Kinara yang baru menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi luar negeri segera pulang ke kampung halamannya untuk segera bertemu dengan kakak kandungnya yang sejak lama tinggal bersama sang nenek.
Namun hal tak terduga terjadi, kakaknya yang ditemukan tak bernyawa di belakang sekolah, menimbulkan berbagai spekulasi.
Mampukah Kinara menyibak rahasia kematian sang kakak ?.
Yuk baca cerita lengkapnya disini, dan jangan lupa like serta dukungannya agar Kinara bisa menyibak rahasia kematian sang kakak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qiana Lail, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 7. Dom Anggels
"Aku akan kembali ke rumah uncle Bram, terserah padamu mau ikut atau tetap bersembunyi di sini."
"Aku datang bukan untuk bersembunyi dari para pembunuh itu. Aku datang untuk membalaskan kematian kakakku !." ucap Kinara yang langsung pergi meninggalkan Boy.
Terpaksa Boy bangkit dan segera mengikuti langkah Kinara. Setelah memastikan keadaan aman, keduanya kini melangkah kembali ke Sekolah.
"Aku minta semua informasi tentang Naga Hitam secepatnya !." ucap Kinara di telpon.
Boy langsung menghentikan langkahnya saat ia mendengar perkataan dari Kinara. Dengan cepat ia menyamakan langkah kakinya seiring dengan Kinara.
"Nona muda apa maksud mu ?." tanya Boy saat ia sudah sejajar dengan Kinara.
"Membalas dendam." jawab Kinara dengan singkat.
"Nona mereka bukanlah kelompok mafia sembarang. Bahkan keluarga Abimanya saja tidak bisa berkutik dihadapan mereka. Tolong pikirkan baik-baik sebelum anda mengambil keputusan."
"Aku tau apa yang harus aku lakukan. Dan hal yang harus aku lakukan adalah membalas dendam kepada semua yang terlibat dalam pembunuh kakakku."
Boy hanya bisa menelan ludah dengan susah payah. Ia tidak habis pikir kenapa nona mudanya yang satu ini sungguh keras kepala, berbeda dengan Nona Kinan.
Tapi lagi-lagi ia tidak bisa melakukan apa-apa selain mendukung dan melindunginya dari segala kemungkinan terburuk.
Dengan cepat Boy mengirimkan pesan kepada Bram. Karena hanya Bram yang bisa mengendalikan nona Kinara.
Tanpa berfikir panjang, Kinara langsung masuk kembali kedalam kelasnya. Dimana disana sudah ada kejadian yang di luar ekspektasi nya.
Arin sudah babak belur, dengan darah disudut mulut dan bajunya. Entah apa yang dilakukan oleh Queen dan gengnya.
Saat ini Arin sudah terikat di kursi dengan mata yang masih terpejam. Entah ia sadar atau dalam kondisi pingsan.
"Bangunlah ia segera !." perintah Queen.
Dengan cepat Bela membuka air mineral, kemudian mengguyur wajah Arin dengan kasar.
Arin perlahan membuka kedua matanya, tatapan matanya terlihat sangat ketakutan. Bahkan ia berusaha untuk menahan rasa sakit yang sangat luar biasa.
"Cepat katakan dimana tempat persembunyian si jalang itu selama ini. Jika kau mau buka mulut aku akan segera melepaskan mu, tapi jika sebaliknya maka kau harus siap dengan semua konsekuensinya."
"Aku tidak tau, sudah berapa kali aku katakan bahwa aku tidak tau dimana biasanya nona Kinan bersembunyi."
Plak !
"Masih berani berbohong, apakah belum cukup pelajaran yang kami berikan ? Atau kau ingin adikmu bernasib sama dengan jalang sialan itu ?."
"Tidak, jangan sentuh adikku. Aku benar-benar tidak tau tempat Nona muda selama ini bersembunyi."
"Aku hanya tau Nona Kinan selalu pulang ke mansion Abimanya tepat waktu. Bahkan kau bisa bertanya kepada tuan besar secara langsung."
Prok Prok Prok !
Terdengar tepuk tangan dari arah pintu. Namun saat semua menoleh ke sumber suara. Terlihat Kinara yang berjalan sambil menundukkan kepalanya.
Tak lama kemudian, Boy beserta teman-temannya menyusul dibelakangnya. Hal itu membuat Queen tidak tau harus berbuat apa.
Ia hanya bisa mengepalkan tangannya dengan erat, untuk sekedar menahan amarah yang sudah hampir meledak.
"Apakah Queen and geng hanya bisa menekan wanita lemah seperti Arin dengan cara mengancam seorang bocah sebagai Sandra ?." tanya Boy sambil duduk di tempat duduk yang berdampingan dengan Kinara.
"Boy sebaiknya kau tidak ikut campur, jika kau tidak ingin menyesal kemudian." ucap Queen sambil menahan amarahnya.
"Ya aku sungguh sangat menyesal, karena tidak bisa melindungi wanita sebaik Nona Kinan Abimanya."
"Dan aku sangat menyesal karena aku tidak bisa berbuat banyak saat Sahab ku Arin, di aniaya oleh wanita menjijikkan seperti mu." ucap Boy dengan acuh tak acuh.
"Kau ! Jangan sampai kau melewati batasan mu Boy. Aku punya batas kesabaran meskipun terhadap mu."
Tanpa menjawab ucapan Queen, Boy langsung melepaskan Arin. Dan meminta Arin agar segera mengobati lukanya.
Hal itu membuat Queen semakin marah, dengan sigap ia berusaha untuk menampar wajah Kinara.
Namun belum sempat tangan Queen menyentuh wajah Kinara, Queen diam membeku seperti patung.
Seluruh tubuhnya terasa sangat kaku tidak bisa digerakkan sama sekali. Queen berusaha sekuat tenaga untuk bisa menggerakkan tangannya namun semua sia-sia.
"Apa yang terjadi dengan Queen ? Mengapa ia tiba-tiba diam seperti patung ?." ucap Bela dengan lirih.
Hal itu membuat semua mata menatap kearah Queen yang berdiri seperti patung. Bahkan Boy segera mendekat untuk melindungi Kinara merasa heran dengan reaksi Queen.
"Hai cupu apa yang kau lakukan kepada ku hah ?." tanya Queen dengan kesal.
Kinara hanya diam sambil memperlihatkan wajah polosnya. Ia tidak mengatakan apapun, hanya mengangkat bahu dengan acuh.
"Brengsek ! Kembalikan gue seperti semula, jika kau berani macam-macam maka kau akan menanggung akibatnya." ancam Queen.
"Apa yang aku lakukan ? Bukankah kau yang ingin menyerang ku ?." tanya balik Kinara.
"Queen apa yang terjadi ?."
"Benar apa yang sebenarnya terjadi ? Mengapa kau malah diam tanpa melakukan apapun ?." tanya geng Queen.
"Cepat tolong aku, aku tidak bisa menggerakkan tubuhku sama sekali." perintah Queen.
Semua kawan-kawan Queen langsung berusaha untuk membantu Queen. Namun sekeras apapun usaha yang mereka lakukan, Queen sama sekali tidak berubah.
Ia masih dengan posisi yang sama, posisi berdiri dan hendak menampar Kinara. Hanya saja posisinya seperti sebuah patung batu.
"Cepat lakukan sesuatu, aku tidak mau berada dekat dengan cupu ini." ucap Queen dengan putus asa.
Teman-temannya berusaha lebih keras lagi, namun tetap saja hasilnya sama. Bahkan mereka mulai berkeringat karena terlalu ekstra mengeluarkan tenaga.
"Sudah biarkan saja seperti itu, hitung-hitung kita punya manekin baru dikelas ini." cletuk Boy.
Banyak siswa yang diam-diam tersenyum melihat kondisi Queen, hanya saja mereka tidak berani menunjukkan nya. Mereka takut akan terkena dampaknya dikemudian hari.
Sementara Queen hanya bisa pasrah dengan keadaan yang menimpanya saat ini. Dan yang lainnya melanjutkan aktivitas belajar seperti biasanya.
Baik guru maupun siswa tidak ada yang berani melakukan apa-apa terhadap Queen. Karena ada Naga Hitam dibelakang Queen.
Setelah pelajaran selesai, seluruh penghuni kelas baik guru maupun siswa meninggalkan kelas untuk kembali ke rumah masing-masing. Hanya menyisakan Queen dan gengnya.
"Panggil Naga Hitam kesini secepatnya ! Aku tidak tahan dengan kondisi seperti ini !." teriak Queen.
Bela dengan cepat mengambil ponsel di tasnya Queen. Ia langsung menghubungi nomor yang biasanya Queen hubungi untuk memberikan pelajaran bagi musuh-musuh Queen.
Setelah menunggu akhirnya mereka datang juga. Mereka segera memeriksa kondisi Queen. Namun tidak ditemukan sesuatu yang aneh di tubuh Queen.
"Dom Anggels ? Bagaimana mungkin hal ini terjadi ?." ucap pemimpin kelompok tersebut.