Setelah dikhianati sang kekasih, Embun pergi ke kota untuk membalas dendam. Dia berusaha merusak pernikahan mantan kekasihnya, dengan menjadi orang ketiga. Tapi rencanya gagal total saat Nathan, sang bos ditempatnya kerja tiba tiba menikahinya.
"Kenapa anda tiba-tiba memaksa menikahi saya?" Embun masih bingung saat dirinya dipaksa masuk ke dalam KUA.
"Agar kau tak lagi menjadi duri dalam pernikahan adikku," jawab Nathan datar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MASALALU
Embun kembali kemejanya. Memejamkan mata sambil memegangi dadanya yang terasa sesak. Ternyata tak mudah untuk menghancurkan rumah tangga Rama. Padahal hari ini, dia pikir Navia akan mengamuk dan langsung minta cerai, tapi sayang, semua itu hanya sebatas anggannya, karena kenyataannya, Navia masih memilih mempertahankan rumah tangganya.
Embun sudah muak menjalani drama ini. Menjadi selingkuhan Rama, astaga, menjijikkan sekali. Dia harus tertawa dan bahkan tak kadang merayu pria yang dia benci itu.
Kling
Suara notifikasi dari ponsel membuat Embun segera meraih benda pipih tersebut.
[ Maaf Sayang, aku terpaksa menyudutkanmu tadi. Jangan marah, please. Nanti saat ada kesempatan, kita ketemu. Ada banyak hal yang ingin aku bicarakan. Tolong jangan marah, aku sangat mencintaimu.]
Embuh tesenyum getir membaca pesan dari Rama. Mencintai, cinta seperti apa itu? Kalau cinta, kenapa menyakiti. Dia teringat masa lalunya dengan Rama.
Flashback 1 tahun yang lalu.
Embun yang baru pulang dari mengajar, tak sengaja bertemu dengan Nilam, tetangga sekalius teman seumurannya.
"Cie....yang pacarnya pulang, seneng nih," goda Nilam. "Pasti sebentar lagi bakalan ada yang dilamar. Setelah lamaran langsung nikah aja Mbun, biar cepet kayak aku," Nilam mengelus perut buncitnya. "Aku udah mau dua loh." Dia memamerkan kehamilannya yang kedua.
"Pulang?" Embun malah terlihat bingung.
"Ya elah, pakai pura-pura gak tahu. Si Rama kan pulang. Pasti bentar lagi janur melengkuh didepan rumah kamu. Secarakan, Rama udah selesai kuliahnya, dan udah jadi orang sukses. Aku ngikutin loh ig nya dia. Sumpah, cowok lo makin hari makin keren aja Mbun. Gak rugilah, kamu nunggui dia bertahun tahun."
Rama pulang? Embun bahkan tak tahu apa apa. Kekasihnya itu tak memberi kabar jika dia akan pulang hari ini. Beberapa bulan terakhir ini, Rama memang sedikit susah dihubungi, pria itu selalu beralasan sibuk.Tak hanya itu, Rama suka marah-marah saat dia tiba-tiba menelepon.
"A-aku pulang dulu ya Lam." Embun segera melanjutkan jalannya menuju rumah. Letak sekolah dasar tempat dia mengajar memang tak terlalu jauh, karena itu dia lebih suka jalan kaki.
Sesampainya dirumah, Embun segera menelepon Rama, tapi seperti biasa, Rama tak mengangkat. Ingin datang kerumahnya untuk memastikan apakah dia benar pulang atau tidak, rasanya terlalu memalukan. Ya, sebenarnya rumah mereka tidaklah jauh. Mereka masih satu desa, hanya berbeda gang saja.
Kling
Mata Embun berbinar saat melihat ada pesan dari Rama.
[ Nanti sore, aku jemput dirumahmu. Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan ]
Perasaan Embun seketika membuncah. Jangan-jangan Rama akan mengatakan niatannya untuk melamarnya. 10 tahun mereka pacaran sejak SMA. Dan tentu saja, Embun sudah sangat berharap jika Rama akan melamarnya. Dia sudah bosan dikatain perawan tua karena sekarang usianya sudah 27 tahun. Sebenarnya belum bisa dikatakan perawan tua. Tapi karena teman teman sebayanya sudah pada menikah dan punya anak, dia jadi terlihat seperti perawan tua.
Sore itu, Embun sudah bersiap dengan pakaian terbaiknya serta make up flawless yang membuatnya terlihat makin cantik. Dia memang sangat cantik, bahkan julukan kembang desa, tersemat padanya.
[ Aku sudah didepan pagar, keluarlah ]
Embun mengernyit membaca pesan dari Rama. Kalau sudah didepan pagar, kenapa tidak masuk? Apakah pria itu tak ingin meminta izin pada ibunya sebelum mengajaknya pergi?
Mungkin Rama sedang menyiapkan kejutan untuknya. Ah sudahlah, lebih baik dia keluar agar Rama tak terlalu lama menunggunya.
Sesampainya diluar, Embun langsung tersenyum melihat Rama yang duduk diatas motor. Benar kata Nilam, Rama makin tampan saja. Terakhir kali, mereka bertemu saat lebaran tahun Lalu. Selama bekerja sekaligus kuliah di Jakarta, Rama memang hanya pulang setahun sekali. Maklumlah, tak ada uang untuk ongkos Jakarta - Malang.
Berbeda dengan Embun yang terlihat senang, Rama justru menampilkan ekspresi datar. Dia menyuruh Embun naik keatas motor lalu mengajaknya menuju sebuah taman yang dulu sering mereka datangi saat pacaran.
Meski melihat ada yang tak kena dengan Rama, tapi Embun masih berusaha untuk berpositif thinking. Selama perjalanan, dia melingkatkan kedua lenganya dipinggang Rama. Memeluk kekasih yang sangat dia rindukan tersebut.
Sesampainya ditempat tujuan, Rama mengajaknya duduk disebuah bangku panjang. Lagi-lagi, Embun merasa aneh. Dari parkiran hingga menuju tempat duduk, Rama tak menggandeng tangannya seperti yang dulu selalu mereka lakukan. Ada apa dengan Ramanya? Kekasihnya itu seperti sudah berubah. Mungkinkah Rama sedang berakting. Sedang mengerjainya sebelum akhirnya melamar.
"Mau ngomongin apa sih Ram?" tanya Embun yang penasaran. Jantungnya berdetak kencang, gugup karena mungkin saja, Rama akan segera melamarnya.
"Aku mau kita putus Mbun."