Tolong " teriak seorang wanita bercadar itu ketika mulut berlapis cadar itu didekap seorang pria. setelah berhasil menutup pintu itu ia langsung melempar perempuan itu ke sofa.
Pria asing itu membuka paksa cadar perempuan yang menjadi mangsa saat ini. Ia mendekam wanita ini dengan tubuh besarnya.
pria itu mulai mencium leher wanita itu, gadis itu terus saja memberontak dengan memalingkan wajahnya. Ciuman yang sangat begitu kasar dan sangat brutal.
Ia membuka paksa baju panjang yang perempuan ini kenakan. Dan sekarang nampak perempuan ini itu sudah menampakkan tubuh polosnya tanpa busan.
Gadis itu terus saja memberontak, ia mencoba memukul dan semau cara ia lakukan tapi tidak berhasil. Tenaga pria ini lebih kuat dari dirinya.
Gadis itu terus menangis dan meminta pertolongan. tapi tidak ada sama sekali yang datang menolongnya.
" aku mohon jangan lakukan itu " ucapnya dalam tangisnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon limr, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
7 [ revisi ]
Bab Tujuh
Kenzo melangkah masuk ke dalam mobil mewahnya, di mana sang asisten, Andre, sudah menunggu di kursi depan.
“Kamu dengar semuanya, bukan?” tanyanya tanpa menoleh.
Andre mengangguk pelan. “Iya, Tuan.”
“Bagus. Persiapkan semuanya dengan sempurna.”
“Baik, Tuan.”
Mobil mulai melaju meninggalkan restoran mewah dan keluarga Aira. Sepanjang perjalanan, Kenzo hanya menatap ke luar jendela. Matanya kosong. Tak seorang pun tahu apa yang tengah berkecamuk dalam pikirannya.
Pria yang dikenal dingin, ditakuti dalam dunia bisnis dan dunia gelap... ternyata menyimpan sisi yang lebih gelap di balik wajah tenangnya. Luka-luka lama yang belum pernah sembuh. Luka yang tak pernah ia tunjukkan—bahkan pada dirinya sendiri.
“Antar aku ke tempat Deny dan Alex,” ucapnya datar.
“Siap, Tuan.”
---
Beberapa saat kemudian, mobil Kenzo berhenti di sebuah lounge eksklusif. Musik berdentum lembut, lampu temaram berkilauan, dan aroma alkohol memenuhi ruangan.
Begitu masuk, Kenzo langsung melihat Alex tengah bermesraan dengan seorang wanita. Namun ia tak menunjukkan reaksi. Ia hanya berjalan tenang dan duduk di sofa sambil menyaksikan pemandangan di hadapannya seolah itu bukan hal yang baru baginya.
Melihat Kenzo, Alex mendecak kesal dan menyuruh wanita itu pergi.
“Kamu benar-benar tahu waktu yang buruk. Ganggu banget, sumpah!” gerutunya.
Kenzo mengangkat bahu sambil menuangkan minuman ke gelasnya.
“Aku tidak mengganggu. Kamu bisa lanjutkan saja kalau mau. Aku tidak peduli.”
Alex mendesah.
“Ada apa sebenarnya? Nggak biasanya kamu datang begini.”
“Cuma mampir. Sekadar lihat-lihat. Denny di mana?” tanya Kenzo tidak melihat keberadaan Denny, biasanya Alex dan Denny tidak bisa dipisahkan, apalagi ke tempat seperti ini.
“Keluar kota. Baru berangkat tadi sore.”
Kenzo mengangguk. Ia kembali menatap sekeliling ruangan. Orang-orang tertawa, minum, bersenang-senang. Sebagian saling bersandar, sebagian saling mencumbu tanpa rasa malu. Dunia yang terlalu ramai... tapi terasa kosong.
Alex memicingkan mata menatap Kenzo.
“Tunggu sini, aku panggilin cewek buat kamu.”
“Tidak usah,” sahut Kenzo cepat. “Aku tidak butuh wanita seperti mereka.”
Alex terkekeh. “Serius? Ayolah Ken, kamu ini bukan pendeta. Jangan sok suci.”
“Aku tidak munafik. Aku memang tidak butuh. Dan lagi... aku akan menikah.”
Alex hampir tersedak minumannya.
“Menikah?! Kamu? Hahaha... kamu bercanda, kan? Atau kamu sudah terlalu mabuk?”
Kenzo mengangkat gelasnya, menatap isi minuman itu sebentar sebelum menenggaknya.
“Minggu depan. Aku harap kamu dan Denny datang. Nanti aku kirim alamatnya.”
Ia berdiri, hendak pergi, tapi berbalik sebentar.
“Satu hal lagi. Jangan beri tahu siapa pun tentang pernikahan ini. Hanya kalian berdua yang kuundang.”
Setelah itu, ia pergi tanpa menoleh lagi.
---
Alex hanya bisa duduk mematung. Ucapan Kenzo masih bergema di telinganya.
“Nggak mungkin... dia pasti mabuk,” gumamnya. “Itu nggak masuk akal.”
Beberapa detik kemudian, ia berteriak ke arah staf lounge.
“Hei! Suruh wanita tadi balik lagi!”
Tak butuh waktu lama, wanita itu kembali menghampirinya. Alex tersenyum miring, mengulurkan tangannya.
“Ke sini, baby. Temani aku malam ini. Puaskan aku... dan kamu akan kubayar mahal.”
Wanita itu menggoda balik dengan senyum genit, lalu duduk di pangkuan Alex.
Pelan-pelan, pelukan dan cumbuan itu kembali berlanjut. Tapi jauh di dalam pikirannya, Alex masih memikirkan satu hal...
Apakah Kenzo... benar-benar akan menikah?
***
Terimakasih sudah mampir 🤍
Semoga suka 🤍
Lanjut Thor...