"Kaiden?"
Savira Azalea biasa dipanggil Zea, umurnya 21 tahun lebih berapa bulan. memilih merantau ke kota demi meninggalkan keluarga toxic nya, Zea justru bertemu kembali dengan mantan pacarnya Kaiden, sialnya Kaiden adalah anak dari majikan tempat Zea bekerja.
"Zea, kamu mau kan balikan lagi sama aku?"
"enggak Kai, aku gak bisa kita udah berbeda"
"enggak Ze, enggak!. kamu tetep Zea-nya Kaiden. gadis yang aku cintai sedari dulu. kamu dan hadirnya berarti dalam hirup aku Ze"
"kisah kita memang indah, tapi tidak untuk diulang"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nsalzmi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
Kaiden tertunduk di depan lutut Zea. Berulang kali Kaiden menghapus air matanya dengan lengan baju secara kasar.
"Oke aku maafin." ucap Zea
"Serius?" tanya Kaiden
"Iya-"
"Yessss...." Seru Kaiden yang langsung berdiri dan melompat ke sofa, "Yuhhhuu....."
"Ehemm.... Kata tadi sakit Pak" ucapan yang menyadarkan Kaiden, ia meringis sambil menahan senyumnya, "Iya saya memang sakit Buk."
Zea tertawa renyah, ternyata bukan dirinya saja yang masih mengingat panggilan cinta semasa SMA. Mereka berdua masih sama, saling merindukan dan masih saling menyayangi.
Kaiden menarik Zea untuk berdiri, ia memeluk pinggang Zea sangat posesif, "Kalau aku gak bisa miliki kamu, itu gak mungkin Ze." ucapnya meyakinkan
Zea memiringkan kepala, "Kok kamu bisa seyakin itu?"
Kaiden tersenyum, "Zea-nya Kaiden dulu pernah bilang, yang boleh cium Zea itu harus suaminya nanti, dan aku udah dapetin itu."
Zea memukul pundak Kaiden pelan, "Aku dah lupa." bohong-nya
"Masa iya sih?" goda Kaiden dengan alis naik turun
"Iya seriusan aku lupa." Zea mengangkat dua jarinya
Keduanya bertatapan dengan binar cinta, keduanya enggan untuk melepaskan tatapan, Zea merindukan Kaiden, wangi nya, senyumnya, semuanya.
"Yang tadi manis Ze, boleh lagi?" pinta Kaiden dengan nada nakal. Ia mendekat meniup cuping telinga Zea pelan.
Zea memejam, tangan Kaiden bergerak mengelus punggung Zea, perlahan. Kaiden mendekatkan bibirnya pada telinga Zea, "Come on baby." bisiknya dengan suara sensual.
"Kamu dan aku berbeda Kai, tapi aku harap ini jadi akhir terbaik diantara kita." ucap Zea yang langsung mengalungkan kedua tangannya di leher Kaiden.
Kaiden memajukan wajah, ia mencium seluruh wajah Zea, menyisahkan satu bagian yang belum ia cumbu, tangan Kaiden mengelus pelan pipi Zea, meraba bibir ranum Zea.
Ia mengangkat tubuh Zea dalam gendongannya. Kaiden membawa Zea naik kelantai dua, kekamarnya.
Brakk
Pintu kamar Kaiden dorong dengan kakinya, ia meletakkan Zea dengan penuh hati-hati keatas ranjang king size miliknya."Kai kita mau ngapain?" seru Zea saat melihat Kaiden menutup pintu sliding kaca balkon, menutup seluruh gorden. Jangankan mata orang lain, angin dan cahaya yang bergerak masuk saja tidak diberi izin untuk melihat lebih.
"Mau kasih tanda kepemilikan." ucap Kaiden dengan senyum seringainya
"Gak mau." Zea menutupi dadanya, ia berdiri diatas kasur.
"Sedikit Zea." pinta Kaiden
"Gak Kaiden gak!"
Zea terus menghindar saat Kaiden mengejar, Zea melompat kebawah berjalan setengah berlari, saat akan Kaiden sampai, ia melompat lagi naik ke kasur, Zea meringis merasakan kakinya yang terasa begitu ngilu, "Arghh..." ia duduk dipinggir kasur
"Tuh kan... Saki! Coba tadi langsung mau, pasti gak sakit." omel Kaiden yang membuat Zea menatap ke arah lain
Mata Zea menyipit, ia bergerak mengambil foto yang terpajang di nakas.
Foto Zea dan Kaiden sewaktu SMA. Foto kedua manusia yang saling mencintai. Difoto itu Zea memakai bando bentuk kelinci, dan Kaiden merangkul pundak Zea dengan begitu romantis. Senyum lepas keduanya menggambarkan rasa bahagia yang sulit untuk dijelaskan. Foto itu diambil sewaktu ada pasar malam, tepatnya didepan wahana kesukaan Zea, Biang Lala.
Bibir Zea melengkung tipis, kangen.
Zea merindukan semua kenangan itu, ia mengelus pelan foto itu.
Kaiden memperhatikan Zea yang memeluk foto itu sambil menangis,"Itu waktu kamu ulang tahun Ze." ucapnya
Zea mengangguk, "Sehabis kamu pergi, aku gak pernah lagi dapet ucapan ulang tahun dari siapapun." ucap Zea lirih
"Aku benci kamu Kai, tapi aku juga egois." erang Zea
Kaiden menunduk,"Aku juga egois Ze, aku egois karena ninggalin kamu sendirian."ucap Kaiden. "Aku mau kamu sekali lagi Zea." lanjut Kaiden lirih
Zea menggeleng kuat, "Aku gak bisa Kai."
Kaiden menggenggam tangan Zea, "Izinin aku berjuang untuk dapetin kesempatan itu."
Zea tersenyum, ia mengangguk mantap. Kaiden menarik tengkuk Zea pelan, ia memajukan kepalanya.
Tin
Tin
"Arkhh!"
"Siapa sih ganggu banget!"
Suara mobil yang mengklakson diluar membuat Zea melotot kaget, Kaiden turun dari kasur king size nya, ia mengintip dari gorden putih tipis balkonnya.
Kaiden memukul kepalanya berulang kali, ia sedang memikirkan ide. "Ze, kamu disini. Biar aku turun kebawah."
Alis Zea meliuk dalam, "Siapa yang dibawah Kai?"
Kaiden memejam, "Dia-"
Drttt... Drttt...
Hp yang berada diatas nakas bergetar lama, menandakan ada telepon masuk. Zea jadi menoleh, alisnya mengerut membaca nama penelpon.
(Nesha Cantikku) pake emoticon lope-lope.
"Sayang...." teriak wanita dari lantai bawah
"Sayang?"
"Tiduran gih disofa, biar aku yang urus." suruh Zea. Kaiden menurut.
Zea mendengus, Ia masuk kedalam kamar mandi, mengambil keranjang pakaian kotor Kaiden dan membawanya keluar, ia mengambil seciduk air, ia menumpahkan sedikit air dilantai, ia menggulung sprei.
Ceklek
Pintu terbuka, menampilkan gadis cantik, berkulit putih, matanya bulat, rambutnya panjang. Ia masuk sambil menenteng beberapa paper bag ditangannya.
"Say-"
"Kamu siapa?" tanya Nesha pacar Kaiden dengan nada tak suka, bahkan Ia menunjuk wajah Zea.
"Saya pembantu mas Kaiden nona." jawab Zea pelan.
Disofa sini Kaiden menahan senyum saat Zea memanggilnya dengan panggilan Mas. Kaiden menyukai itu.
"Pembantu apa kayak kamu-"
"Mas Kaiden tadi muntah-muntah nona, saya kesini untuk menggantikan sprei dan mengambil baju kotor mas Kaiden saja." sela Zea. "Permisi" lanjutnya lagi, sebelum akhirnya Zea turun membawa keranjang pakaian kotor di tangannya.