Kisah seorang murid yang menjadikan gurunya sebagai inspirasi terbesar nya. Terjadi di dunia modern, yang semuanya serba ada namun serba sulit banyak kekurangan.
Murid yang selalu berusaha mencari perhatian sang guru. Dengan kemampuan aneh yang dimilikinya. Dan bagaimanakah kisah kelanjutannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Febby Sadin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berputar Di Kepala Bintang
Tiba-tiba berlari ke arahnya Bu Fastaqima putra semata wayangnya, yaitu Farhan.
Farhan berlari dengan cepat di penuhi dengan kegembiraan di wajahnya ketika Bu Fastaqima datang. Disaat yang bersamaan pula, Bu Fastaqima berlari-lari kecil ke arah Farhan.
Farhan langsung menghempaskan tubuhnya ke pelukan ibunya. Dia hanya bocah kecil usia 2 tahun. Sehingga dengan kedatangan ibunya dia sangat bahagia.
Sedangkan tak jauh dari pemandangan indah antara seorang ibu dan anak yang sedang melepas rindu sehabis ditinggal mengajar, ada tatapan cemburu dari satu orang.
Dia menatapnya terus, dari sebelum si kecil Farhan ke pelukan sang ibu, sampai keduanya memasuki kediamannya.
Hingga dia pun menyerah, dan memutuskan untuk melanjutkan perjalanan pulangnya. Dia tak lain dan tak bukan, yaitu Bintang Adi Kusuma.
Seperti yang terjadi di kelas, Bintang adalah pencemburu di kala Bu Fastaqima sehari saja tidak memberikan pujian padanya, lebih tepatnya tidak memberikan perhatian lebih.
Bintang berjalan ke arah pulang, dan di arah lain ada yang memperhatikan nya pula. Ya, Bu Fastaqima menyadari sikap Bintang.
Keesokan harinya.
Pagi mulai datang, matahari telah bersinar. Sinarnya berada setinggi tombak. Bintang dan teman-temannya yang lain tiba saatnya mereka berangkat ke kediaman Bu Fastaqima. Mereka setiap seminggu 3x bimbingan belajar dengan Bu gurunya itu.
Setibanya mereka ke dalam rumah Bu Fastaqima, Bintang adalah orang yang pertama kali datang dalam bimbel itu.
"Assalamualaikum...." ucap Bintang, ketika memasuki rumah Bu Fastaqima.
"Wassalamu'alaikum.... siapa itu?" jawab Bu Fastaqima.
"Aku Bu... Bintang Bu...."
"Oalah... Kamu ..., Hem.... Bintang coba kesini" ucap Bu Fastaqima, menyuruh Bintang untuk menghadap pada Bu Fastaqima.
Dengan semangat Bintang pun berjalan mendatangi Bu Fastaqima. "Ya Bu ada apa Bu?" tanyanya.
Dengan sorot mata tajam bercelak nya Bu Fastaqima bertanya, "Kenapa kemarin kamu Bin? Kamu kok manyun aja kemarin sepulang sekolah?"
Dengan tersipu, dan menggerakkan badannya gugup. "Eh... Itu.... Nggak Bu... Gpp..." jawab Bintang.
"Ini anak dipikir gurunya gak tau mungkin ya" ucap dalam hati Bu Fastaqima.
"Oh yaudah... udah belajar yang semangat. Tunggu temen-temen mu datang semua lalu bimbel nya dimulai." ucap Bu Fastaqima kemudian.
"Iya Bu..." jawab Bintang.
"Uh Bu Fastaqima ini tau aja, kalau kemarin aku ngeliatin dia. Untung aja gak dibahas lagi." ucap Bintang ada kelegaan dalam hatinya.
Selang beberapa waktu sebelum bimbel dimulai, masih kurang sekitar sepuluh menitan. Tiba-tiba
"Apa kau! Dasar kau!" Bump! Bump! hantaman keras dari kepalan tangan melayang mengenai punggung.
"Kurang aj*r kau!" Hiyah! Lompatan menimpa tubuh terdengar Dugh! hingga menimbulkan gaduh bunyi lantai di lantai 2 rumah Bu Fastaqima.
Seketika Bu Fastaqima langsung menghampiri dan melerai. "Aduh Bintang! Rangga! Kenapa kalian malah gaduh sih!"
"Bintang duluan Bu lempar mainannya Farhan kena ke pipiku" ucap Rangga.
"Nggak sengaja Bu... Malah aku dipukul yaudah aku timpa deh badannya!" sahut Bintang masih bisa membela diri.
Bu Fastaqima pun menggelengkan kepala. "Bintaaang!!!! Untung aja kamu ganteng ya, kalau tidak kamu mungkin udah aku..." sambil menggerakkan telapak tangannya seolah sedang menghancurkan sesuatu di tangannya yang kosong. "Pasti sudah aku pentes!" pekik Bu Fastaqima mengisyaratkan kekesalannya pada Bintang.
Tak lama kemudian pertengkaran usai dengan di suruh damainya kedua murid Bu Fastaqima itu tepat di depan mata Bu Fastaqima.
Dan bimbel pun dimulai.
...----------------...
Hari hari berlalu, tak terasa sudah pagi hari lagi, tapi masih berselimut fajar, beberapa murid yang kini juga tidur berjajaran dengannya pun bangun. Bintang menoleh kanan kiri, ada Rangga, Bara, Hasbi, dan Fandi disana.
Bintang seolah linglung, dia bangun dari tidurnya. "Masih subuh," pikirnya.
"Tapi kok ada temen-temen ku disini?" kembali dia bertanya-tanya sendiri.
"Rangga,.....
Bara.....
Hasbi....
Fandi....
Eh bangun....."
Ucap Bintang, membangunkan ketiga temannya. Dimana kemudian ketiga temannya pun bangun dengan masih menggeliatkan tubuh. Dan ketika mereka pun bangun, responnya berbeda dengan Bintang.
"Ngapain sih bangunin. Udah siang ta?" ucap Fandi. Sambil mengucek mata.
"Tunggu dulu, kenapa aku ada disini? Kenapa kalian disini juga? Kenapa kita tidur bareng-bareng?" pertanyaan beruntun dari Bintang menghujani ketiga temannya.
"Eh kamu pikun ya Bintang!" timpal Hasbi pada Bintang. "Kan kita lagi mondok." ucap Hasbi kemudian.
"Hah?! Mondok? Kok mondok sih? Dimana?" Bintang benar-benar tidak mengerti apa maksud dari Hasbi.
"Kapan kita mondok? Kok bisa sih? Kalian sadar kan?! Woi"
"Iya Bintang.... Kita kan mondok udah semingguan ini," ucap Bara kemudian.
"Tapi... Kok ini kayaknya gak asing tempat mondoknya?" tanya Bintang lagi.
"Iya... Emang! Kita kan mondok di rumah Bu Fastaqima. Bu Fastaqima itu buka pendaftaran mondok kilat selama sebulan. Nah kita berempat terpilih untuk mondok." ucap Bara, menjelaskan.
"Kok kamu kayak pikun gitu sih Bin! Kamu kan bareng kita-kita daftar nya sepulang sekolah!" timpal Rangga akhirnya.
Bintang pun garuk-garuk rambutnya yang tidak gatal. "Entahlah!" pekik Bintang dalam hatinya.
Tak lama setelah mereka bangun, Bu Fastaqima datang ke ruangan dimana mereka tidur, lebih tepatnya seperti aula.
"Ayo anak-anak.... Eh sudah bangun semuanya? Ayo ayo kalau begitu segera mandi dan berangkat ke masjid ya.... aku duluan ke masjid sama Farhan." Bu Fastaqima menyuruh kita segera bergegas.
Bintang tampak semakin heran. "Waduh anak kecil pun udah bangun subuh gini?!" ucapnya lirih. Tanpa terasa dia bertepuk tangan sendiri sambil berkata, "Hebat!" Prok prok prok
Mereka berempat pun menjalani kehidupan layaknya anak mondok. Ya, walaupun mondok nya tidak jauh sebenarnya dari rumah mereka, karena mereka mondok di rumah Bu Fastaqima bukan di luar kota.
.
.
.
Semangat bacanya. makin penasaran kan ? Lanjutannya besok😘
yo wes buk gk jadi aku jadi jomblo ae