Erlangga Putra Prasetyo, seorang pemuda tampan dengan sejuta pesona. Wanita mana yang tidak jatuh cinta pada ketampanan dan budi pekertinya yang luhur. Namun di antara beberapa wanita yang dekat dengannya, hanya satu wanita yang dapat menggetarkan hatinya.
Rifka Zakiya Abraham, seorang perempuan yang cantik dengan ciri khas bulu matanya yang lentik serta senyumnya yang manja. Namun sayang senyum itu sangat sulit untuk dinikmati bagi orang yang baru bertemu dengannya.
Aira Fadilah, seorang gadis desa yang manis dan menawan. Ia merupakan teman kecil Erlangga. Ia diam-diam menyimpan rasa kepada Erlangga.
Qonita Andini, gadis ini disinyalir akan menjadi pendamping hidup Erlangga.Mereka dijodohkan oleh kedua orang tuanya.
Siapakah yang akan menjadi tambatan hati Erlangga?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengakuan Erlangga
Keesokan harinya.
Bunda Winda, Papa Pras dan Erlangga sudah siap untuk berangkat mengantar Kendra lamaran. Dari keluarga Kendra juga sudah ada orang tua dan saudaranya. Papa Pras juga mengajak Pak Ruben dan beberapa staf lain untuk ikut serta.
Mereka berangkat bersama ke rumah Pak Dion.Ada sekitar lima mobil yang berangkat ke sana. Karena Qonita sudah menjadi tanggung jawab Pak Dion, jadi acara dilaksanakan di rumah Pak Dion.
Sesampainya di rumah Pak Dion, mereka, disambut oleh beberapa orang. Hanya keluarga inti saja yang mereka undang. Beberapa awak media pun sudah ada di sana sejak satu jam yang lalu.
Qonita keluar dengan memakai pakaian kebaya modern. Dia ber make-up natural malam ini. Kendra semakin terpesona dengan kecantikan Qonita.
"Bro, jaga mata! Belum halal." Bisik Erlangga.
"Huh... do'akan aku ya, bos."
"Pasti.... maaf sudah merepotkanmu."
"Bos, kamu ini ngomong apa? Sudah kubilang, aku akan membuatnya jatuh cinta kepadaku."
"Ya, ya... aku percaya itu. Semoga, Allah memudahkan langkahmu."
"Amin... "
Acara pertunangan mereka dilakukan secara live di beberapa media elektronik. Hal tersebut membuat publik semakin yakin dengan isu sebelumnya. Saat ini Kendra telah memasangkan cincin di jari manis Qonita. Qonita pura-pura tersenyum saat awak media mengambil gambar mereka. Sedangkan Kendra, ia dengan tulus tersenyum dan berjanji dalam hatinya akan membuat Qonita tidak menyesal karena telah menerima lamarannya.
Akhirnya acara pertunangan pun selesai. Semua wak media meninggalkan rumah Pak Dion bersamaan dengan pulangnya rombongan keluarga Kendra.
Kini Erlangga dan keluarganya dapat bernafas lega. Namun Erlangga masih memikirkan satu masalah yang belum ketemu jalan keluarnya. Yaitu masalah hatinya.
Mereka baru saja sampai di rumah. Erlangga langsung masuk ke kamarnya. Begitupun dengan orang tuanya.
Sedangkan di rumah Opa Tristan. Mami Fatin, Papi Zaki, dan Rifka masih belum kembali ke Jakarta. Mereka menunggu hari esok. Hari penentuan keputusan Rifka kepada keluarga Pak Zainal.Setelah itu mereka akan segera kembali ke Jakarta karena banyak pekerjaan yang mereka tinggal di sana.
Hari ini Rifka memutuskan untuk shalat istikharah lagi. Ia berharap akan mendapat jawaban yang benar-benar dapat meyakinkan hatinya.
Jam 1 malam Rifka terbangun. Ia pun melakukan shalat istikharah. Ia menangis dan menumpahkan segala pintanya kepada yang Maha Kuasa.
Di tempat lain, Erlangga pun terbangun. Entah mengapa hatinya sangat gelisah.Setelah shalat sunnah ia pun keluar dari kamarnya. Karena sebelumnya turun hujan dan merasakan kedinginan, ia pun pergi ke dapur untuk membuat susu hangat. Namun saat sampai di dapur, ternyata ia mendapati sang Bunda sedang memasak air.
"Bunda... "
"Iya, Bang... kamu pasti mau bikin susu hangat, kan?"
"Iya, Bunda."
"Ini nanti Bunda buatkan sekalian."
"MasyaAllah, Terima kasih banyak Bunda. Bunda memang selalu ngertiin Er."
"Hem tadi Bunda shalat lalu Bunda ke dapur, karena Bunda tahu kamu pasti tidak akan bisa tidur kalau cuaca dingin."
"Bun, sudah susunya?"Tanya Papa Pras menghampiri istrinya. Ia baru saja muncul.
"Iya ini bentar lagi."
"Kamu juga terbangun, bang?"
"Hehe, iya Pa."
Setelah membuatkan susu hangat untuk suaminya, Bunda membuatkan susu hangat untuk putranya.
"Papa ke kamar dulu, ya."
"Iya Pa."
Erlangga duduk di kursi makan sambil mengaduk susunya agar cepat menghangat. Bunda duduk di samping putranya untuk sekedar menemaninya. Ini kesempatan Bunda untuk bertanya.
"Bunda lihat kamu sedang gelisah, Bang. Apa yang sedang kamu khawatirkan?"
"Hem... tidak ada Bunda."
"Bang, kamu tidak pintar berbohong. Bunda sudah merawatmu dari kecil, Bunda tahu kamu sedang menyembunyikan sesuatu."
Mendengar perkataan sang Bunda, Tiba-tiba mata Erlangga berkaca-kaca.
Bunda menangkup kedua pipi putranya dengan lembut.
"Katakan, Nak. Bunda tidak mau kamu trauma lagi seperti dulu."
Ah demi apa pun Erlangga tidak kuat untuk menahan air matanya. Panggilan Nak dari Bundanya itu sudah begitu menyayat hatinya. Erlangga bersimpuh di pangkuan sang Bunda.
"Ampuni Er, Bunda... Er sudah melakukan kesalahan."
Erlangga menangis sejadi jadinya. Jiwanya luruh di depan sang Bunda. Badannya bergetar hebat. Mungkin kali ini ia harus jujur.
"Bang, kamu salah apa? Kenapa sampai kamu menangis seperti ini?"
"Bunda, maafkan Er. Er tidak dapat mencegah perasaan Er kepada saudara Er sendiri. Er mencintai Rifka, Bunda."
Bunda Winda tidak terkejut lagi dengan pengakuan Erlangga. Karena ternyata pengamatannya selama ini benar. Ia pun mengusap kepala putranya dengan lembut.
"Jadi selama ini, Rifka perempuan yang kamu tunggu?"
Erlangga mengangguk berkali-kali.
"Kenapa tidak jujur sama Bunda dari dulu-dulu?"
"Er tidak mau merusak hubungan keluarga kita Bunda. Er tidak mau membuat Bunda kecewa. Maafkan Er Bunda.... "
Berkali-kali Erlangga mengucapkan kata maafnya kepada sang Bunda. Bunda tidak tega melihat putranya hancur seperti ini. Apa lagi Erlangga pasti sudah tahu kalau Rifka, sedang dijodohkan.Hatinya ikut hancur melihat putranya seperti ini.
"Abang yakin dengan perasaan abang?"
"Er sudah berusaha untuk mengubur perasaan Er, Bunda. Tapi tidak bisa. Bahkan sudah berkali-kali Er shalat istikharah namun jawabannya tetap sama."
Tidak pernah Bunda melihat Erlangga serapuh ini. Terakhir ia melihat Erlangga menangis saat dulu ia trauma dan harus sering ke psikiater.
"Bunda juga sudah istikharah untuk kamu, dan jawabannya adalah Rifka."
Erlangga langsung mendongak melihat sang Bunda.
"Bunda, apa Bunda mendukung Er?"
Bunda menghela nafas panjang.
"Tentu saja Bunda akan mendukung apa pun yang terbaik untukmu, Nak. Tapi masalahnya sekarang Rifka sudah dijodohkan.Mungkin besok Rifka akan memberikan jawaban."
"Tunggu besok, biar Bunda hubungi Bu de mu."
Berkali-kali Erlangga mencium tangan Bundanya dan mengucapkan Terima kasih.
"Hapus air mataku, bang. Diminum susunya, lalu tidurlah. Semoga besok kamu mendapatkan kebahagiaan."
"Terima kasih, Bunda."
"Sudah berpuluh kali kamu bilang maaf dan Terima kasih makan ini sama Bunda. Bunda mau balik ke kamar dulu ya, nanti Papamu ngomel."
Mereka tidak tahu, Jika Papa Pras diam-diam mengintip dan mendengarkan pembicaraan mereka.
Bunda Winda meninggalkan Erlangga. Tiba-tiba Papa Pras muncul di hadapannya.
"Pa... "
"Ssstttt..... "
Papa Pras segera mengajak istrinya kembali ke kamar. Dan di dalam kamar, Bunda Winda menangis. Dari tadi ia sudah menahan air matanya, baru sekarang ia tumpahkan di depan suaminya.
"Hei... kenapa kamu menangis? Apa gara-gara putramu itu?"
"Hiks hiks... kasihan sekali putra kita, Pa. Aku tidak menyangka jika perasaannya sedalam ini sama Rifka."
"Bun, apa kamu yakin seandainya Er mengungkapkan perasaannya, Rifka akan menerimanya?"
"Mungkin."
"Lalu jika pun Rifka menerimanya apa keluargamu yang lain, seperti Mbak Fatin dan suaminya akan setuju?"
"Mungkin."
"Ya Allah, Bun... kenapa jawabannya hanya mungkin?"
"Pa, mana Bunda tahu. Yang Bunda tahu saat ini adalah putra kita butuh bantuan kita."
Papa Pras menghapus air mata istrinya lalu memeluknya.
...****************...
Lanjut yuk
Tapi jangan lupa supportnya kak 😁🙏
lanjut
semangat untuk up date nya
semoga bahagia terus Erlangga dan Rifka