang ditelinganya, membuatnya berusaha memilih kata yang tepat agar tak terdengar kasar atau membuat gadis itu merasa tak nyaman seperti apa yang terjadi dirumahnya tadi.
Bagaskara tampak melirik Audry yang masih asyik menikmati pemandangan diluar jendela tanpa sedikitpun berpaling kepadanya.
“Apakah ketampananku sudah memudar sehingga dia lebih senang memandang keluar jendela daripada menatapku”, Bagaskara yang selama ini bangga akan ketampanan dan pesona dirinya seketika menjadi insecure dihadapan Audry yang tampak acuh terhadapnya.
Perasaan agaskara semakin tak menentu ketika melihat hotel tempat gadis itu menginap semakin dekat.
Ada perasaan tak rela dalam hatinya untuk berpisah dengan gadis yang telah mengetuk pintu hatinya itu.
“Ehem....”, Bagaskara berusaha untuk memecah kesunyian yang ada dan memulai percakapan.
“Apakah besok setelah presentasi kamu akan kembali ke Jakarta”, tanyanya basa-basi.
“Entahlah, aku ikut apa kata bos aja”, jawab Audry sambil mengangkat kedua bahunya pasrah.
Bagaskara yang melihat wajah Audry yang tampak sangat lelah tak lagi bertanya hingga mobil yang dia kendarai sampai didepan hotel bintang lima tempat dimana Audry menginap.
Drttt....
“Itu nomor ponselku,simpanlah”, ucapnya dan langsung diangguki oleh Audry yang langsung mensave nomor yang barus saja mucul diponselnya.
Setelah mengeluarkan koper dari bagasi, Bagaskara melepas jaket yang dipakainya dan memberikannya kepada Audry.
“Lain kali jangan pakai pakaian seperti ini. Udara Bandung sangat dingin jadi aku takut kamu sakit nanti”, ujarnya penuh perhatian.
Melihat Audry sedikit tak nyaman, Bagaskara yang memang ingin kembali bertemu Audrypun kembali bersuara “Jaketku bisa kamu kembalikan ketika kita bertemu lagi di Jakarta”.
Bagaskara mengantarkan Audry masuk kedalam hotel hingga sampai didepan resepsionis.
Begitu gadis itu sudah mendapatkan kunci kamarnya, Bagaskarapun langsung berpamitan untuk pulang.
Interaksi manis diantara keduanya tanpa sadar membuat sepasang mata yang sedari tadi mengamati pergerakan mereka meresa geram “Bagaskara adalah milikku ! hanya milikku !”.
***
PT. Handoyo Global atau lebih familiar dengan sebutan PT. HG, perusahaan keluarga yang bergerak di bidang konstruksi dan property ini memiliki nama besar didalam negeri yang kini tengah melebarkan sayapnya ke luar negeri setelah proyek tower apartemennya di Malaysia dan Thailand meraup sukses besar.
Kini mereka tengah mengincar negeri singa dengan menggaet investor asal Spanyol yang memiliki lahan disana sehingga disinilah mereka berada, diruang pertemuan hotel X untuk mempresentasikan proposal kerjasama yang mereka sedang mereka ajukan.
Ternyata tuan Alessandro Alwar mengajak rekannya Chao Liem dari Cina dalam pertemuan kali ini.
Audry yang menguasai banyak bahasa asing diseluruh dunia tak kesulitan ketika klien yang mereka hadapi saat ini memakai bahasa campuran antara bahasa Inggris dan bahas ibu mereka karena dia mengerti dan memahaminya.
Bahkan presentasi yang sebenarnya bukan sebagai rananya tersebut dia tampilkan dengan apik tanpa cela hingga membuat rasa kagum dalam diri Melvin terhadap gadis muda tersebut semakin besar.
Hal tersebut tentu saja membuat Melvin penuh semangat karena pertemuannya dengan para investor berjalan dengan sangat lancar hingga kesepakatan kerjasama pun dibuat pada hari itu juga.
Setelah melakukan pertemuan selama lima jam tersebut, kini Melvin, Audry dan Toni sudah berada direstoran hotel untuk menyantap makan siang sambil berbincang ringan.
“Saya tidak menyangka jika hanya memerlukan waktu sehari sudah bisa bekerja sama dengan Mr. Alessandro Alwar dan Mr. Chao Lim. Padahal untuk membuat jamu temu ini saja saya membutuhkan waktu hampir enam bulan lamanya ”, ucap Melvin penuh kelegaan.
“Itu karena jadwal keduanya yang sangat padat pak Melvin jadi mereka baru bisa bertemu anda sekarang”, jawab Toni.
“Dua orang yang sangat sibuk, tapi untunglah berkat Audry usaha keras kita membuahkan hasil”, Melvin berkata dengan penuh kepuasan.
Toni juga mengangguk setuju, dia juga sama dengan Melvin cukup puas akan kinerja Audry hari ini dan memberinya ucapan selamat.
Sementara Audry yang melihat sang bos senang juga ikut tersenyum lebar karena merasa puas usahanya kali ini juga menuai hasil yang baik.
“Oh ya, selama ini saya sangat jarang melihat kamu dikantor ”, Melvin tampak penasaran karena memang dirinya jarang sekali melihat Audry padahal kantor mereka berada di lantai yang sama.
Sedangkan untuk staf dibawah kepemimpinan adiknya itu, dia bahkan hampir hafal sepenuhnya karena sering bertemu dan berinteraksi dengan mereka.
“Mungkin karena saya sering bertugas keluar kota, jadi bapak jarang melihat saya berada dikantor”, jawab Audry santai.
“Apakah kamu yang dijuluki dewi lapangan oleh mereka karena setiap kali kamu yang turun pasti semua pekerjaan sesulit apapun akan terselesaikan”, ucapnya penuh pujian membuat Audry tersipu malu dibuatnya.
Ekspresi malu Audry yang membuat pipinya yang cubby bersemu merah entah kenapa membuat Melvin merasa gemas dan ingin menguyel-uyel gadis dihadapannya itu layaknya binatang peliharaan yang lucu dan mengemaskan.
Tak ingin larut dalam perasaan yang tak seharusnya singgah, Melvin pun mengalihkan topik pembicaraan yang ada.
“Saya baru ingat, mengenai proyek di Makasar apa kamu juga yang mengauditnya”, tanyanya penasaran.
Kembali diingatkan dengan proyek dengan permasalahan segudang yang membuatnya hampir sepekan bergadang karena peliknya permasalahan yang ada sehingga dia bersama dua rekan lainnya harus kerja ektra keras untuk mengungkap penyelewengan dana yang dilakukan secara rapi dan terencana tersebut membuat hatinya sedikit kesal sehingga Audrypun berniat untuk mengeluarkan uneg-uneg didalam hatinya agar tak tumbuh menjadi bisul yang menyakitkan nantinya.
“Benar pak, saya bersama dua rekan saya yang mengaudit proyek yang ada di Makasar. Karena peliknya permasalahan yang ada, kami bertiga bahkan setiap hari bergadang selama sepekan disana dan bergulat dengan semua berkas-berkas yang ada. Namun sayangnya, bukan mendapatkan hari libur seperti kedua rekan saya yang lain, begitu tugas saya disana selesai, baru saja kaki saya mendarat dibandara sudah ada tugas datang yang mengharuskan saya untuk pergi ke Bandung, menemani bapak”, ujar Audry dengan senyum sangat lebar namun dengan tatapan mata penuh kekesalan.
Melvin yang mendengar keluhan Audry dengan sorot mata tajam seperti hendak membunuhnya bukannya marah atau tersinggung namun justru malah merasa sangat gemas hingga membuatnya terkekeh pelan.
“Apanya yang lucu ? Apa menyiksa karyawan terlihat sangat lucu baginya”, gerutu Audry dengan bibir mengerucut karena kesal dengan sikap sang bos yang malah menganggap curhatannya sebagai lelucon.
Meski sangat pelan namun Melvin dan Toni yang memiliki pendengaran yang sangat tajam mendengar jelas gumanan tersebut hingga tanpa sadar tangan Melvin bergerak menepuk kepala Audry beberapa kali.
“Anak baik. Bulan ini aku akan mencairkan bonus besar untukmu dan setelah kembali kamu bisa libur selama tiga hari untuk mengistirahatkan badan dan pikiranmu”, Melvin berkata sambil melirik Toni yang langsung mengangguk paham akan istruksi bosnya itu agar segera menghubungi pihak HDR serta Keuangan untuk merealisasikan perintahnya.
Audry yang mendengar kata bonus, kekesalan hatinya seketika sirna, menguap entah kemana dan berganti kebahagiaan yang menyelimuti hatinya.
Jika benar dia mendapatkan bonus besar setelah mendealkan kerjasama kali ini maka rasa lelah yang dia rasakan sejak kemarin terbayar lunas.