KAIDEN -ex Boyfriend
Savira Azalea, seorang gadis berkulit putih, mata sipit, hidung mancung dangan pipi yang chubby. Rambutnya panjang berwarna hitam asli sedikit pirang. Ditahun ini umurnya genap dua puluh dua tahun.
Pukul 17.30 pm
Gadis cantik yang kerap disapa dengan nama Zea ini baru menginjakkan kaki di kota Jakarta, suasana baru untuk seorang gadis desa yang baru kali ini merasakan yang namanya kebebasan.
Zea tidak pernah bertemu dengan seseorang yang dipanggil dengan kata ibu, apalagi ayah. Sedari kecil Zea tinggal dengan sepasang suami istri yang ia panggil dengan panggilan bibi Santi dan paman Darman. Jika Zea bertanya soal orang tuanya mereka hanya bilang bahwa orang tua Zea meninggal karena kecelakaan, namun hingga kini letak yang dikata makam orang tua-nya pun tak pernah Zea lihat.
Santi ; wanita yang mengaku adik dari almarhum ibu Zea, namun tidak ada sifat yang baik yang bisa ia cerminkan layaknya orang tua, Santi memperlakukan Zea layaknya seorang pembantu, mencuci baju, mengepel, dan seluruh pekerjaan rumah Zea yang mengerjakan, tidak ada hari untuk sekedar tidur dengan nyaman, jika satu pekerjaan rumah belum Zea kerjakan maka tidak akan ada jatah makan untuk Zea, dan satu lagi hal yang paling menyakitkan adalah tali pinggang Darman akan melayang di punggungnya.
Dimata Zea saat itu Santi dan keluarganya adalah orang baik yang dengan rela menyekolahkan Zea hingga tamat dibangku SMA, Zea menganggap semua kekerasan fisik yang ia terima hanyalah tentang bahasa balas budi.
Wira lelaki yang umurnya dibawah dua tahun dari Zea adalah putra tunggal Santi, Wira dan Darman adalah alasan yang selalu membuat Zea hidup penuh dengan ketakutan, Zea takut tidur dengan pintu yang tidak terkunci, Zea takut menatap mata kedua pria yang penuh dengan hawa lapar, setiap malam Zea selalu terjaga, dia takut sangat takut.
Hingga suatu ketika Zea dijodohkan dengan Bisman lelaki tua bau tanah, ia dikenal dengan sebutan rentenir kaya raya di desanya. Hutang puluhan juta yang tak kunjung dibayar, membuat Zea terjebak dalam perjanjian yang Santi lakukan. Sabar,,, kata yang sedari dulu jadi penguat dalam kehidupan tak lagi bisa untuk Zea tahan, akhirnya dalam waktu kesempatan singkat Zea bertemu dengan ketiga istri Bisman, ia meminta tolong agar ia bisa pergi dari desa ini, Zea juga meminta tolong pada Faisal anak dari istri pertama Bisman. Pengaduan itu membuahkan hasil. Sehari sebelum prosesi akad berlangsung, dengan rencana yang sudah dipersiapkan matang-matang akhirnya Zea bisa pergi dihantar Faisal.
Helaan nafas panjang penuh syukur Zea ucapkan untuk hari ini, hari dimana ia bebas dan keluar dari keluarga toxic.
Krukkk
Biasa lambat makan, Zea tidak menyadari bahwa sedari tadi ia belum mengisi perutnya, pandanganya megedar mencari pedagang kaki lima. Angin malam membuat rambutnya yang dikucir kuda tersapu lembut olehnya, wajah putih cantiknya kini berubah memucat, mungkin tadi ada rasa senang bisa keluar dan merantau ke kota, tapi ekspresi itu hanya sebentar. Sekarang yang ada dalam pikiran Zea adalah tempat istirahat untuk tidur, masalah pekerjaan bisa dicari esok setelah istirahat malam ini.
'risol mayo? satu mika isi tiga dua puluh ribu?'
gumamnya mengingat pedagang kaki lima yang baru saja ia lewati.
Langkah kaki Zea berhenti pada satu penjual Bakso, ada banyak penjual lain tapi tak ada makanan yang Zea kenali, semua yang di jual adalah makanan aneh.
"Pak, mau bakso nya satu"
"sisa bakso original neng, bakso urat sama rudal sudah habis"
"yaudah Pak yang original aja satu, makan sini"
"Okey, tunggu sebentar ya neng"
Zea duduk di kursi plastik setelah menaruh tas ransel nya dibawah, sebelah kakinya. Banyak aroma semerbak seperti nasi goreng, sate dan berbagai makanan kaki lima lainnya yang sempat mampir untuk sejenak Zea hirup aromanya.
"jam segini udah habis, bapak mangkal dari jam berapa?" Zea bertanya
Sibapak tukang bakso yang masih sibuk meracik bumbu dimangkuk jadi menoleh, ia tersenyum tipis, "saya mangkal dari jam empat sore mbak, ini mah sudah biasa apalagi malam Minggu, banyak muda mudi yang apelan ngajak pacarnya makan disini" jelas bapak itu dibarengi dengan kekehan
'muda mudi yang pacaran?' Ahh,,, Zea juga pernah merasakan itu, indah sangat indah, hal termanis dalam hidup Zea adalah jatuh cinta.
"nih mbak pesenannya"
memang sudah lapar, Zea langsung menyantap makanan berkuah ini.
Enak, satu kata yang terucap terus dari bibir tipis berwarna asli pink itu, ia terus tersenyum disepanjang acara makannya, enak bisa merasakan lagi makanan yang satu ini, bisa dikata ia hanya sesekali membeli waktu zaman SMA, setelahnya itu tidak pernah lagi.
"mbak dari mana?" tanya bapak penjual bakso
"Saya dari Semarang pak" jalasnya yang membuat pedagang bakso ini sedikit kaget
"wihh... jauh juga mbak, disini merantau atau mau kerumah kerabat?"
"saya disini gak ada kerabat Pak, ini juga kali pertama saya merantau"
Sibapak hanya ber 'o' saja, ia juga tidak bisa bereaksi seperti apa.
Keduanya saling diam hingga kemenit berikutnya,Zea bangkit dari duduk, ia membuka dompet kecil yang berisi uang empat ratus ribu, uang yang diberikan oleh Yuni istri pertama Bisman, ia menyerahkan uang seratus ribu pada bapak penjual bakso, namun ditolak.
"udah mbak gak usah, mbak disini juga baru saja merantau, hari ini rezeki saya sudah Alhamdulillah, yang tadi biar jadi perkenalan kita"
"perkenalan kita" Zea membeo dibarengi dengan wajah nya yang bingung.
"semoga kelak nanti mbak sudah dapat pekerjaan mbak jadi ingat sama saya" jelasnya yang langsung dipahami Zea
"Makasih pak, makasih banyak" ucapnya tulus
"Iya mbak sama-sama" ucapan tulus sibapak dibarengi dengan senyuman," oh,,iya mbak, mm disini harus hati-hati ya mbak ya. ini kota, banyak orang jahat, banyak juga orang baiknya, lebih hati-hati lagi bertemu dan berteman dengan orang baru" lanjutnya lagi
Zea mengangguk paham, untuk itu Faisal sudah mengingatkan, bagaimanapun Faizal dulunya seorang mahasiswa yang sudah lebih dulu mencicipi kerasnya kehidupan dikota.
"kalau gitu saya pamit pak, permisi"
"Iya mbak hati-hati"
***
Zea duduk di halte sambil memainkan kakinya, langit Jakarta yang tadinya penuh dengan gemerlap bintang kini berganti dengan gelapnya awan dan kilatan suara guntur yang siap mengguyur kota Jakarta dengan tangisnya, udara disekitar kian terasa sejuk, membuat Zea terus menggosokkan telapak tangannya agar terasa hangat.
Netranya berubah saat melihat seorang wanita tua sedang berjalan dan duduk di sampingnya sambil membawa palstik belanjaan penuh, Zea tersenyum sambil sedikit menganggukkan kepalanya.
"kamu mau kemana nak?" wanita tua tadi bertanya sambil menepuk paha Zea pelan
"saya mau cari tempat kost, emm ibu tau dimana cari kost gak?" awalnya takut untuk bertanya
wanita itu terkekeh pelan, "haduhhh.... Saya terlalu muda buat kamu sebut ibu, Oma saja ya"
Merasa tidak mendapatkan jawaban, Zea hanya mengangguk pelan, ia melirik wanita disampingnya, dia sedang mengetik pesan lewat ponsel berlayar sentuh. Dalam hati juga ingin bertanya, seberapa umurnya, wajahnya tidak menggambar kan bahwa dia seorang nenek-nenek.
Selang belasan menit suara decitan angkutan umum berhenti, bisa dilihat dari kaca buram jika penumpang didalam ada banyak, dan hampir penuh, tapi yang namanya kernet pasti akan dibilang kalau masih kosong.
Zea segera bangkit dari duduk, tak disangka wanita tua itu juga ikut bersamanya. Zea naik dan duduk tepat di depan pintu, dari posisi duduknya sini bisa dilihat wanita yang meminta dipanggil Oma tadi sedang berjalan pelan untuk naik, didalam sudah penuh, bisa dilihat bahwa orang-orang itu seperti orang yang sibuk betul karena membawa tas totebag besar dan berpakaian formal.
Prakk
Plastik belanjaan yang dibawa robek, semua belanjaan milik wanita tua tadi yang berisi buah dan berbagai cemilan jatuh berceceran.
"haduh buahnya kotor, ini untuk cucu saya" wanita tua itu sedikit bingung saat membereskan semuanya, sepertinya ia tidak bisa berjongkok untuk mengambil
Zea turun dan langsung melepas ikat rambutnya, ia mengikat bagian bawah plastik dengan ikat rambutnya, segera ia membantu memasukan satu per satu barang, dengan cepat.
"Ini Oma"
"makasih ya sayang"
Whusss
Angkutan tadi melewati begitu saja, sempat dengar ada beberapa orang yang mengeluh karena menunggu terlalu lama, Zea pikir dia tidak akan ditinggal, mengingat tas ranselnya sengaja ia tinggalkan.
"Woiiii"
"Berhenti"
"Woii... itu ada tas aku",teriak Zea, ia mengejar hingga jauh, seluruh tubuhnya lelah, ia tak kuat lagi untuk berlari hingga ia kelelahan dan menangis.
***
Setelah beberapa saat ia kembali ke halte itu, dan wanita tua tadi ternyata masih disana dan terlihat jika dia baru saja menutup telpon. Zea mendudukan diri dengan kasar, air matanya belum kering sempurna
Wanita tua itu tertunduk, merasa bersalah ia menghampiri Zea, "maaf ya gara-gara Oma kamu jadi ketinggalan angkot"
Zea menggeleng lemah,"Oma gak salah, kalau pun saya gak naik angkot tadi juga gapapa, tapi masalahnya tas sama dompet saya ada didalam"
Wanita itu jadi menyadari ternyata sedalam itu kesalahan nya, ia benar-benar merasa tak enak hati.
Tin Tin
Mobil Alphard berwarna hitam berhenti tepat didepan mereka, pintu mobil terbuka pelan dari dalam, seorang pemuda tampan keluar dengan senyum manisnya.
"Lain kali kalau mau berkunjung kabari dong Oma" ucapnya sopan sambil menyalam tangan wanita tua itu, "ayo kita pulang mama sama papa udah nunggu dirumah"
ajaknya
Sekarang wanita tua itu akan pergi tapi bagaimana dengan Zea, jangankan untuk menghadapi besok, hari ini saja Zea juga tidak tahu harus berbuat apa.
"ayo kamu ikut Oma" ajak wanita paruh baya itu, menyentuh bahu Zea
"enggak usah Oma" tolaknya pelan, jujur saja Zea takut
"Kenapa tidak? tas dan dompetmu saja ada dalam angkot tadi, bagaimana caramu pulang, hemm?" tanyanya lembut
Zea menunduk, dia takut diajak orang asing, dari segi mobilnya terlihat bahwa ia keluarga berada, tapi bisa sajakan mereka oang jahat yang bekerja sama.
"Rumah anak saya besar, dia memerlukan seorang pembantu, apa kamu mau?"
Ucapan yang langsung membuat Zea mengangkat wajahnya, "Oma menawari saya pekerjaan?" Wanita itu menangguk sambil tersenyum lembut
Pria tampan itu sedikit tersenyum, "Dirumah saya tidak ada pembantu, kalau kamu bersedia?"
"Saya mau" final Zea langsung berdiri dari duduknya
***
Mobil Alphard hitam melaju membelah jalanan ibu kota yang cukup lengang, Zea duduk di samping Oma, mereka berkenalan dan bercerita banyak, sebagai bumbu pelengkap suatu perjalanan. Sementara cucu Oma ia memilih duduk di samping supir.
"Zea, kenalkan dia cucu oma yang tertua, namanya Vandra" ucap Oma Atma mengenalkan, Vandra menoleh kebelakang dan tersenyum tipis pada Zea.
"anak saya tuh orangnya sibuk mulu gak pernah ada waktu buat main ke Bogor"oma Atma mulai bercerita
"saya kalau sendirian jadi suka kangen sama cucu saya yang paling kecil" lanjutan yang membuat Vandra menyahuti
"udah jadi mahasiswa tingkat akhir oma"
"di mata Oma dia yang paling kecil kok"
"Keyvara tuh yang anak kecil masih belasan tuh umurnya"
"si Calvin yang paling kecil kok, dia paling piyik-piyik nya Oma" gemas Oma meremas angin
Zea jadi terkekeh pelan, seru juga ngeliat cucu dan Omanya debat.
Sekitar setengah jam mobil Alphard hitam bergerak pelan memasuki gerbang tinggi, yang dibukakan pak satpam, Zea cukup antusias, saat netranya menatap rumah mewah dua tingkat yang bercat putih bersih.
"ayo turun sayang" ajak Oma Atma
Zea menyusul untuk turun, ia terpesona dengan rumah megah yang ada didepan matanya saat ini, "ayo masuk Oma, ayo kamu juga masuk" ajak Vandra, ia menggandeng tangan Oma, sementara supir ikut membawakan belanjaan Oma.
Pintu rumah terbuka lebar, sungguh mata Zea menatap dengan penuh kagum, ada lemari full kaca yang didalam nya banyak barang yang terlihat mewah dan mahal, ada sofa berwarna cream yang menambah aksen manis dalam rumah megah ini, semua terlihat sempurna, ada vas bunga besar yang berisi bunga artificial, sepertinya calon nyonya Zea adalah pengoleksi barang brended.
Deg
Netra menganggumi itu terhenti saat melihat figura berisi foto keluarga yang terpampang, benar jika Vandra pria yang menjemput Oma Atma adalah anak nyonya rumah ini, tapi siapa lelaki yang bersama dalam foto itu, dia terlihat lebih muda dari Vandra, dia...
"Kaiden"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments