PELANGI CINTA BAGASKARA
Bagaskara keluar asrama sambil menenteng koper hitam yang berisi oleh-oleh titipan kakak dan adiknya dengan wajah lesu.
Jika bukan karena kakaknya akan bertunangan, Bagaskara enggan rasanya untuk pulang kerumah karena banyaknya tugas yang menunggunya disini.
“Ren, anterin ke stasiun kereta cepat halim dong”, ujar Bagaskara sambil melemparkan kunci mobil miliknya kepada bawahan sekaligus teman seperjuangannya itu.
“Siap komandan”, jawabnya dengan sikap hormat dan langsung bergegas masuk kedalam mobil.
Semua orang dimarkas tahu jika Bagaskara lebih senang pulang ke Bandung dengan menggunakan kereta, selain lebih santai dia juga malas jika harus bermacet-macetan dijalan raya.
Apalagi dalam kondisi weekend seperti ini, bisa dipastikan kondisi jalan raya akan padat merayap.
Sementara itu, dibandar udara Halim tampak seorang gadis muda turun dari pesawat dengan senyum lebar “Akhirnya, sampai juga”, ucapnya penuh semangat.
Bayangan keberadaan ketiga sahabatnya menyambut kedatangannya di lobi apartemen dan langsung berebut oleh-oleh yang dibawanya membuat Audry senyum-senyum sendiri.
“Ah, aku sudah tidak sabar ingin bertemu dengan mereka”, ujarnya sambil melangkah keluar dari dalam bandara dengan hati riang.
Audry yang ingin menghubungi ketiga sahabatnya segera mengeluarkan ponsel dari saku blazernya dan segera mengaktifkannya untuk memberikan kabar jika dia sudah ada dibandara dan tiga puluh menit lagi akan sampai di apartemen, waktu yang pas bagi mereka pulang dari kantor.
Drttttt......
Baru saja ponsel diaktivkan, panggilan dari bu Maya kepala HRD langsung masuk, membuat Audry menghentikan langkah kakinya sambil menghela nafas panjang sebelum mengangkatnya.
"Halo bu", jawab Audry sopan.
"Posisi? ", tanya bu Maya to the point.
Mendengar pertanyaan bu Maya, Audry yang merasakan feeling buruk pun menjawab ragu "Loby bandara bu",
"Bagus. Kamu sekarang segera meluncur ke stasiun kereta cepat halim untuk pergi ke Bandung. Tiket kereta sudah ibu email ", ucapnya datar.
Audry hanya bisa membulatkan kedua mata dengan mulut sedikit terbuka karena terkejut akan perintah dadakan dari kantornya itu.
"Tapi bu... ", Audry yang ingin melayangkan protes segera dihentikan oleh Maya yang kembali bersuara dengan tegas.
"Audry, no debat", ucapnya dan langsung menutup telepon sepihak.
Audry hanya bisa mengeram marah sambil membuka email yang baru saja masuk dari kepala HRD nya tersebut.
“Ya Tuhan, apalagi ini....”, gumannya penuh keluhan melihat banyaknya notifikasi pesan dan email yang masuk kedalam ponselnya.
Audry fokus pada email dari bu Maya untuk melihat jadwal kereta cepat yang dipesankan untuknya.
“Oh s***t! ini....”\,meski merasa kesal namun melihat jadwal keberangkatan kereta di tiket yang baru saja dia unduh dari emailnya\, membuat Audry bergegas keluar untuk mencari taxi yang akan membawanya ke stasiun kereta cepat halim.
“Sial! Seenaknya saja memberi perintah mentang-mentang punya kuasa”, Audry berjalan cepat ke parkiran dimana taxi bandara berada sambil mengomel tanpa henti.
Setelah mendapatkan taxi, Audry bergegas memasukkan kopernya kedalam bagasi sebelum masuk kedalam mobil.
Didalam taxi, Audry menghempaskan tubuhnya ke jok mobil sambil menghembuskan nafas dengan kasar.
Drttt....
Ponselnya kembali bergetar menampilkan serangkaian pesan masuk terus menerus dari group divisi keuangan tanpa henti membuat Audry memijit celah diantara alisnya secara perlahan karena tiba-tiba kepalanya terasa berdenyut.
"Apalagi ini ya Tuhan....kenapa kerjaan seakan tak ada habisnya ", gumannya mengelu.
Diapun hanya bisa menghembuskan nafas dengan kasar, menatap layar ponsel yang terus berkedip tanpa henti.
Baru saja turun dari pesawat setelah sepekan mengaudit perusahaan cabang yang ada di Makassar, dia sudah kembali mendapatkan perintah untuk meluncur ke Bandung.
Dan sekarang, direktur keuangan membutuhkan beberapa data darinya sehingga Audrypun terpaksa membuka laptop untuk mengirimkan data yang diminta karena sebentar lagi pimpinan divisinya itu akan melakukan rapat dengan para pemegang saham.
Audry rasanya tak diberi waktu untuk bernafas barang sejenak, namun apalah daya dia hanyalah budak korporat yang harus nurut dan patuh apa kata atasan jika tak ingin ditendang.
Setelah selesai mengirimkan email untuk direktur keuangannya, Audry mulai membalas satu persatu pesan dan email yang masuk karena takut ada permasalahan penting yang terlewatkan.
Melihat beberapa pesan di group keuangan tentang adanya kecurangan di proyek yang baru saja perusahaan kerjakan yang ada di Palembang membuat kepala Audry berdenyut kencang.
Jika sudah begini, sebagai ketua tim audit diperusahaannya dia harus turun langsung untuk meninjau laporan keuangan disana tiga hari lagi, membuat kepala Audry seakan mau meledak karena overload.
Ingin rasanya Audry menangis, merasa sangat lelah dengan semua pekerjaan yang seakan tiada habisnya ini.
“Sabar Audry, sabar..... Kamu tidak boleh menyerah sekarang. Bukankah ini sudah menjadi keputusanmu untuk hidup mandiri seperti ini”,Audry pun mensugesti pemikirannya agar semangatnya tak menjadi kendor.
Ya, Audry memilih keluar dari rumah dan bekerja di Jakarta setelah lulus kuliah karena ingin membuktikan jika dirinya mampu berdiri dengan kemampuan yang dimilikinya tanpa bantuan dan nama besar keluarganya.
Dan hal itu telah dibuktikannya selama tiga setengah tahun ini, dimana usaha kerasnya dengan mengandalkan kecerdasan otak serta keuletannya bisa berada diposisi manager keuangan.
Sebuah posisi yang hingga kini masih menimbulkan pro dan kontra diperusahaannya karena dengan usia yang baru menginjak 22 tahun serta masa kerja yang sebentar dia bisa menduduki posisi tinggi tersebut.
Banyak rumor buruk berkembang mengenai dirinya yang naik jabatan dengan cepat akibat koneksi orang dalam.
Audry yang memang cuek orangnya tak terlalu menanggapi rumor yang menyudutkannya tersebut.
Yang dilakukannya hanyalah bekerja keras dan membungkam mulut semua orang yang selama ini meremehkan dan meragukan kinerjanya dengan prestasi.
Dan keberhasilan dirinya menangani berbagai macam kasus, khususnya yang berkaitan dengan penggelapan dana perusahaan hingga membuat atasannya semakin bangga padanya karena para koruptor diperusahaan bisa dibasmi dengan cepat sebelum menimbulkan kerugian yang lebih besar dimasa depan.
Meski sangat lelah, namun sebagai professional Audry pun mengabaikan kondisi tersebut dan jemari lentiknya terus bergerak cepat, membalas satu persatu pesan yang masuk sambil sesekali menggigit roti yang ada ditangannya untuk menganjal perutnya yang sudah mulai berdemo karena sejak pagi belum terisi.
Setelah sepuluh menit menempuh perjalanan, Audry pun sampai di stasiun kereta cepat halim yang akan membawanya ke kota kembang.
Audry masuk kedalam stasiun dengan membawa koper ukuran sedang berwarna hitam dan sebuah backpack berisi laptop serta beberapa berkas pekerjaan berwarna senada yang bergelayut manja dipundaknya.
Melihat kereta yang akan dia naiki telah tiba, tanpa membuang waktu Audrypun segera memasuki gerbong kereta dan bergegas mencari nomor kursinya agar bisa cepat beristirahat, meski hanya sejenak.
"Ini dia.. ", gumannya dan langsung meletakkan koper dikompartemen atas sebelum duduk di dekat jendela sesuai nomor yang ada di tiketnya.
Audry bernafas sejenak sambil menyeruput air mineral dari botol yang dibawanya sebelum dia mengeluarkan laptop dari dalam tasnya dan segera membuka email yang dikirim oleh bu Maya mengenai materi yang akan dia presentasikan besok agar bisa dia pelajari selama perjalanan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments