Hamil tanpa seorang suami karena diperk0sa, itu AKU!
Tidak tahu siapa Ayah dari anakku, itu AKU!
Seorang anak kecil selalu dipanggil ANAK HARAM itu PUTRAKU!
Apa aku akan diam saja saat anakku dihina?! Oh tidak! Jangan panggil aku seorang IBU jika membiarkan anakku dihina!
Jangan panggil Putraku ANAK HARAM!
Lantas, akankah suatu hari wanita itu bisa bertemu dengan Ayah kandung dari putranya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8. Bunda Hebat, Jangan Takut.
Alsya masuk ke dalam kamarnya, dia tertegun saat menyadari ada Arya di dalam kamar sedang duduk di kursi ruangan.
“Tuan Arya, kamu? Ini sudah sangat malam! Kenapa kamu ada disini, bagaimana jika ada seseorang yang melihat!“ meski Alsya sudah menganggap Arya tuan nya, namun cara bicaranya pada laki-laki itu tak bisa berubah masih seperti berbicara persis pada seorang teman kenalan.
Arya mendekati Alsya dengan langkah pelan namun mata pria itu seperti ingin menerk4m, Alsya melangkah mundur untuk menghindar namun sayangnya punggung nya menabrak tembok dinding kamar.
Dengan cepat Arya mengunci tubuh Alsya, bahkan nafas laki-laki itu menerpa wajah Alsya saking dekat wajah keduanya.
“Kamu menanyakan ku untuk apa malam-malam disini, lalu kamu? Darimana kamu keluyuran malam begini? Kau membuatku cemas, Sya!“
Alsya memang merasakan kekhawatiran dalam suara Arya.
“A-aku hanya ingin mencoba dapur dan juga mengadon agar mengembang untuk besok. Saat aku kembali, ternyata malah kesasar. Lorong di Mansion ini banyak cabangnya, aku sempat lupa jalan ke kamar ini... jadi terlalu lama memutar-mutar.“ Alsya menjelaskan.
Wanita itu bahkan tak mengatakan perihal pertemuannya dengan Brian.
“Nanti lagi aku akan membuat tanda untukmu, agar saat ingin kembali ke kamar mu sendiri kamu nggak kesasar. Ini salahku, maaf ya.“
Alsya cengo, kenapa jadi Arya yang meminta maaf padahal ia yang telah berbohong?
Arya menegakkan tubuhnya dan mundur, dia melepaskan kuncian nya pada tubuh Alsya.
“Besok pagi pergilah ke dapur dan temui kepala koki dan tanyakan pekerjaan mu. Oke?“
Alsya mengangguk, dia sudah tau tugasnya dari Brian tadi.
“Kalau begitu, aku pergi. Selamat malam, semoga tidurmu nyenyak dan jangan lupa__“
Arya mengerlingkan matanya nakal, “Jangan lupa mimpikan laki-laki tampan ini!“
Setelah mengatakannya, Arya berbalik untuk keluar kamar. Saat di ambang pintu, Arya menoleh sebentar, “Jangan lupa kunci pintu nya, aku tak ingin saat kamu tertidur dengan wajah cantik mu... ada pria lain yang melihat wajah mu selain aku yang akan menjadi suami mu kelak.“
Gombal! Rutuk Alsya, namun entah kenapa kali ini saat Arya menggodanya dengan candaan laki-laki itu ada rasa hangat menjalar ke dalam hatinya.
Perasaan apa ini? Apa karena aku terlalu sering mendengar gombalannya?! Alsya mengenyahkan desiran hangat di hatinya.
Ia menutup pintu kamar setelah Arya keluar, dia pun menguncinya. Alsya menyenderkan punggung nya ke daun pintu, lalu bibirnya tersenyum seraya menekan tangan di dada.
Aku nggak mungkin suka dia, kan?
Alsya menggelengkan kepala, lantas ia menuju ke ranjang dan mulai merebahkan kepalanya di samping sang putra mengelus kepala anaknya sebentar kemudian memejamkan mata.
.
.
Pagi tiba, waktu menunjukkan pukul 4 pagi. Para pekerja di Mansion sudah terbangun dan menjalani aktivitas pekerjaan masing-masing.
Alsya dan Ammar pun sudah bangun, anak itu dibawa Alsya ke dapur agar tidak sendirian di dalam kamar. Mengenai sekolah Ammar karena anak itu berusia 7 tahun dan sudah duduk di kelas 1 sekolah dasar, Alsya akan meminta waktu untuk mencari sekolah terdekat di sekitaran tempat tinggal nya sekarang.
Untungnya pekerja di dapur adalah orang-orang humble, Ammar pun cepat beradaptasi dan akrab dengan semua orang dewasa disana.
Alsya sendiri mencatat apa saja panekuk atau hidangan dari terigu bagian dari pekerjaan dirinya yang akan disajikan pagi itu untuk breakfast.
“Pagi ini, menunya Croissant dan Pancake. Kamu tau kan, apa saja bahan-bahannya?“ tanya sang Kepala koki yang bertanggung jawab untuk seluruh makanan dari menu sarapan, makan siang dan makan malam. Bahkan Kepala koki bertanggung jawab untuk cemilan di sela-sela waktu luang para majikan jika mereka meminta dan juga untuk kebersihan serta tersedianya bahan masakan.
“Saya tahu, Chef Wales. Croissant adalah roti lembut dengan lapisan tipis yang dibuat dari adonan mentega. Biasanya disajikan dengan selai, mentega atau keju.“
“Good! Untuk Nenek, kamu bisa kurangi selai dan kejunya, oke!“
“Baik, Chef!“
“Lalu Pancake adalah kue dadar tebal yang biasanya disajikan dengan sirup maple, buah segar atau krim kocok.“ Lanjut Alsya.
“Bagus! Menurut mu apa yang harus dikurangi untuk penderita diabetes seperti Nenek?“
“Menurut saya, sebenarnya bagi Nenek untuk memakan roti saja sudah tidak boleh. Tapi mungkin karena sudah terbiasa, saya akan mengurangi krim kocok nya, Chef. Sementara sirup maple masih aman, karena sirup maple adalah sirup murni. Sirup ini memiliki indeks glikemik yang lebih rendah daripada sirup panekuk biasa.“
“Good job! Aku sepertinya bisa menaruh harapan padamu, karena Pâtissier sebelumnya kurang dalam pengetahuan, jadi dia dipecat oleh Nona Zahira. Ingat! Nona Zahira adalah majikan kita yang paling bawel untuk masalah masakan di Mansion ini, saya harap kamu mampu melakukan tugasmu dengan baik!“ Chef Wales menyemangati sekaligus memperingati jika orang paling rese di Mansion adalah Zahira.
“Baik, Chef!“
Semua orang di dapur mulai menjalankan pekerjaan mereka, tak ada waktu untuk bercanda dan mereka bekerja dengan raut wajah serius demi mendapatkan hasil hidangan yang terbaik.
Alsya tak menyadari, sejak tadi ada seseorang yang memperhatikan wanita itu dengan pandangan intens, mencoba mengingat-ingat dimana ia mengenali wajah Alsya selain malam tadi saat mereka bertemu di dapur.
.
.
Di meja makan, pagi itu semua anggota Mansion duduk di kursi masing-masing bahkan Kakek dan Nenek tak pernah melewatkan makan bersama keluarga.
Hidangan sudah diatur di meja makan, lebih tepatnya hidangan breakfast.
Pelayan melayani semua orang, sementara Alsya sedang mempersiapkan bahan-bahan untuk menu panekuk makan siang. Ia akan mencoba membuat pancake apel, yaitu Dutch Baby Pancake.
Saat ia membaca cara membuatnya di mbah Gugel, seorang pelayan berlari ke dapur untuk memanggil Alsya sebab salah satu anggota keluarga ingin mengenal Pastry Chef yang baru.
“Nona Alsya, Anda ditunggu di ruang makan!“
Mata Alsya membelalak, dia belum siap jika harus bertemu dengan seluruh anggota di Mansion. Kegugupan melandanya, namun sentuhan genggaman dari tangan kecil Ammar mampu menguatkan dirinya.
Alsya menunduk ke bawah, dimana putranya menggenggam tangan nya. “Ammar beri semangat buat Bunda?“
Bocah kecil itu mengangguk, “Bunda hebat, jangan takut.“
Alsya tersenyum lebar, mengelus kepala putranya lalu ia mengikuti pelayan menuju ruangan makan.