Demi mendapatkan biaya pengobatan ibunya, Arneta rela mengorbankan hidupnya menikah dengan Elvano, anak dari bos tempat ia bekerja sekaligus teman kuliahnya dulu.
Rasa tidak suka yang Elvano simpan kepada Arneta sejak mereka kuliah dulu, membuat Elvano memperlakukan Arneta dengan buruk sejak awal mereka menikah. Apa lagi yang Elvano ketahui, Arneta adalah wanita yang bekerja sebagai kupu-kupu malam di salah satu tempat hiburan malam.
"Wanita murahan seperti dirimu tidak pantas diperlakukan dengan baik. Jadi jangan pernah berharap jika kau akan bahagia dengan pernikahan kita ini!"
Follow IG @shy1210_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35 - Rasa Tidak Suka
Pukul tujuh malam. El dan Arneta telah berada di perjalanan menuju kediaman orang tua El. Sepanjang perjalanan, wajah El nampak dingin. Entah kenapa wajah pria itu bisa sedingin itu. Arneta jadi bertanya-tanya dibuatnya. Arneta pikir karena akan bertemu dengan kakak angkatnya setelah lama tidak bertemu, membuat wajah El berseri. Nyatanya tidak. Wajah El sama sekali tidak menunjukkan keceriaan.
"Arneta, El, kalian sudah datang!!" Wajah Nyonya Rossa begitu ceria menyambut kedatangan mereka. Wanita itu gegas mengajak El dan Arneta duduk di atas sofa. Kemudian memanggil Evan yang kini sedang beristirahat di dalam kamarnya.
"Evan, ayo turun. Ini adik kamu sama istrinya udah datang!!"
Beberapa saat berselang, terlihat sosok pria tampan, gagah dan rupawan berjalan menuruni anak tangga dengan wajah tersenyum. Melihat sosok Evan secara nyata untuk pertama kalinya, membuat Arneta tertegun. Ternyata Evan jauh lebih tampam dari foto yang selama ini ia lihat. Bahkan bisa dibang Evan jauh lebih tampan dari pada El.
"Elvano..." wajah Evan nampak ceria saat melihat sosok El. Dia sampai mengulurkan tangan lebih dulu pada El karena adiknya itu nampak masih dingin saja setelah berdiri di depannya.
El hanya berdehem saat Evan memeluk tubuhnya sejenak. Evan sama sekali tidak mempermasalahkan sikap El karena sudah terbiasa dengan sikap El yang seperti itu saat bertemu dengannya. Kini Evan sudah beralih pada Arneta. Wajah pria itu nampak tertegun saat bertatapan dengan Arneta. Entah apa yang Evan rasakan saat ini sehingga berekspresi seperti itu.
Arneta lekas mengulurkan tangan pada Evan lebih dulu sebelum pria itu yang melakukannga. "Arneta, Kak." Arneta berucap ramah dengan wajah tersenyum pada Evan. Ekspresi wajah El nampak semakin dingin melihat istrinya bersikap ramah pada Evan.
"Ya sudah, kita langsung makan saja. Nanti kita sambung lagi ngobrolnya!" Ajak Nyonya Rossa. Sepertinya percakapan akan lebih menyenangkan dilakukan setelah mereka mengisi perut.
Evan mengangguk setuju. Begitu pula dengan Arneta. Sementara El, pria itu masih saja diam entah karena apa. Arneta pun terlihat tidak peduli dengan sikap suaminya itu.
Usai makan malam dilakukan, Nyonya Rossa dan Tuan Keenan sudah kembali duduk di ruangan tengah diikuti anak-anak dan menantu mereka. Suasana di ruangan tersebut terdengar heboh saat Nyonya Rossa mendengar jika Evan akan bekerja lebih cepat di perusahaan menggantikan posisi suaminya.
"Kalau begitu Mama dan Papa bisa segera pindah ke kampung Mama dong!!"
Evan mengangguk. Salah satu alasannya kembali lebih cepat karena ingin membuat kedua orang tuanya cepat menikmati hari tua mereka di tempat yang mereka inginkan.
"Papa percaya kalau kamu bisa mengurus perusahaan dengan baik, Evan." Kata Tuan Keenan kemudian. Membuat El mendengus dalam hati mendengarnya. Sampai saat ini El memang menaruh sedikit rasa tidak suka pada Evan karena kehadiran Evan di keluarganya membuatnya seperti tersingkirkan. Bahkan Tuan Keenan jarang memuji dirinya dibandingkan Evan.
Arneta mulai merasakan hawa tak mengenakkan di wajah El di saat Tuan Keenan memuji kehebatan Evan. Membuat Arneta berpikir jika hubungan Evan dan El kurang harmonis.
"Oh ya, Evan. Arneta ini yang nantinya akan menjadi sekretaris kamu di kantor. Papa harap kalian bisa bekerja sama dengan baik, ya!"
Wajah Evan nampak tersenyum pada Arneta. Membuat Arneta spontan membalas senyumannya. El semakin tidak suka saja melihatnya. Kenapa juga istrinya itu bersikap begitu manis di depan Evan.
Pukul sepuluh malam, El sudah mengajak Arneta pulang dari kediaman orang tuanya. Dia menolak permintaan Tuan Keenan untuk menginap di rumah. Di perjalanan pulang, Arneta sama sekali tidak berani mengeluarkan suara. Dia merasa hawa di wajah El sangat tidak mengenakkan sejak tadi. Dan Arneta tidak mau menjadi tumbal kekesalan El.
"Tunggu!!" El menahan pergerakan Arneta sebelum wanita itu masuk ke dalam kamar. Arneta sontak membalikkan tubuhnya ke belakang. Menatap wajah El dengan tatapan penuh tanya. El tidak langsung berbicara. Dia sedikit bingung apakah harus mengutarakan apa yang ada di hatinya atau tidak pada Arneta.
"Ada apa, El? Apa kamu membutuhkan sesuatu?" Arneta mengeluarkan suara untuk bertanya. Dia penasaran juga kenapa El menghentikan pergerakannya.
"Aku akan keluar dengan teman-temanku." Balas El. Akhirnya dia tidak menyampaikan isi hatinya justru mengatakan hal lain pada Arneta.
Arneta tertegun. Untuk pertama kalinya pria itu berpamitan pada dirinya. Apa pria itu benar sudah berubah sehingga sikapnya bisa berubah seperti itu? Arneta jadi bertanya-tanya dibuatnya.
El melenggang pergi meninggalkan Arneta setelah berpamitan. Arneta pun kembali melanjutkan langkahnya masuk ke dalam kamar. Dia sudah terbiasa melihat El pergi di waktu malam seperti ini. Arneta tidak mempermasalahkannya dan tidak ingin bertanya kemana suaminya itu akan pergi.
Beberapa saat berselang, El sudah tiba di sebuah klub dimana ia pernah melihat Arneta bekerja di sana. Ben dan Ezra juga sudah berada di sana menunggu kedatangan El sejak tadi.
"Kenapa kamu meminta kita pindah nongkrong ke sini?" Ezra bertanya. Padahal tadi ia dan Ben sudah nongkrong di coffe shop. Menikmati secangkir kopi hangat sembari bercerita. Namun, karena El meminta mereka pindah tongkrongan membuat keduanya jadi beranjak ke klub.
El tidak menjawab. Dia justru menghempaskan bokongnya dengan kasar di atas sofa. Ben dan Ezra saling pandang. Mereka menebak jika terjadi sesuatu dengan El sehingga sikapnya begitu.
"Kak Evan sudah berada di sini." Beri tahu El sebelum Ezra dan Ben bertanya. Wajah Ezra dan Ben nampak kaget. Keduanya kaget karena kedatangan Evan jauh lebih cepat dari waktu yang sudah direncanakan.
"Wah, enak dong kalau begitu. Kamu jadi ada teman bertukar pikiran tentang bisnis!" Kata Ezra kemudian. Perkataan yang barusan ia katakan membuat pandangan El berubah tajam kepadanya. Membuat Ezra menghela napas melihatnya. "El, apa kamu masih gak suka sama Kak Evan? Kupikir kamu udah berbaik hati kepadanya."
El hanya diam. Dia sama sekali tidak ingin menjawabnya. Untuk rasa di dalam hatinya pada Evan, cukup ia yang mengetahuinya.
"Sudahlah, jangan membuat suasana jadi kacau. Bukannya kita datang ke sini untuk bersenang-senang?" Ben mengintrupsi percakapan Ezra dan El. Membuat keduanya mengangguk mengiyakannya. Ketegangan yang tadi diperlihatkan oleh El akhirnya meredup. Hingga akhirnya beberap saat berlalu, Ben beranjak dari posisi duduk saat melihat sosok wanita yang cukup dikenalinya berada tidak jauh dari dirinya berada saat ini.
"Kamu mau kemana, El?" Tanya Ben. El hanya menoleh sejenak pada Ben. Kemudian melanjutkan langkah menuju wanita yang tengah menjadi pusat perhatiannya.
"Ada yang bisa saya bantu, Tuan?" Wanita yang kini dihampiri oleh El bertanya dengan wajah tersenyum manis. Dia berpikir jika El membutuhkan jasanya saat ini.
"Kamu temannya Arneta yang pernah bekerja di sini juga, kan?" Bukannya menjawab, El justru balik bertanya. Membuat wanita itu bingung kemudian menganggukkan kepalanya merespon pertanyaan el.
***
Teman-teman, boleh bantu kasih rate bintang 5 ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️ dulu sebelum lanjut. Jangan lupa tinggalkan jejak like dan komen juga, ya🤗
serta ditunggu karya selanjutnya lopeupull 😘😘😘